Pengajian Kitab Tanbihul Ghafilin Bagian Kesembilan tentang 4 pilar dalam ber- amal, ciri orang saleh dan telah dicintai Allah.
Bismilaahir rahmaanir rahim
Berkata sebagian hukamâ, “Setiap amal membutuhkan 4 (empat) hal agar selamat :
Pertama, Ilmu sebelum memulai amal. Karena sesungguhnya amal tidak akan baik jika tidak disertai ilmu. Bahkan amal yang tidak disertai ilmu, hal hal yang merusaknya lebih banyak daripada hal hal yang mematutkannya.
Kedua, Niat ketika permulaan melakukan amal. Karena amal tidak akan patut tanpa disertai niat. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, “Sesungguhnya amal itu harus disertai niat. Dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan sesuai dengan niatnya”. Maka puasa, shalat, haji, zakat dan ketaatan ketaatan lainnya tidak akan patut/ baik tanpa niat pada permulaannya.
Ketiga, Sabar dalam pelaksanaan amal. Maksudnya sabar adalah melaksanakan amal/ ketaatan itu dengan tenang/ thuma’ninah.
Keempat, Ikhlas setelah melaksanakan amal. Karena amal itu tidak diterima tanpa keikhlasan. Jika engkau beramal dengan ikhlas, maka Allah akan menerima amalmu dan Allah akan menghadapkan hati hamba-hambaNya kepadamu (diterima oleh hati manusia).
Diriwayatkan dari Haram bin Hayyan, beliau berkata, “Tidaklah seorang hamba menghadap kepada Allah dengan hatinya, kecuali Allah ta’ala akan menghadapkan hati ahlul iman (manusia manusia yang beriman) kepadanya. Sehingga ia memeroleh cinta dan kasih sayang dari mereka”.
Suhail bin Shalih meriwayatkan dari ayahnya dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘Anh dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda, “Sesungguhnya, jika Allah ta’ala telah mencintai seorang hamba, Ia berkata kepada malaikat Jibril, “Sesungguhnya Aku mencintai Si Fulan, maka cintailah dia !”. Maka malaikat Jibril berkata kepada ahli langit, “Sesungguhnya Tuhan kalian mencintai Si Fulan, maka cintailah dia. Maka para ahli langit pun mencintainya dan diletakkanlah qobul (diterima oleh makhluk Allah) baginya di bumi. Demikian halnya jika Allah telah membenci seorang hamba”.
Diriwayatkan dari Syaqiq bin Ibrahim Az-Zahid, seorang lelaki berkata kepadanya, “Sesungguhnya manusia menamakan diriku sebagai orang shalih. Sedangkan aku sendiri tidak mengetahui apakah aku tergolong shalih atau tidak. Bagaimana aku mengetahui bahwa aku tergolong orang shalih atau bukan orang shalih?”
Imam Syaqiq rahimahullah berkata kepadanya, “Tampakkan (ceritakan) lah rahasiamu (sesuatu yang kamu rahasiakan dari orang lain/ kamu tidak ingin orang lain mengetahuinya, seperi keburukanmu) kepada orang-orang yang shalih. Jika mereka meridlai, maka engkau adalah orang shalih, jika tidak maka kamu bukan orang shalih.
Kedua, tawarkanlah dunia kepada hatimu. Jika ia menolaknya maka kamu adalah orang shalih.
Ketiga, tawarkanlah kematian pada dirimu. Jika ia menginginkannya, maka sesungguhnya kamu adalah orang shalih. Jika ia tidak menginginkannya, maka kamu bukan orang shalih”.
Jika ternyata dalam dirimu terkumpul tiga sifat (orang shalih) seperti di atas, maka tadharu’ (merendahlah) di hadapan Allah Ta’ala agar sifat riya tidak masuk ke dalam amalmu, sehingga (jangan sampai) amal amal itu malah merusak dirimu”.
Wallahu A’lam.
Alhamdu lillahi robbil ‘alamin
Catatan Pengajian PakNas di Musholla Ar-Raudlah MQ. Nasy’atul Wardiyah Bersama Ust. Hambali Ahmad
Kertanegara, Kamis Kliwon, 14 Februari 2019 M / 9 Jumadil Akhir 1440 H
Wawan Setiawan
Baca bagian sebelumnya di https://www.mqnaswa.id/ciri-riya-bentengnya-dan-pelajaran-dari-penggembala-kambing/