7 Huruf yang tidak ada dalam surat Fatihah memiliki makna dan hikmah. Berikut makna yang diberikan oleh Kyai Sholeh Darat.
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Dalam kitab Minhajut Atqiya, Simbah Kyai Sholeh Darat mengajarkan tentang 7 huruf yang tidak terdapat dalam Surat Al-Fatihah. Huruf-huruf yang tidak terdapat di dalam surat Al-Fatihah dinamakan sawaqithul fatihah. Semuanya ada 7 huruf, yaitu : ف, ج, ش, ث, ظ, خ dan ز. Ke-tujuh huruf tersebut dikumpulkan dalam rumus : فَجَشَ ثَظَخَزَ
Ke-tujuh huruf yang hilang dari Fatihah itu pun disebut huruf adzab, atau huruf huruf yang melambangkan adzab. Yakni, dalam huruf-huruf tersebut terkandung makna yang buruk, apalagi jika “menyentuh” kehidupan kita.
Tentu yang dimaksud adalah huruf-huruf yang ada dalam Surat fatihah dan maknanya saja. Sedangkan yang berada di dalam ayat lain (di surat yang lain) tidak demikian. Misalnya Huruf “Fa” (yang tidak ada dalam surat al-Fatihah) merupakan isyarat dari “Firooq” atau “iftirooq”, maknanya perpecahan. Inilah awal bencana dalam kehidupan manusia secara luas, atau pun kehidupan negara, masyarakat, bahkan rumah tangga. Tapi huruf Fa yang berada dalam surat lain tentu saja tidak. Misalnya dalam surat Yusuf, nama “Yusuf”, juga mengandung huruf “Fa”, tapi pasti maknanya bukan perpecahan. Bahkan Yusuf sendiri merupakan lambang ketabahan, perjuangan dan cinta yang suci.
Baca tentang huruf Fa yang tidak ada dalam fatihah di : https://www.mqnaswa.id/huruf-fa-dalam-fatihah/
Yang kedua yang “hilang” dari fatihah adalah Huruf “Jim”. “Jim” di sini merupakan isyarat dari “jahannam”. Di dalam Al-Qur’an, terulang sebanyak 77 kali. Kesemua kata Jahannam tersebut artinya neraka. Neraka di akhirat yang merupakan tempat siksa yang sangat mengerikan.
Lalu apa faidah dari huruf Jim ini di dalam kehidupan dunia ?
Selain bermakna neraka jahannam, makna dari jahannam adalah segala perkara, dan segala hal yang mengandung sifat kemunkaran. Ini pun bisa dinisbatkan kepada kata jahannam.
Maka jika kita memerhatikan ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung kata “jahannam”, selalu didahului dengan sifat-sifat kemunkaran. Mari kita perhatikan beberapa ayat berikut : QS. Al-Baqarah/2 ayat 206 (tentang orang yang berbuat munkar dan ditambah sombong, angkuh dan merasa mulia dalam kemunkarannya).
وَإِذَا قِيْلَ لَهٗ اتَّقِ اللهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْإِثْمِ فَحَسْبُهٗ جَهَنَّمُ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ
“Jika dikatkan kepadanya, takutlah kepada Allah (yakni hindarilah dosa-dosa, kemunkaran yang kamu lakukan), dia malah menyombongkan diri, merasa mulia (merasa agung dengan kemunkaran yang dilakukannya), maka cukuplah baginya balasan neraka jahannam, tulah seburuk-buruk tempat tinggal”.
Perhatikan juga misalnya QS. Ali ‘Imran/3 ayat 162 yang menjelaskan sifat khianat. Dalam konteks ayat tersebut berkisah tentang sifat khianat dalam masalah rampasan perang. Kalau sekarang bisa saja khianat dalam masalah keuangan atau apa saja.
Dan masih banyak sifat lainnya seperti Kekafiran (QS. Ali ‘Imran/3 : 12), Membunuh (QS. An-Nisa/4 : 93), Menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah (QS. An-Nisa/4 : 121), Menjerumuskan manusia dalam kebinasaan (QS. Al-A’raf/7 : 18)
Dan masih banyak lagi sehingga membutuhkan penulisan yang khusus. Namun intinya, sebelum kata jahannam selalu didahului sifat munkar (sifat yang harus kita ingkari). Kesemua sifat tersebut, jika ada dalam diri kita, pasti akan mendatangkan kebinasaan diri sendiri. Jika sifat itu ada dalam suatu lingkungan, keluarga, masyarakat maupun negara, pasti juga akan membuat kekacauan.
Dari kemunkaran yang dilakukan ketika di dunia inilah kemudian Allah memberikan balasan dengan Jahannam (neraka) di akhirat. Terwujudlah “dua jahannam” (di dunia berupa sifat kemunkaran dan akhirat berupa neraka sebagai tempat kembali) bagi orang yang memiliki sifat-sifat kemunkaran tersebut. Sebagaimana Allah pun membalas dengan “dua syurga” bagi orang yang “takut pada kedudukan Tuhannya, yakni Allah Subhanahu wa ta’ala” (QS. Ar-Rahman/55 : 46).
Demikianlah faidah sifat Jim yang dihilangkan dalam Surat Al-fatihah. Semoga kita, keluarga kita, dan masyarakat kita dijauhkan dari semua sifat itu, sehingga terbuka kebaikan dunia dan akhirat sebagaimana makna dari al-fatihah, amiin amiin.
Wallahu A’lam.
Alhamdulillahi robbil ‘alamin
Kertanegara, MQNaswa,
Selasa, 06 April 2021 M
Wawan St