Pengajian Kitab Tanbihul Ghafilin Bagian Keenam tentang Kisah Abu Hurairah, amal yang ikhlas dan orang yang pertama dibakar di neraka
Bismillahirrahmaanirrahiim
Samir Al Asbihi bercerita kepada ‘Uqbah, bahwa pada suatu waktu ia masuk ke kota Madinah. Di sana ia melihat seorang yang dikelilingi banyak sekali manusia.
Maka Aku (Samir Al-Asbihi) bertanya, “Siapa laki laki (yang dikerumuni banyak orang) ini?”.
Mereka menjawab, “Beliau adalah shahabat Nabi, Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anh”.
Maka aku pun mendekatinya sedangkan beliau masih terus memberi menasihat. Ketika beliau selesai berbicara, maka aku berkata padanya, “Ansyadakallaah.[1] Tolong ceritakan kepadaku sebuah hadits yang engkau dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang sungguh sungguh engkau hafalkan dan ajarkan”.
Berkata Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anh : “Duduklah. Aku akan menceritakan kepadamu sebuah hadits yang diceritakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ketika aku bersama beliau. Tidak ada orang lain saat itu. Hanya Rasulullah dan aku.
(Belum sempat menceritakan haditsnya), tiba tiba Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anh menjerit dengan jeritan yang keras hingga beliau tersungkur dan pingsan. Beliau pingsan sebentar lalu siuman dan mengusap wajah beliau seraya berkata, “Aku akan menceritakan kepadamu sebuah hadits yang diceritakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallamkepadaku” Tiba tiba beliau menjerit lagi dan tersungkur lalu pingsan dalam waktu yang lama.
Kemudian beliau tersadar dan mengusap wajah beliau seraya berkata, “Aku akan menceritakan kepadamu sebuah hadits yang diceritakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam kepadaku” untuk ketiga kalinya, beliau menjerit lagi dan tersungkur lalu pingsan dalam waktu yang lama.
Kemudian beliau tersadar dan mengusap wajah beliau seraya berkata, “Telah menceritakan kepadaku Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Salam. Beliau berkata, “Ketika hari kiamat terjadi, Allah Tabaaraka Wa ta’aala memutuskan perkara bagi para makhluknya. Saat itu seluruh umat tertunduk (karena takut). Maka orang pertama yang dipanggil (untuk diadili) adalah seorang laki laki penghafal alQur’an, seorang yang terbunuh dalam jihad fi sabilillah dan orang yang banyak hartanya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berkata kepada Pembaca (penghafal Al-Qur’an), “Bukankah Aku telah mengajarkan kepadamu hal hal (Kitab) yang Aku turunkan kepada utusanKu?”
“Betul wahai Tuhanku”
Allah berkata, “Lalu apa yang sudah engkau lakukan (amalkan) dari apa yang telah engkau ketahui itu?”
“Wahai Tuhanku, hamba telah mengamalkannya (membaca Al-Qur’an) sepanjang siang dan malam”.
Allah berkata, “Engkau berdusta !”. Maka serentak para malaikat berkata, “Engkau telah berdusta!”
(Allah berkata), “Engkau melakukan itu karena mengharapkan orang orang memanggilmu sebagai “Al-Qari (Pembaca/ penghafal Al-Qur’an) dan engkau telah mendapat sebutan itu”.
Kemudian Allah berkata kepada si Pemilik Harta, “Apa yang telah engkau lakukan terhadap harta yang telah Aku berikan padamu?”
“Wahai Tuhanku, harta itu aku gunakan untuk menyambung silaturahmi dan juga ku sedekahkan”
Allah berkata, “Engkau berdusta !”. Maka serentak para malaikat berkata, “Engkau telah berdusta!”
(Allah berkata), “Engkau melakukan itu karena mengharapkan orang orang memanggilmu sebagai orang yang dermawan dan engkau telah mendapat sebutan itu”.
Kemudian didatangkan orang yang terbunuh dalam perang fi sabilillah. Allah ta’ala bertanya, “Mengapa engkau terbunuh?”
“Wahai Tuhanku, hamba berperang di jalanMu hingga hamba terbunuh”
Allah berkata, “Engkau berdusta !”. Maka serentak para malaikat berkata, “Engkau telah berdusta!”
Allah berkata), “Engkau melakukan itu karena mengharapkan orang orang memanggilmu sebagai orang yang gagah/ pahlawan dan engkau telah mendapat sebutan itu”.
(Abu Hurairah berkata) : Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memukul lututku seraya berkata, “Wahai Abu Hurairah, ketiga orang tersebut adalah makhluk Allah yang pertama kali dibakar di neraka pada hari kiamat”.[2]
Hadits ini sampai kepada Mu’awiyah. Ketika mendengarnya, ia menangis dengan tangisan yang keras dan berkata, “Benarlah Allah dan RasulNya. Kemudia beliau membaca ayat (QS. Hud/11 : 15-16) :
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا وَزِيْنَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيْهَا وَهُمْ فِيْهَا لَا يُبْحَسُوْنَ.
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka Balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan”.
أُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ لَيْسَ لَهُمْ فِى الْأٰخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوْا فِيْهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ.
“Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan[2]”.
Berkata Abdullah bin Hanif Al Anthoki, “Pada hari kiamat, Allah Ta’ala berkata kepada hambaNya yang mengharapkan pahala dari amalnya, “Bukankah Aku telah mempercepat balasan amalmu ketika di dunia? Bukankah Aku telah memberi kemuliaan padamu di Majelis majelis? Bukankah Aku telah memberikan kelapangan untukmu ketika di dunia? Bukankah Aku telah mempermudah urusan jual beli (perdagangan) mu?”.
Wallahu A’lam
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamin
Catatan Pengajian PakNas di Musholla Ar-Raudlah MQ. Nasy’atul Wardiyah Bersama Ust. Hambali Ahmad
Kertanegara, Ahad Legi, 10 Februari 2019 M / 5 Jumadil Akhir 1440 H
Wawan Setiawan
[1] Ansyadakallah adalah kalimat yang digunakan untuk memuji/ mendoakan seseorang.
[2] Sanad : AlFaqih – Asy Syaikh Nashruddin bin Muhammad bin Ibrahim Assamarqand – Rahimahullah) dari sekumpulan Fuqaha dengan sanad (jalur periwayatan) dari ‘Uqbah bin Muslim dari Samir Al Asbihi