Menjelaskan fadhilah bulan Sya’ban dan amalan di dalamnya
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Sesungguhnya bulan Sya’ban adalah salah satu dari bulan yang mulia dan masa yang agung. Ia adalah bulan yang terkenal keberkahannya dan melimpah kebaikannya. Allah menjadikan bulan ini, tempat menyimpan rahasia zaman. Kesentosaan menjadi jaminan bagi orang-orang yang bertaubat di bulan ini. Barangsiapa menyiapkan diri “bermujahadah / bersungguh sungguh” di bulan ini, ia akan memperoleh keberuntungan di bulan Ramadlan dengan sebaik baik “bingkisan”.
Dia dinamakan Sya’ban (bercabang) karena, darinya bercabang cabang kebaikan yang banyak. Ada yang berpendapat ia berasal dari kata “Syi’b” yakni jalan jalan di pegunungan, yakni maksudnya jalan jalan kebaikan. Ada yang berpendapat ia berasal dari kata “Sya’b” yang berarti “menautkan sesuatu yang sobek atau patah”. Maksudnya di bulan ini, Allah menautkan kembali hati hati yang patah / luka. Dan banyak lagi pendapat yang lainnya.
Umat Islam seyogyanya bersuka ria dengan kedatangan bulan ini dan bersungguh sungguh menyambutnya dengan taubat, ibadah, ketaatan, beramal dengan berbagai macam amal shalih, menghidupkan hati hati mereka dengan dzikrullah.
Kiai Shaleh Darat memberikan pengajaran tentang beberapa nafilah (amalan sunnah) yang bisa kita laksanakan dalam mengisi bulan Sya’ban ini. Dalam Kitab Lathaifuth Thaharah Wa Asrarush Shalat beliau menulis :
Berkata Sayidinâ Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wa Sallam, “Barang siapa, pada malam pertama bulan Sya’bân, mendirikan shalat sunnah 12 raka’at, niat karena mengharap ridlo Allâh Ta’âlâ, dengan membaca surat Al-Ikhlâs 5 kali (setelah Fâtihah) pada setiap raka’atnya, maka Allâh Subhânahû Wa Ta’âlâ memberikan baginya ganjaran 12 ribu syahid (wafat di jalan Allah), ditulis untuknya ganjaran beribadah 12 tahun, keluarlah semua dosanya sehingga bersih seperti bayi yang baru keluar dari rahim ibunya, dan tidak dituliskan keburukannya sampai 80 hari”.
Usâmah bin Zaid matur kepada Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wa Sallam, “Ya Rasûlullâh, aku melihat engkau sungguh-sungguh berpuasa dalam Bulan Sya’bân tidak seperti bulan-bulan lainnya selain bulan Ramadhan,, mengapa?”
Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Demikian itu karena bulan ini kebanyakan manusia melupakannya, (sebab terletak) di antara Rajab dan Ramadlan, maka aku pun berpuasa (pada bulan Sya’bân).[1] Pada bulan ini juga seluruh amal anak-anak Âdam di haturkan kepada Allâh, Aku ingin ketika amal-amalku dihadapkan kepada Allâh, aku sedang dalam keadaan berpuasa”
Sebagian sahabat matur kepada Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wa Sallam, “Hari apakah yang lebih utama untuk berpuasa?”
Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Puasa di dalam bulan Sya’bân karena ingin mengagungkan Ramadlan. Bersihkanlah badan kalian dengan berpuasa di bulan Sya’bân dengan niat (mengagungkan) puasa Ramadlan.[2] Tidak ada seorang mukmin yang berpuasa tiga hari di bulan Sya’bân, diiringi membaca shalawat kepadaku sebanyak banyaknya sebelum dia berbuka, kecuali Allâh Subhânahû Wa Ta’âlâ mengampuni dosa-dosa nya yang telah lalu, dan diberi berkah rizki selama hidupnya”.
Bersabda baginda Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wa
Sallam, “Barang siapa
berpuasa satu hari di bulan Sya’bân, maka haram jasadnya (tersentuh) api
neraka, menjadi teman Nabi Yûsuf Alaihish Salâm di syurga dan di beri ganjarannya Nabi Ayyûb dan Nabi Dâwud
‘Alaihimush Sholâtu Was Salâm . Jika dia menyempurnakan puasa satu bulan (Sya’bân) maka
Allâh Subhânahû Wa Ta’âlâ memberinya kemudahan ketika sakarotul maut, diselamatkan
dari kegelapan kubur dan selamat dari pertanyaan malaikat Munkar Nakir, dan Allâh Subhânahû Wa Ta’âlâ menutupi
auratnya kelak pada hari kiamat”.
[1] Maksudnya kebanyakan manusia sangat memerhatikan puasa Rajab karena fadhilahnya dan Ramadlan karena kewajibannya, sehingga bulan Sya’ban yang berada di antara Rajab dan Ramadlan kurang diperhatikan.
[2] Maksudnya berpuasa di bulan Sya’ban dengan niat agar lebih siap dalam menjalankan puasa Ramadlan.
Wallahu A’lam
Alhamdulillahi robbil ‘alamin
Kertanegara, Ahad Pahing, 07 April 2019 M / 01 Sya’ban 1440 H
Wawan Setiawan