Anugerah Allah sangat banyak. Apakah yang ingin paling banyak dianugerahkan-Nya untuk kita setiap hari ?
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Apakah anugerah terbanyak “yang ingin Allah berikan pada hamba-Nya setiap hari ?
Menyebut nama-Nya. Menyebut nama “Allah”.
Mengapa dikatakan menyebut nama Allah adalah anugerah ?
Karena Allah mengizinkan kita menyebut namanya. Itu suatu keistimewaan. Begini, coba bayangkan. Ada orang gila, pakaiannya kotor, tubuhnya bau, bicaranya ngawur, gerak geriknya memalukan. Lalu dia sering menyebut nama kita. Bagaimana perasaan kita ? Pasti kita merasa malu, dalam hati pasti tidak sudi. Kalau bisa kita ingin menghentikan dia menyebut-nyebut nama kita.
Ya, orang gila itulah kita. Kita ibarat orang gila yang lupa diri. Lupa bahwa kita ini hamba Allah, yang lemah, fakir. Kita menjadi merasa berkuasa, merasa kaya, merasa bisa menguasai bumi raya ini. Tubuh kita bau, bau dengan lumpur-lumpur dosa. Gerak gerika kita memalukan, seorang hamba sahaya seperti raja yang berjalan dengan angkuh. Seperti bangganya orang yang memiliki rumah, kendaraan yang mewah, tapi sebenarnya rumah itu punya orang lain, kita cuma diberi pinjaman saja.
Tapi, dalam keadaan seperti itu, Allah tetap mengizinkan kita menyebut nama-Nya yang suci, yang agung. Padahal Allah maha mampu, maha kuasa untuk menghalangi siapa pun, agar bibirnya tak bisa menyebut nama Allah. Apakah ada hamba yang tidak diizinkan menyebut namanya ?
Ya. Allah membuktikan dalam sejarah manusia. Perhatikan firman Allah berikut ini :
حَتّٰى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهٗ لَٓا إِلٰهَ إِلَّا الَّذِيْ آمَنَتْ بِهٖ بَنُوْ إِسْرَائِيْلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
“Hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israel, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.
Kalimat tauhid dalam QS. Yunus/10 : 90 ini diucapkan oleh Fir’aun ketika ia akan tenggelam. Tetapi lafadz “Allah” dalam kalimat ini diganti oleh Fir’aun dengan lafadz “Tuhan-nya Bani Israil”. Yakni, Fir’aun tidak mampu menyebut nama “Allah”.
Malaikat Jibril ‘Alaihis salam, pun sebenarnya merasa khawatir, jika sampai Fir’aun menyebut nama Allah dan mengatakan “Laa ilaaha illallaah”, lalu Allah memberi belas kasih kepadanya, dan membimbing Fir’aun mengiman Allah dan nabi Musa, maka Jibril mengambil tanah dari dalam lautan, dimasukkan ke dalam mulut Fir’aun, sehingga ia mati dalam kekafiran tanpa mampu menyebut “Laa Ilaaha Illallaah”. Demikianlah Allah mengilhami malaikat Jibril untuk melaksanakan kehendak-Nya.
Maka tidak heran “menyebut Nama Allah” adalah pesan pertama-Nya untuk kita. Karena inilah anugerah-Nya yang terbesar untuk kita. Mengenal-Nya dan menyebut nyebut nama-Nya.
Baca Pesan Pertama Allah untuk manusia di : https://www.mqnaswa.id/pesan-allah-yang-pertama-untuk-hambanya/
Dengan menyebut nama-Nya, maka Allah pun menyebut nama kita. Siapa yang ingin namanya disebut oleh Allah, maka sebutlah nama-Nya. Perhatikan :
فَاذْكُرُوْنِيْ أَذْكُرْكُمْ
“Ingatlah kamu kepada-Ku (atau sebutlah nama-Ku) niscaya Aku ingat (pula) kepadamu”
Menyebut nama Allah menghubungkan dengan kasih sayang-Nya, kasih sayang di dunia sampai akhirat, dan pemberiannya yang besar maupun yang lembut. Lihat saja :
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Hamba menyebut nama-Mu, ya Allah, yang Maha Kasih Sayang
Sampai sampai Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan secara rinci, “Tutuplah pintumu, sebutlah nama Allah, padamkan lampumu dan sebutlah nama Allah, tutuplah periukmu dan sebutlah nama Allah, rapatkan kendi airmu dan sebutlah nama Allah. Demikian itu agar setiap aktifitas kita terliputi anugerah dan kasih sayang Allah. Demikian indahnya sabda dan pendidikan junjungan kita shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hal ini pula yang menjadi pelajaran inti dalam thariqah / tarekat, yang merupakan pengajaran untuk dapat melaksanakan syariat dengan sebaik baiknya. Kesemua tarekat itu ininya adalah bagaimana menanamkan nama Allah, dalam hati, di dalam setiap aktifitas sebagaimana hadits Nabi di atas. Bahkan di dalam thariqah Naqsyabandiyah, prinsip pertama yang harus ditegakkan para murid / salik adalah husy dar dam yang artinya mengingat Allah dalam masuk dan keluarnya nafas.
Baca juga rahasia nama Allah sebagai bukti Allah tidak pernah lepas dari nafas kita di : https://www.mqnaswa.id/mendalami-makna-nama-allah-serta-rahmat-nya/
Dikisahkan ada dua orang yang sama dalam semua amalnya. Tapi satu orang “satu kali” lebih banyak menyebut nama “Allah”. Ya, dia hanya unggul “1 kali” menyebut nama Allah. Maka Allah memberikan kepadanya 1 derajat lebih tinggi di akhirat. 1 Derajat itu, jaraknya, bandingannya, seperti dari bumi ke langit. Hanya karena “1 kali lebih banyak” menyebut nama Allah.
Artinya semakin banyak kita menyebut nama Allah setiap hari, semakin banyak pula terlimpah anugerah untuk kita dunia akhirat. Bahkan menyebut nama Allah itu sendiri merupakan anugerah untuk kita.
Namun, seberapa banyak kita menginginkan anugerah ini ?
Wallahu A’lam
Alhamdulillahirobbil ‘alamin
Kertanegara, MQ Naswa
Selasa, 02 Juni 2020 M / 10 Syawal 1441 H
Wawan Setiawan