Bencana adalah sesuatu yang buruk. Tapi, apakah kematian itu termasuk bencana ? Apakah kehidupan dan kekayaan adalah anugerah ? Inilah penjelasannya.
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Berawal dari kiriman video di twitter. Video yang sangat menyayat relung kemanusiaan kita. Dalam video itu, ada seorang ana laki laki. Bertubuh kotor dan pakainannya teramat lusuh. Tertidur dalam keadaan duduk, di pinggir jalan. Kepalanya menunduk dan punggungnya menempel di tembok. Karung yang ada di raihan tangannya menyatakan ia adalah gelandangan dan pemulung.
Yang membuat mata memanas dan kelenjar air mata sontak tersentak adalah, saat seseorang berusaha membangunkan adik itu, berkali kali, sampai tubuhnya ditepuk tepuk, dia hanya diam. Ternyata adik itu telah mati.
Terlepas berapa besar dosa kita yang lupa sebuah kalimat, “Tidak lah seseorang itu disebut beriman kepada Tuhan, jika ia tidur dalam keadaan kenyang, sementara ada tetangganya yang kelaparan”. Terlepas berapa dosa para penanggung jawab amanat negara yang mengatakan, “Fakir miskin dan anak terlantar ditanggung oleh negara”. Terlintas dalam benak saya, apakah anak ini mengalami musibah kematian, dan saya mendapat anugerah kehidupan ?
Apakah hidup ini anugerah dan kematian adalah bencana ?
Jawabannya tidak ! Al-Qur’an berkata, baik kematian maupun kehidupan, dua duanya adalah cobaan.
اَلَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
Dia Allah yang maha Agung, Dzat yang menciptakan kematian dan kehidupan, sebagai ujian untuk kalian, siapakah di antara kalian yang paling baik amalnya. (QS. Al-Mulk/67 : 2)
Kematian dan kehidupan sama sama ujian. Bisa jadi kematian yang kita anggap buruk adalah suatu hal yang baik. Misalnya orang yang berangkat berperang. Para pahlawan. Bisa jadi kematian mereka menjadi sebab kemuliaan yang abadi, anugerah dan kenikmatan yang melimpah limpah dari Allah ta’ala.
Atau seperti kisah Khidir yang membunuh seorang anak seperti dikabarkan al-Qur’an QS. Al-Kahfi/18 : 74 berikut ini :
فَانْطَلَقَا حَتّٰى إِذَا لَقِيَا غُلَامًا فَقَتَلَهٗ قَالَ أَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً بِغَيْرِ نَفْسٍ لَقَدْ جِئْتَ شَيْئًا نُّكْرًا
Maka berjalanlah keduanya(Khidir dan Musa); hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: “Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, (asal membunuh saja, bukan sebab hukum qishash), karena anak ini tidak membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar”.
Ternyata Allah lah yang memerintah Khidir untuk membunuh anak itu. Dan menurut Allah kematian adalah hal terbaik bagi jiwanya yang masih bersih. Karena jika dia diberi umur panjang, dalam ilmu Allah, anak itu akan menjadi anak yang durhaka dan pasti masuk neraka. Bahkan ia bisa menjadi sebab kedua orang tuanya pun masuk ke neraka. Maka kematian adalah anugerah Allah yang besar baginya, yang menyebabkan ia kelak akan masuk syurga bersama kedua orang tuanya. Bahkan ia menjadi simbol keindahan syurga, karena jiwanya yang tanpa dosa,.
Allah telah menegaskan bahwa sesuatu yang kita anggap buruk, bisa jadi itu adalah anugerah, sesuatu yang kita anggap baik, ternyata itu adalah bencana.
وَعَسٰى أَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسٰى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
Tapi kita manusia, secara naluri kemanusiaan, selalu menganggap kenikmatan yang kita dapatkan, derajat / pangkat yang kita peroleh di dunia adalah bentuk bentuk anugerah dan kemuliaan, sedangkan segala jenis kesulitan, kekurangan adalah wujud kehinaan dan bencana.
فَأَمَّا اْلِإنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهٗ فَأَكْرَمَهٗ وَنَعَّمَهٗ فَيَقُوْلُ رَبِّيْ أَكْرَمَنْ
Adapun manusia, apabila Tuhannya mengujinya (dengan cara) dimuliakan dan diberi kesenangan, maka dia berkata: “Tuhanku telah memuliakanku” (QS. Al-Fajar/89 : 15)
وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهٗ فَيَقُوْلُ رَبِّيْ أَهَانَنْ
Adapun bila diuji (dengan cara) membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakan aku”. (QS. Al-Fajar/89 : 16)
Demikianlah naluri kita. Padahal kedua ayat itu menggunakan redaksi yang persis sama, yakni “ibtalaahu” (menguji), untuk yang kita anggap baik, maupun yang dikira buruk.
Dan kenyataannya bisa jadi kemuliaan yang kita dapatkan, kesenangan berupa kekayaan, jabatan atau apa pun yang kita peroleh adalah jalan yang mengantar kita kepada bencana di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, bisa jadi kesulitan dan kekurangan yang kita alami adalah kendaraan yang diberikan Allah untuk menuju anugerah dan kenikmatan di masa depan.
Dari mana kita mengetahui itu anugerah atau bencana?
Sederhananya, kita bisa berpatokan pada ayat yang pertama kita baca (QS. Al-Mulk/67 : 2) di atas. Jika sesuatu itu menambah baik amal kita. Menambah kedekatan kita kepada Allah, menambah manfaat kita terhadap sesama makhluk Allah, maka itu adalah anugerah.
Sebaliknya, meskipun yang tampak adalah kemuliaan, kenikmatan, kekayaan maupun jabatan, tapi jika ia menjadikan kita semakin buruk dalam amal dan semakin jauh dari Allah maka dapat dipastikan, hakikatnya itu adalah musibah.
Saya kembali teringat dengan video yang sangat memilukan itu. Maka saya berhusnudhon, dan saya berbahagia. Inilah cara Allah mengakhiri semua keburukan, kesengsaraan yang di alami anak itu di dunia. Kini saatnya ia akan mulai berbahagia dalam naungan kasih sayang Allah yang megah dan indah.
Karena saya pernah mendengar suatu penjelasan. Kelak, ada seseorang yang tidak pernah merasakan kebahagaian, sama sekali, dalam hidupnya di dunia. Sejak lahir hanya derita dan sengsara. Lalu Allah memasukkannya ke dalam surga yang tidak terbayangkan indah dan agungnya. Baru saja masuk, ia ditanya. Apakah engkau pernah merasakan penderitaan dalam hidupmu ? Ia menjawab : Tidak. Saya tidak pernah mengalami penderitaan.
Dan bisa jadi kehidupan yang saya masih terima sampai saat ini justru adalah kesempatan saya menambah nambah pembangkangan dan dosa, menambah keburukan terhadap sesama manusia dan menambah hari hari saya lalai kepada Allah ta’ala. Sehingga menjadi jalan menuju kesengsaraan yang tidak terduga kedatangannya. Na’udzu billah.
Seperti sebuah penjelasan, kelak ada seorang yang selalu merasakan kesenangan, kenikmatan, kebahagaian selama hidupnya di dunia. Tidak pernah mengalami kesulitan dan kesengsaraan. Kemudian Allah memasukkannya ke neraka. Baru saja masuk dan merasakan kesengsaraan sekejap saja, ia ditanya. Apakah kamu pernah mengalami kebahagiaan sebelumnya ? Ia menjawab : Tidak pernah sama sekali. Na’udzu billah tsumma na’udzu billah.
Baca kisah tentang orang yang hidup abadi di : https://www.mqnaswa.id/air-keabadian-untuk-nabi-sulaiman/
Saya teringat do’a yang sangat indah dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam :
أَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي، وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي، وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي،وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ
Ya Allah,perbaikilah agama hamba, ia adalah penjaga dalam semua urusan dan keadaan hamba. Perbaikilah dunia hamba, ia adalah tempat hamba menjalani kehidupan, dan perbaikilah akhirat hamba, ia adalah tempat hamba kembali dalam keabadian.Ya Allah, jadikan hidup ini sebagai penambah kebaikan bagi hamba, dan jadikanlah kematian sebagai “istirahat” hamba dari setiap keburukan.
Semoga kita semua mendapat hidayah dalam menjalani kehidupan ini sehingga termasuk golongan yang diselamatkan dari berbagai bentuk ujian. Amiin amiin,,,
Wallaahu A’lam,
Alhamdulillahi robbil ‘alamin,
Kertanegara, Selasa Wage, 27 Agustus 2019 M / 26 Dzulhijjah 1440 H
Wawan Setiawan
Baca juga kisah Khidir yang lainnya di : https://islam.nu.or.id/post/read/76981/kisah-nabi-khidir-dan-keberkahan-ibadah-hingga-tujuh-turunan