Apakah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam “Nabi Dadakan” ?

2 min read

nabi muhammad

Menjawab pernyataan seorang penceramah bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah sesat

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Apakah sebelum mendapat wahyu, Nabi adalah termasuk orang yang tersesat? Setelah Allah memberikan wahyu, barulah beliau mendapat petunjuk?

Seolah-olah Allah “mendadak” sekali mengirimkan utusanNya yang paling mulia, sayidul Anbiya wal Mursalin (Pemimpin Para Nabi dan Utusan).

Tidak demikian !

Inilah tiga argumentasi bahwa Allah telah memilih dan menjaga Nabi bahkan sejak Nabi masih dalam kandungan.

PERTAMA,
Ketika Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wasallam masih dalam rahim (kandungan), Siti Aminah didatangi para Nabi yang datang untuk menghormati dan mengucapkan selamat kepada Ibu Aminah. Hal ini sebagaimana dijelaskan Syaikh Nawawi dalam kitab Maulid Ibriz.

Lengkapnya ada di sini:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1720436778007242&id=100001228087524

Apakah mungkin para Nabi mengucapkan selamat dan hormat kepada bayi yang “masih tersesat”?

KEDUA,
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mengalami 4 kali pembelahan dada. 2 kali terjadi ketika sebelum diangkat menjadi Nabi. 1 Kali ketika pengangkatan menjadi Nabi dan 1 kali ketika peristiwa Isra Mi’raj (11 tahun kenabian).

Adapun sebelum diangkat menjadi Rasul. Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, mengalami pembelahan dada sebanyak dua kali, yakni

Pertama ketika usia anak anak.

Ahmad dan Muslim meriwayatkan dari Anas Radhiyallahu ‘Anh bahwasanya Rasulullah didatangi oleh Jibril ketika beliau sedang bermain bersama anak anak lain.

Jibril lalu mengambil beliau dan merebahkannya. Setelah itu dada beliau dibelah olehnya dan hatinya dikeluarkan. Lalu dari hati itu dikeluarkan segumpal darah. Jibril berkata, “Ini bagian yang dapat dimasuki setan dari dirimu”.

Kemudian Jibril mencuci hati tersebut pada sebuah baskom dari emas yang berisi air zamzam. Setelah itu ia membalutnya dan mengembalikan pada tempatnya. Kemudian anak-anak itu mengadu pada ibunya – maksudnya ibu yang mengasuh beliau, yakni ibu Halimah- seraya berkata, “Sesungguhnya Muhammad telah dibunuh”.

Kemudian Muhammad datang dengan wajah berseri. Anas berkata, “Aku benar-benar melihat bekas jahitan di dada beliau”.

Dalam riwayat lain, yang mendatangi Nabi 2 orang malaikat, setelah proses pembersihan hati Nabi, salah seorang dari malaikat berkata, “Tulislah Ia”. Maka temannya menulisnya dan Mengecapku dengan Cap Kenabian.

Kedua ketika berusia 10 tahun.

Diriwayatkan oleh Abdullah putra Imam Ahmad dalam kitab Zawaidul Musnad dengan sanad dan perawi terpercaya, bahwasanya Abu Hurairah berkata,

“Wahai Rasulullah, apa yang pertama kali engkau alami dari perkara kenabian?”

Nabi menjawab, “Sesungguhnya ketika aku sedang berada di padang pasir dalam usia 10 tahun, tiba tiba aku didatangi dua orang laki-laki dari atas kepalaku. Salah satu dari keduanya berkata kepada temannya, “Apakah dia orangnya?”

Kemudian keduanya mengambilku, lalu keduanya menghadap ke arahku dengan wajah wajah yang belum pernah aku lihat, dengan aroma aroma yang belum pernah aku temukan, dengan pakaian-pakaian yang belum pernah aku lihat seperti itu. Lalu keduanya berjalan mendekatiku hingga masing-masing memegang lenganku yang tak kurasakan sentuhannya.

Setelah itu, salah satu dari mereka berkata kepada temannya, “Telentangkan dia”. Maka aku pun ditelentangkan oleh mereka dengan tidak lunak dan tidak keras (sedang-sedang saja).

Lalu salah satu dari keduanya berkata kepada temannya, “Belahlah dadanya”. Maka sebagaimana aku lihat, dadaku terbelah namun aku tidak merasakan sakit. Kemudian ia berkata, “Belahlah hatinya”. Maka ia pun membelah hatiku.

Lalu ia berkata lagi, “Keluarkan kedengkian dan hasad dari hatinya”. Maka ia mengeluarkan benda seperti segumpal darah, lalu membuangnya. Setelah itu ia berkata, “Masukkan sifat lemah lembut dan kasih sayang pada hatinya”. Dst sampai akhir hadits.

Kalau kita perhatikan,

Pertama, proses pembelahan dada terjadi ketika nabi masih kecil. Artinya Allah telah menyiapkan beliau sejak kecil. Ini menguatkan argument sebelumnya bahwa sejak dalam kandunganpun Allah sudah memilih Nabi sebagai makhlukNya yang paling mulia.

Kedua, pada pembelahan pertama (ketika anak-anak), setelah proses pencucian hati, Nabi dicap dengan Cap Kenabian. Sedangkan pada pembelahan kedua (ketika Nabi berumur 10 tahun), sahabat Abu Hurairah bertanya, “Apa yang pertama kali engkau alami dari perkara Kenabian?”. Lalu Nabi menjawab dengan menceritakan peristiwa pembelahan dada.

Ini berarti pembelahan dada termasuk dalam “rangkaian pemilihan” beliau Al-Mushtafa sebagai utusan Allah ‘azza wajalla.

Apakah “cocok” jika dikatakan pada saat ini “Nabi masih sesat?”

KETIGA, Sebagaimana dikutip dalam Kitab Dzakhoir Muhammadiyah :

sebelum bi’tsah (diutus jadi Nabi/rasul), Allah menjaga Nabi dalam ketaatan, yakni dengan membenci berhala, bahkan tidak menyukai sesuatu yang haram. Allah menyibukkan Nabi dengan menggembala kambing.

Hingga dalan suatu riwayat, ketika Nabi remaja, beliau bermaksud melihat suatu keramaian, yang “kurang pas untuk calon Nabi”, Allah membuat beliau tertidur dan baru bangun setelah acara itu usai.

Jadi, Allah telah menyiapkan Nabi sejak dalam kandungan Ibu Aminah, Allah menjaga Nabi dari bayi hingga wafat. Bahkan beliau sudah diperkenalkan, sejak Nabi Adam hingga seluruh Nabi dan Rasul sebelum beliau.

Wallahu A’lam.

Alhamdu lillahi robbil ‘alamin

Kertanegara, Senin Legi, 25 Februari 2019 M / 20 Jumadil Akhir 1440 H (repost)

Wawan Setiawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *