Bacaan Ruku’ dan Sujud Ketika Shalat
Bismillahir rahmanir rahim
Doa Ruku’ dan Sujud
Pertanyaan :
Ketika kami melakukan salat, bacaan dalam ruku’ dan sujud ada tambahan lafadz ‘wa bi hamdihi’. Kemudian ada yang menyalahkan bahwa katanya lafadz tersebut tidak ada dalam hadis dan hanya ada dalam kitab-kitab kuning. Benarkah demikian dalam keterangan ilmu fikih? Terima kasih. Abdul Mujib Sby
Jawaban :
Bacaan dalam ruku’ dan sujud ada dua riwayat dari Rasulullah Saw, sama seperti bacaan iftitah. Dalam beberapa riwayat seperti Imam Bukhari dan Muslim berupa “Subhana Rabbi al-‘Adzimi” dan “Subhana Rabbiya al-A’la” tanpa ada lafadz ‘Wa bi hamdihi’. Namun dalam riwayat lain ada tambahan lafadz ‘Wa bi hamdihi’, seperti dalam Sunan Abu Dawud No 870 Sunan Daruquthni No 1308, dll.
زَدَ عُقْبَةُ بْنِ عَامِرٍ قَالَ فَكَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلّى الله عليه وسلّم إِذَا رَكَعَ قَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ ثَلَاثًا وَإِذَا سَجَدَ قَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ ثَلَاثًا (روه أبو داود رقم ٧٣٦)
“Uqbah bin Amir menambahkan bahwa jika Nabi ruku’ membaca Subhana Rabbi al-‘Adzimi wa bi hamdihi 3 kali. Dan sujud membaca Subhana Rabbiya al-A’la wa bi hamdihi 3 kali”
Terkait penilaian bahwa hadis ini dlaif, maka riwayat ini memiliki banyak jalur. Bahkan kalimat ‘wa bi hamdihi’ tercantum dari riwayat sahih dari Aisyah bahwa Rasulullah Saw selalu memperbanyak doa dalam ruku’ dan sujudnya : “Subhanakallahumma rabbana wa bi hamdika” (Aun al-Ma’bud, Syarah Sunan Abi Dawud III/122)
Syaikh asy-Syaukani berkata :
وَأَمَّا زِيَادَةُ “وَبِحَمْدِهِ” فَهِيِ عِنْدَ أَبِي دَاوُدَ مِنْ حَدِيْثِ عُقْبَةَ الآ تِي وَعِنْدَ الدَّارِقُطْنِي مِنْ حَدِيْثِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ الآتِي أَيْضًا. وَعِنْدَهُ أَيْضًا مِنْ حَدِيْثِ حُذَيْفَةَ. وَعِنْدَ أَحْمَدَ وَالطَّبْرَانِي مِنْ حَدِيْثِ أَبِي مَالِكٍ الأَشْعَرِي وَعِنْدَ الْحَاكِمِ مِنْ حَدِيْثِ أَبِي جُحَيْفَةَ وَلَكِنَّهُ قَالَ أَبُو دَاوُدَ بَعْدَ إِخْرَاجِهِ لَهَا مِنْ حَدِيْثِ عُقْبَةَ أَنَّهُ يَخَافُ أَنْ لَا تَكُوْنَ مَحْفُوْظَةً. وَفِي حَدِيْثِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ السَّرِيُّ بْنُ إِسْمَاعِيْلَ وَهُوَ ضَعِيْفٌ. وَفِي حَدِيْثِ حُذَيْفَةَ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى وَهُوَ ضَعِيْفٌ. وَفِي حَدِيْثِ أَبِي مَالِكٍ شَهْرُ بْنِ حَوْشَبٍ وَقَدْ رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالطَّبْرَانِي أَيْضًا مِنْ طَرِيقِ ابْنِ السَّعْدِي عَنْ أَبِيْهِ بِدُوْنِهَا. وَحَدِيْثُ أَبِي جُخَيْفَةَ قَالَ الْحَافِظُ : إِسْنَادُهُ ضَعِيْفٌ وَقَدْ أَنْكَرَ هَذِهِ الزِّيَادَةَ ابْنُ الصَّلَاحِ وَغَيْرُهُ وَلَكِنْ هَذِهِ الطُّرُقُ تَتَعَاضَدُ فَيَرُدُّ بِهَا هَذَ الإِنْكَارُ (نيل الأوطار ٢/ ٢٧١)
“Adapun tambahan ‘wa bi hamdihi’ terdapat dalam riwayat Abu Dawud dari Uqbah, juga dalam riwayat Daruquthni dari Ibnu Mas’ud dan Hudzaifah, dalam riwayat Ahmad dan Thabrani dari Abu Malik al Asy’ari, dalam riwayat al-Hakim dari Abu Juhaifah. Dalam riwayat-riwayat tersebut ada beberapa perawi dlaif, al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: Ibnu Shalah mengingkari tambahan tersebut, tetapi banyaknya riwayat tersebut saling menguatkan. Dengan demikian pengingkaran tersebut dapat ditolak dengan anyaknya riwayat-riwayat di atas” (Nailul Authar, al-Hafidz Asy-Syaukani, 2/271)
Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin
_______________
Sumber : Buku yang berjudul “Jawaban Amaliyah & Ibadah yang dituduh Bid’ah, sesat, kafir dan syirik”
Penulis : KH. Ma’ruf Khozin
_______________
Ubaidillah Fadhil Rohman
Mengenai Dzikir suara keras silahkan baca : https://www.mqnaswa.id/dzikir-suara-keras/