Berkomunikasi dengan Sunan Gunung Jati

1 min read

Berkomunikasi dengan Sunan Gunung Jati adalah salah satu pengalaman spiritual yang disaksikan oleh H. Arifin Junaedi yang menuturkan kisah ini.

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Sesungguhnya para kekasih Allah tidaklah mati, mereka hanya meninggalkan wujud fisik yang fana. Tetapi jiwa mereka abadi. Dalam surat Ali Imran ayat 169 disebutkan “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, tetapi mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki”.

Kisah tentang kehidupan para wali yang sudah meninggal ini dialami Gus Dur. Diceritakan, dia sering berkomunikasi dengan wali yang sudah lama meninggal. Salah satunya dengan Sunan Gunung Jati.

Kisah ini dituturkan oleh mantan sekretaris Jendral PBNU, H. Arifin Junaedi.

AlKisah, suatu ketika ia dherekke (mengantar) Gus Dur ke Cirebon untuk bertemu KH Fuad Hasyim, pengasuh Pondok Pesantren Buntet. Usai pertemuan yang berlangsung hingga larut malam, mereka bergerak menuju Pekalongan untuk mengunjugi Habib Luthfi bin Yahya.

Di tengah perjalanan, tepatnya di daerah Losari, sekitar pukul 01.00 dini hari, Gus Dur meminta sopirnya untuk kembali menuju ke makam Sunan Gunung Jati, yang berada di kompleks Astana Gunung Sembung Cirebon.

“Saya baru saja dipanggil Sunan Gunung Jati,” kata Gus Dur menjelaskan alasannya meminta kembali ke Cirebon.

Seluruh anggota rombongan terdiam. Tidak ada yang berkomentar soal keinginan Gus Dur itu. Dan perjalanan pun berlanjut sampai di kompleks makam.

Uniknya, di tengah malam buta tersebut, para juru kunci makam sudah berkumpul semua untuk menyambut Gus Dur. Mereka memakai seragam kebesaran yang biasa dipakai ketika menerima tamu istimewa, seolah-olah sudah ada yang memberi tahu. Padahal, waktu itu belum ada HP sebagai alat komunikasi.

Mereka pun langsung menuju pemakaman. Sebagaimana tradisi Nahdliyin setiap berziarah, mereka lantas memanjatkan dzikir dan tahlil serta mendoakan Sunan Gunung Jati yang telah berjasa menyebarkan Islam di Jawa Barat.

Usai tahlil, Gus Dur tertunduk dan diam. Sementara Pak Arifin keluar dari ruangan tempat dzikir menuju halaman. Pak Arifin masih penasaran, bagaimana bisa para juru kunci sudah siap menerima kunjungan Gus Dur, padahal sebelumnya tidak ada rencana berziarah.

Ia lalu bertanya kepada salah seorang di antara mereka tentang kejadian ini. “Kok sudah pada siap, siapa yang memberi tahu ?”

Ternyata, semua juru kunci dibangunkan malam-malam oleh koordinatornya (kepala juru kunci), dan di minta bersiap. Sekaligus ia menyampaikan pesan Sunan Gunung Jati, “Cucuku mau datang ke sini”. Pak Junaedi pun hanya manggut-manggut keheranan dengan fenomena luar biasa ini.

Setelah di rasa cukup, mereka pun kembali melanjutkan perjalanan ke Pekalongan sebagaimana rencana semula. Namun, karena masih penasaran, di tengah perjalanan itu Pak Arifin bertanya kepada Gus Dur, “Kapan dipanggil oleh Sunan Gunung Jati Gus ?”

“Ya tadi, waktu perjalanan, dipanggil, disuruh mampir. Kata beliau (kanjeng Sunan), ke Cirebon kok nggak mampir” Jawab Gus Dur.

Adapun soal Gus Dur terdiam seusai tahlil, beberapa waktu kemudian Gus Dur megnaku bahwa saat itu ia sedang berdialog dengan Sunan Gunung Jati. “Kami membincangkan berbagai masalah yang dihadapi umat,” jelas Gus Dur.

Alhamdulillaahi robbil ‘alamin

Baca juga kisah Gus Dur Wali yang Lain : Yang Mengangkat Telpon siapa ?

Sumber :
Buku Gus Dur Wali (Achmad Mukafi Niam & Syaifullah Amin)

MQNaswa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *