Bumi yang Terkena Air Wudlu akan Memintakan Ampun

2 min read

Bumi memintakan Ampun kepada oran yang berwudlu dan penjelasan lainnya.

Pengajian Tanqihul Qoul al-Hatsits Syarah Lubabul Hadits Ke-3

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

الْبَابُ الْخَامِسُ : فِى فَضِيْلَةِ الْإِيْمَانِ

Bab Kelima menjelaskan tentang Keutamaan Iman

Berkata Quthbur Robbani Sayidisy Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jailani radhiyallahu ‘anh : Kita meyakini bahwa orang-orang yang yang dimasukkan Allah ta’ala ke dalam neraka disebabkan dosa besar, sementara di hatinya ada iman (keyakinan bahwa Tidak ada Tuhan yang Berhak disembah kecuali hanya Allah), maka ia tidak akan kekal di dalam neraka. Ia akan dikeluarka dari sana. Karena neraka itu seperti penjara di dunia. Ia memenjarakan orang sesuai dengan kadar kriminalitasnya, kemudian orang itu akan dikeluarkan karena rahmat (kasih sayang) Allah ta’ala.

Neraka juga tidak berhak, tidak boleh menyentuh anggota sujud (anggota tubuh yang digunakan untuk bersujud kepada Allah ta’ala) dari orang tersebut. Karena hal itu diharamkan atas neraka. Selama di dalam neraka, tidak putus putus harapan mereka kepada Allah dalam segala keadaan, sampai kemudian Allah mengeluarkan mereka, kemudian memasukkan mereka ke dalam syurga. Lalu memberikan kepada mereka derajat (kemuliaan) di syurga seukur dengan ketaatan mereka selama di dunia.

 

الْبَابُ السَّادِسُ : فِى فَضِيْلَةِ الْوُضُوْءِ

Bab Keenam menjelaskan tentang Keutamaan Wudlu

Diriwayatkan dari Nafi’ radhiyallahu ‘anh, dari Kanjeng Nabi ﷺ, beliau bersabda : “Tidak ada seorang hamba yang berwudlu, lalu ia memperbaiki/ memperindah wudlunya, menurut tertibnya, kecuali Allah ta’ala memberinya 10 kebaikan di syurga untuk setiap tetesan air wudlunya. Juga, bumi yang terkena tetesan air wudlunya itu, akan memintakan ampun untuknya sampai hari kiamat”.

Baca Pengajian Wudlu lahir batin dari Kyai Sholeh Darat Semarang lengkap di : https://www.mqnaswa.id/category/kyai-sholeh-darat/lathoifuth-thoharoh/

الْبَابُ السَّابِعُ : فِى فَضِيْلَةِ السِّوَاكِ

Bab Ketujuh menjelaskan tentang Keutamaan Siwak

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anh dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda : “Jika saja tidak akan memberatkan umatku, pasti aku akan perintahkan mereka untuk selalu bersiwak ketika wudlu”.

الْبَابُ الثَّامِنُ : فِى فَضِيْلَةِ الْآذَان

Bab Kedelapan menjelaskan tentang Keutamaan Adzan

Dari Jabir radhiyallahu ‘anh sesungguhnya Rasulullah ﷺ, beliau bersabda kepada Bilal radhiyallahu ‘anh : “Jika engkau adzan, maka panjangkanlah, jika engkau iqomat, maka kuatkanlah. Jadikan antara adzan dan iqomahmu, seukur orang makan hingga menyelesaikan makannya”.

Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah ﷺ, bersabda : “Tidak akan ditolak do’a antara adzan dan iqomat”.

الْبَابُ الْتَّاسِعُ : فِى فَضِيْلَةِ صَلَاةِ الْجَمَاعَةِ

Bab Kedelapan menjelaskan tentang Keutamaan Shalat Berjamaah

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anh : “Ada seorang buta yang mendatangi Rasulullah ﷺ, seraya berkata : “Wahai Rasulullah, aku adalah orang buta, dan tidak ada yang menuntunku untuk mendatangi shalat di masjid. Maka Nabi ﷺ memberikan rukhshoh (keringanan) padanya. Tapi ketika orang buta itu sudah berpaling (hendak pergi), Rasulullah ﷺ bertanya : “Apakah engkau mendengar adzan ?”. Ia menjawab : “Ya, saya mendengarnya”

Rasulullah ﷺ bersabda : “Maka jawablah (maksudnya datanglah ke masjid)”

الْبَابُ الْعَاشِرُ : فِى فَضِيْلَةِ الْجُمْعَةِ

Bab Kesembilan menjelaskan tentang Keutamaan (hari) Jum’at

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata : Rasulullah ﷺ, bersabda : “Pada malam Jum’at, Allah mengampuni semua ahlil Islam”.

Dari Salman radhiyallahu ‘anh berkata : Rasulullah ﷺ, bersabda : “Apakah kamu tahu mengapa dinamakan hari Jum’at ?” (Jum’at hurufnya Jim, mim, dan ‘ain, yang arti dasarnya “berkumpul”)

Aku (Salam) menjawab : “Tidak wahai Rasulullah”

Rasulullah ﷺ, bersabda : “Karena di dalam hari itu diikumpulkan –nya ayahmu Nabi Adam ‘Alaihis salam”.

Sebagian ulama menjelaskan, maksudnya adalah “dikumpulkan” –nya jasad dan ruh Nabi Adam ‘Alaihis salam. Sebagian yang lain menjelaskan, maksudnya “dikumpulkan”-nya Nabi Adam dan Ibu Hawa, setelah sekian lama berpisah di bumi.

Sebagian ulama menjelaskan, dinamakan hari Jum’at (hari berkumpul) karena pada hari itu terjadi Kiamat. Sebagaimana firman Allah ta’ala : QS. At-Taghabun/64 : 9

يَوْمَ يَجْمَعُكُمْ لِيَوْمِ الْجَمْعِ

“Pada hari Allah mengumpulkan kalian semua di hari berkumpul”.

Baca juga sejarah penamaan hari Jum’at di : https://islam.nu.or.id/post/read/100268/sejarah-penamaan-hari-jumat-muasal-terkikisnya-keangkuhan-manusia

 

Wallahu A’lam
Alhamdulillahirobbil ‘alamin

Kertanegara, MQ Naswa
Selasa, 26 Mei 2020 M / 3 Syawal 1441 H
Wawan Setiawan

 

Baca Pengajian ke-2 di : https://www.mqnaswa.id/bobot-basmalah-di-timbangan-amal/

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *