Ciri Riya, Bentengnya dan Pelajaran dari Penggembala Kambing

1 min read

Pengajian Kitab Tanbihul Ghafilin Bagian Kedelapan tentang ciri-ciri amal yang riya dan benteng pelindungnya.

Bismillahir rahmaanir rahiim

Diriwayatkan dari Ibnu Abas Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Ketika Allah menciptakan syurga ‘Adn, Allah menjadikan di dalamnya kenikmatan yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia. Kemudian Allah perintahkan kepada syurga, “Bicaralah !”.

Syurga ‘Adn berkata, “Qad aflahal mu’minuun, Sungguh beruntung orang –orang yang beriman. Sungguh beruntung orang-orang yang beriman. Sungguh beruntung orang-orang yang beriman !”.

Kemudian ia (syurga ‘Adn) berkata, “Aku diharamkan atas orang yang bakhil, munafik dan orang-orang yang riya”.

Dan diriwayatkan dari sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anh, beliau berkata : Ciri orang riya itu ada 4 : (1)Ketika sendirian ia malas, (2) tapi menjadi cekatan ketika bersama manusia. (3). Ketika dipuji ia menambah amalnya, (4) tapi ketika dicela ia menguranginya.

Diriwayatkan dari Syaikh Syaqiq bin Ibrahim Az Zahid, beliau berkata : Bentengnya amal (dari riya) ada 3 : Pertama, Meyakini bahwa amal yang dilakukan adalah semata pemberian dari Allah Ta’ala, agar hancurlah ujub (bangga diri) nya.

Kedua, Dengan amal itu, yang diinginkan adalah semata Ridho Allah kepada dirinya (bukan ridho/ senangnya manusia), agar hancurlah hawa nafsunya.

Ketiga, Dengan amal itu, yang diinginkan adalah balasan / ganjaran dari Allah Ta’ala, bukan karena tamak (mengharapkan sesuatu dari) manusia atau pun ingin dilihat mereka.

Dengan ketiga hal ini, maka amal amal menjadi ikhlas /  bersih.

Syaikh Muallif (Nashr bin Muhammad bin Ibrahim AsSamarqandi) menjelaskan (perkataan Syaikh Syaqiq di atas :

Yang dimaksud dengan “meyakini bahwa amal itu pemberian Allah ta’ala” adalah : Allah lah yang telah menolongnya untuk melakukan amal itu. Jika manusia mengetahui bahwa Allahlah yang menolong sehingga dia bisa beramal, maka dia akan sibuk bersyukur bukan bangga diri.

Yang dimaksud dengan “dengan amal itu ia menginginkan ridho Allah” adalah : hendaknya manusia melihat, jika di dalam amal itu ada keridhoan Allah, maka ia melakukannya. Sedangkan jika di dalamnya tidak ada ridho Allah, maka dia tidak akan melakukannya. (Yang akan dilakukan ini disenangi Allah apa tidak?).

Agar ia tidak melakukan amal itu karena dorongan hawa nafsunya. Karena sesungguhnya Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya nafsu itu mengajak / memerintah kepada keburukan”.

Adapun yang dimaksud dengan “mencari balasan amal dari Allah” adalah : ia beramal, melakukan sesuatu semata mata karena Allah ta’ala dan tidak peduli dengan omongan-omongan manusia.

Sebagaimana diriwayatkan dari sebagian hukamâ (Arif billâah/ orang yang mengenal Allah) beliau berkata, “Penting bagi seseorang yang beramal agar mengambil adab dari penggembala kambing.

Beliau ditanya, “Bagaimana maksudnya (mengambil adab dalam amal dari penggembala kambing) ?”

Beliau menjawab, “Karena sesungguhnya penggembala kambing itu ketika shalat di samping kambing-kambingnya, ia sama sekali tidak mencari pujian dari kambing kambingnya terhadap shalat yang ia lakukan. Maka demikianlah bagi orang yang beramal, penting untuk tidak peduli dengan pandangan manusia kepadanya. Dia melakukan amal semata karena Allah, baik ketika bersama manusia maupun ketika sendirian sama saja. Ia tidak mencari sanjungan dari manusia”

Wallahu A’lam.

Alhamdu lillahi robbil ‘alamin

Catatan Pengajian PakNas di Musholla Ar-Raudlah MQ. Nasy’atul Wardiyah Bersama Ust. Hambali Ahmad

Kertanegara, Rabu Wage, 13 Februari 2019 M / 8 Jumadil Akhir 1440 H

Wawan Setiawan

Baca bagian sebelumnya di https://www.mqnaswa.id/golongan-yang-digiring-mendekati-syurga-lalu-diusir/

One Reply to “Ciri Riya, Bentengnya dan Pelajaran dari Penggembala Kambing”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *