Kalau pada tulisan sebelumnya kita menemukan bahwa Nabi memperingati kelahirannya sendiri, maka kali ini kita akan melihat bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala pun memperingati kelahiran para Nabi dan tokoh mulia.
Pada QS. Maryam/19 : 15, Allah memperingati kelahiran Nabi Yahya ‘Alaihis salam :
وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوْتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا
“Dan kedamaian pun diberikan kepadanya, pada hari ia dilahirkan, pada hari ia diwafatkan, dan pada hari ia akan dibangkitkan kembali nanti”
Kemudian dalam QS. Maryam/19 : 33 Allah ta’ala berfirman :
وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوْتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا
“Dan kedamaian pun diberikan kepadakua, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku diwafatkan, dan pada hari aku akan dibangkitkan kembali nanti”
Ayat di atas menggambarkan bahwa Allah mengabadikan ucapan Nabi Isa dalam memperingati kelahirannya sendiri. Jika dilihat dari sisi Nabi Isa, ayat ini bermakna beliau sedang memperingati kelahirannya sendiri. Tetapi jJika dilihat dari sisi yang lain, Allah lah sedang memperingati kelahiran RasulNya.
Kelahiran dan kehadiran seorang putera itu harus disyukuri, apalagi ia adalah seorang Nabi. Jika kita membaca ayat berikut kita akan menjadi paham akan hal itu. Perhatikan firman Allah sebagai berikut : QS. Ibrahim/14 : 39 :
أَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ وَهَبَ لِيْ عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيْلَ وَإِسْحَاقَ
“Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa”
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah mengabadikan/ memperingati kelahiran Nabi isma’il dan Ishaq ‘alaihimas salam dalam bingkai rasa syukur dari sang ayah, Nabi Ibrahim ‘Alaihis salam akan hadirnya kedua putera beliau, yang ternyata kelak akan menjadi para Nabi dan menurunkan para Nabi ‘alaihimus salam.
Ternyata, bukan hanya para Nabi saja. Allah juga mengabadikan kelahiran tokoh mulia, yang bukan dari golongan Nabi. Misalnya dalam QS. Ali ‘Imran/3 : 36 Allah menceritakan kelahiran Siti Maryam sebagai berikut :
فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إنِّيْ وَضَعْتُهَا أُنْثَى, وَالله أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالأُنْثَى, وَإِنِّيْ سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ…
“Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam…”
Bahkan pada QS. Al-Ahqaf/46 : 15 Allah berfirman :
حَمّلَتْهُ أُمُّهٗ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا
“Dalam keadaan kesakitan, ibunya mengandungnya. Dalam keadaan kesakitan pula ibunya melahirkannya”
Menurut tafsir Ibnu Abbas, ayat itu berkenaan dengan isteri Abu Bakar Ash-Shidiq yang melahirkan putra bernama ‘Abdur Rahman bin Abu Bakar[i].
Perhatikanlah ayat ayat di atas. Allah mengabadikan, memperingati kelahiran Nabi Nabi-Nya, bahkan kelahiran orang yang mulia, meski bukan Nabi. Lantas bagaimana mungkin kita tidak memperingati kelahiran Hamba dan Rasul yang paling mulia dan terpilih dari semua hamba dan para utusan.
Kemudian, Perhatikanlah QS. Al-Maidah/5 : 15 : Allah berfirman :
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللهِ نُوْرٌ وَكِتَابٌ مُّبِيْنٌ
“Sungguh telah datang kepadamu, dari Allah, cahaya dan kitab yang terang benderang”
Para mufassir sepakat, bahwa yang dimaksud dengan “Nuur : cahaya” pada ayat itu adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.[ii] Yang kelahirannya menjadikan gembira seluruh penduduk langit dan bumi. Diutusnya menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta.
jika kita memerhatikan ayat ayat di atas sekali lagi, kita menemukan bahwa, ketika menyebutkan kehadiran para Nabi, yang disebutkan hanya “kelahiran jasmani” nya saja. Tapi ketika menyebutkan kehadiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Allah ta’ala menuturkan dalam sifatnya yang mulia. Sebagai cahaya yang akan menerangi hati manusia. Bahkan Allah menyebut, hadirnya cahaya itu “dari Allah”
Sungguh, Allah memperingati kehadiran beliau dengan ungkapan yang halus dan menyentuh, sangat agung dan indah. Sebuah gambaran yang lebih mendekati fenomena pada alam malakut.
Memang, kelahiran Nabi disambut seluruh alam ini. Dalam berbagai kitab dikatakan pada malam kelahiran Nabi syurga tujuh lapis langit di hias, para malaikat semuanya bergembira dan banyak sekali peristiwa agung.
Dengan indah Syaikh Ja’far Al-barzanji melukiskan malam kelahiran Nabi itu:
Pada hari kelahirannya banyak terjadi hal yang bertentangan dengan hukum alam dan peritiwa-peristiwa aneh yang penuh misteri. Hal tersebut merupakan pertanda bagi kenabiannya dan sebagai pemberitahuan bahwa ia adalah manusia yang terpilih oleh Allah dan sebagai kekasih-Nya.
Pintu langit diperketat penjagaannya dan semua iblis dan makhluk setan yang jahat diusir darinya. Bintang-bintang yang menyala siap merajam setiap setan yang terlaknat bila hendak naik ke langit (untuk mencuri-curi pendengaran dari pembicaraan para malaikat).
Bintang gemintang nan gemerlapan mendekat kepadanya sebagai tanda penghormatan. Hingga terang benderang jurang dan bebukitan di negeri Al-Haram. Dan seterusnya sampai akhir bait. (bait ini panjang, dapat dilihat dalam kitab Barzanji maupun kitab kitab maulid lainnya).
Jika Allah ‘Azza Wajalla yang menciptakan Nabi saja membuat peringatan pada saat kelahiran hamba-Nya.Jika malaikat saja semua bergembira menyambut kelahiran Nabi. Bagaimana mungkin kita yang telah diberkahi Allah menjadi umatnya tidak turut gembira memperingati lahirnya Nabi kita sendiri. Padahal Nabi kita adalah makhluk yang paling sempurna.
Bukankah kita yang “lebih seharusnya” untuk melakukan itu semua. Ketika orang-orang Yahudi Madinah berpuasa untuk memperingati keselamatan Musa, Nabi berkata, “Kami (Nabi dan Umatnya) lebih berhak untuk bersyukur atas Musa daripada kalian”. Maka mestinya kita berkata, “Kami umat Nabi Muhammad lebih berhak untuk bersyukur atas hadirnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk kami semua umatnya.
Wallahu A’lam.
Kertanegara, Selasa Pahing, 13 November 2018 M / 5 Rabi’ul Awwal 1440 H
Wawan Setiawan
[i] Tafsir Ibnu Abbas, hlm. 534
[ii] Tafsir Ibnu Abbas, hlm. 119. Tafsir Ath-Thabari Juz 3 : 57 dll.
Mereka yang belum memperingati kelahiran Nabi Muhammad, kita do’akan semoga diberi hidayah agar bisa lebih memulyakan Nabi Muhammad….
Amiin amiin ya mujiibas saa-iliin,,
Terima kasih telah berkunjung, jazaakumullah,,,