Bismillaahir rahmaanir rahiim
Allah ‘Azza Wajalla yang Maha Menciptakan siang dan malam. Allah juga yang memberi setiap sesuatu kadar (ukuran / bisa juga bermakna kemuliaan) dalam setiap ciptaannya. Dalam wujud makhluknya dari jenis manusia. Allah telah memberi kemuliaan tertinggi kepada Sayidina Wamawlana Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Allah telah memuliakan semua waktu. Itu jelas. Karena waktu adalah anugerah Dzat yang Maha Mulia. Bahkan Allah ta’ala banyak bersumpah dengan menggunakan waktu. Tidak mungkin sesuatu yang hina dijadikan sumpah. Apalagi yang bersumpah adalah Allah ta’ala :
QS. At-Takwir/81 : Allah ta’ala bersumpah dengan waktu pagi (shubuh)
وَالصُّبْحِ إِذَا تَنَفَّسْ
“Demi waktu shubuh apabila fajarnya mulai menyingsing”
QS. Adl-Dluha/93 : 1 : Allah ta’ala bersumpah dengan waktu dluha (waktu matahari mulai naik)
وَالضُّحٰى
“Demi waktu dluha – ketika matahari mulai naik”
QS. Al-Lail/92 : 1-2 Allah ta’ala bersumpah dengan waktu siang dan malam :
وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشٰى. وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلّٰى
“Demi malam apabila menutupi dan Demi siang apabila terang benderang”
QS. Al-‘Ashr/103 : 1 Allah ta’ala bersumpah dengan waktu sore :
وَالْعَصْرْ
“Demi waktu Asar”
Tetapi, merupakan suatu sunnatullah sebagaimana dijelaskan pada bagian awal, Allah ta’ala pun telah memberi beberapa malam dengan derajat dan kemuliaan yang khusus. Misalnya malam Jum’at, malam ‘Asyura (malam ke-10 bulan Muharram), malam Nisyfu Sya’ban (malam ke-15 bulan Sya’ban) dan malam ‘Idain (malam dua hari raya).
Biasanya waktu waktu yang dimuliakan itu mendapat “kehormatan khusus” karena berkaitan dengan orang-orang yang mendapat “kehormatan khusus” juga dari Allah ta’ala. Misalnya para Nabi dan Rasul ‘alaihimush sholatu was salam, para malaikat, Al-Qur’an dan lain lain. Jadi malam malam itu dimuliakan karena “keberkahan” para kekasih-Nya dan sesuatu yang dimuliakanNya.
Lalu malam apakah yang paling mulia ?
Sebagian ulama berpendapat, yang paling mulia adalah malam Lailatul Qadar. Yakni malam diturunkannya seluruh Al-Qur’an dari lauhul mahfudz ke Baitul ‘izzah di langit dunia (Samaa-id Dun-ya). Ulama yang berpendapat seperti lebih cenderung mengatakan Nabi dilahirkan siang hari, misalnya Al-Imam Al-Hafidz Al-Qasthalani.
Para ulama memang banyak berpendapat mengenai hari kelahiran Nabi. Ada yang berpendapat tanggal 2 Rabi’ul Awwal, 3 Rabi’ul Awwal, dan 12 Rabi’ul Awwal. Ada yang mengatakan Nabi lahir di siang hari, ada yang berpendapat malam hari. Tetapi pendapat yang paling masyhur, paling banyak diikuti oleh para ulama adalah junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dilahirkan ibu mulia, Siti Aminah, pada malam hari (menjelang fajar), hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal.
Maka kemudian ditanyakan, jika Nabi dilahirkan malam hari, maka mana yang lebih mulia, Malam Qadr (Lailatul Qadr) dan Malam Maulid (Lailatu Maulidin Nabi) ?
Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki dalam Kitab Adz- Dzakhoir Al-Muhammadiyah menjawab, “Malam Kelahiran Kanjeng Nabi lebih utama dari Malam Qadr. Hal ini dapat dilihat dalam 3 aspek :
Pertama : Lailatul Maulid adalah malam kelahiran Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Sedangkan Lailatul Qadr adalah malam kemuliaan yang diberikan kepada Kanjeng Nabi. Dalam i’tibar ini, tentu saja, malam Maulid Nabi lebih utama.
Kedua : Lailatul Qadr dimuliakan dengan hadirnya para malaikat, sebagaimana ayat : QS.
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا
“Para Malaikat dan Ar-Ruh (Malaikat Jibril) turun pada malam itu”
Sedangkan Lailatul Maulid dimuliakan dengan hadirnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Bahkan pada malam maulid, seluruh malaikat pun turut menghormati. Maka jadilah malam Maulid lebih utama dari malam Qadr, sebagaimana Allah mengutamakan Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dari para malaikat.
Ketiga, Lailatul Qadr terjadi sebagai rahmat Allah dan keutamaan khusus untuk umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Sebab Lailatul Qadr memang spesial untuk umat Kanjeng Nabi dan tidak diberikan untuk umat lainnya. Sedangkan Lailatul Maulid terjadi sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta. Karena Rasulullah dihadirkan oleh Allah ta’ala sebagai rahmat, bukan hanya untuk umatnya, tapi juga seluruh alam.
Maka semestinya kita memuliakan malam Maulid Nabi sebagai mana Allah ta’ala telah memuliakannya. Kita mengisi malam Maulid dengan berbagai amal shaleh sebagai bentuk syukur karena pada malam itu dilahirkan orang yang mengenalkan kita kepada semua amal shaleh yang kita lakukan itu.
Wallahu A’lam
Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin
Kertanegara, Senin Pon, 19 November 2018 M/ 11 Rabi’ul Awwal 1440 H
Wawan Setiawan
Baca juga : https://www.mqnaswa.id/dalil-maulid-8-allah-azza-wajalla-perintahkan-membaca-kisah-para-nabi/