Karomah Wali yang diam di suatu tempat dekat Masjidil Haram tapi tempat itu tidak ada.
Bismillahir rahmaanir rahiim
Habib Zein Khird menunaikan ibadah haji. Beliau menyiapkan bekal agar bisa tinggal dan beribadah yang lama di kota suci nan mulua. Beliau datang ke kota Makkah sebelum masuk bulan Ramadhan.
Ia tinggal di salah satu rumah penduduk di kota kelahiran Nabi ini. Sayang, rumah yang ia tinggali itu letaknya jauh dari Masjidil Haram. Sehingga Habib Zein harus ekstra untuk dapat mengikuti shalat 5 waktu berjamaah di sana, padahal beliau sangat menginginkan selalu shalat di dekat Ka’bah.
Apalagi, beberapa hari ke depan bulan Ramadhan akan menjelang.
“Alangkah baiknya kalau selama bulan Ramadhan aku dapat penginapan dekat Masjidil Haram” pikir Habib Zein.
Selesai shalat, seorang pemuda mendatanginya. Memperkenalkan dirinya. Habib Zein pun memperkenalkan diri.
“Wahai Habib, aku ingin engkau tinggal di rumahku selama bulan Ramadhan. Rumahku dekat dengan masjid. Aku sendiri punya rumah yang lain.
“Wah, baik sekali itu” jawab Habib.
“Marilah kutunjukkan rumahku” ajak pemuda itu.
Habib Zein lalu mengikuti sang pemuda menuju rumahnya. Letak rumahnya memang sangat dekat dengan masjid. Sangat sesuai dengan yang idam idamkan Habib. Ia pikir, akan sangat menolong keinginannya untuk menjaga shalat di Masjidil Haram.
“Ini tempat minum, di sini tempat bersuci, di sini ruang makan” pemuda itu menjelaskan letak letak ruangan di rumahnya.
Ramadhan yang mulia akhirnya tiba. Habib Zein pun tinggal di rumah itu. Setiap habis ibadah thawaf, shalat, membaca al-qur’an dan i’tikaf, beliau pulang ke rumah itu untuk istirahat, atau berbuka puasa. Lalu segera kembali lagi ke masjid untuk beribadah lagi.
Demikianlah kegiatannya selama bulan, Syawal menjelang satu hari di depan.
Tanggal satu syawal, selesai shalat shubuh dan shalat ‘Idul Fithri di masjidil Haram, Habib Zein pulang ke rumah. Ia juga berfikir dan berharap akan bertemu dengan pemilik rumah untuk berterima kasih padanya.
Tapi Habib terkejut, rumah itu tidak ada. Beliau jadi kebingungan. Apakah salah tempat?
Tidak mungkin. Jawabnya pada diri sendiri. Rumah itu sangat dekat dengan masjid. Lagi pula sudah sebulan ia bolak balik dari rumah itu ke masjid, bahkan hanya itulah aktifitasnya.
“Wahai penduduk Mekkah, di mana rumah yang ada di sini” tanya Habib kepada penduduk yang ada di situ.
“Tidak rumah di situ Tuan” jawab mereka.
“Tapi selama Ramadhan, aku tinggal di rumah itu” ujar Habib Zein meyakinkan.
Mereka pun menjawab, “Kami penduduk sini, sejak kami baligh tidak pernah ada rumah di situ”.
Habib Zein Khird hidup satu zaman dengan Habib Ali Al Habsyi penyusun Mawlid Simthud Durar.
Ada satu kisah yang mirip sekali dengan kisah di atas. Namun kisah ini dialami seorang putra Kiai. Ia dididik oleh ayahnya dengan cara yang luar biasa. Hingga suatu hari ayahnya menyuruhnya pergi berkeliling ke pesantren pesantren yang jauh. Meminta berkah doa para Kiai. Tanpa bekal sedikitpun. Ayahnya hanya berpesan untuk selalu bershalawat.
Episode perjalanan pemuda itu akhirnya sampai di suatu tempat di dekat masjid suatu kampung. Ia kemalaman dan jelas kelaparan. Ia akhirnya mampir di masjid. Di masjid itu ia bertemu dengan seseorang yang menawarkan untuk mampir. Agar ia bisa makan, minum dan beristirahat. Keramahan, kebaikan bapak itu sangat berkesan dalam hati sang pemuda.
Bertahun tahun setelah kejadian itu. Pemuda itu menyempatkan diri untuk bersilaturahmi kepada orang yang sangat baik itu. Ia pergi ke sana. Ketemu kampungnya. Ketemu masjidnya. Tapi rumahnya tidak ada di sana. Ketika beliau bertanya kepada orang orang yang ada di sana. Mereka berkata bahwa sejak dulu, tidak ada rumah di situ.
Bukankah kita masih di alam dunia. Tapi Allah menunjukkan keluasan robbul ‘aalaminNya (pemelihara seluruh alam). Kita yang masih terlalu sempit memahami pengertiannya.
Wallahu A’lam.
Alhamdu lillahi robbil ‘alamin
Kertanegara, Jum’at Pon, 22 Februari 2019 M / 17 Jumadil Akhir 1440 H (Repost)
Wawan Setiawan
One Reply to “Karomah Wali di Masjidil Haram : Di mana Tempat…”