Dua Ruh satu badan adalah salah satu kisah tentang Habib ‘Ali bin Hasan Al-Athas dalam kitab Tuhfatul Asyraf.
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Habib ‘Ali bin Hasan al-Athas yang hidup sezaman dengan Habib ‘Ali bin ‘Abdullah Assegaf. Di antara keduanya terjalin persaudaraan dan persahabatan yang sangat kuat. Suatu hari, salah seorang murid Habib ‘Ali bin Hasan mendengar tentang Habib ‘Ali bin ‘Abdullah yang sangat luar biasa, sehingga timbul dalam hatinya untuk mengunjungi beliau dan meminta ijazah.
“Aku ingin mengunjungi beliau” kata sang murid.
Habib Ali bin Hasan berkata, “Aku dan Habib ‘Ali bin Abdullah adalah satu. Kami dua ruh yang menghuni satu badan”. Lalu beliau bersyair :
أَنَا مَنْ أَهْوَى وَمَنْ أَهْوَى أَنَا – نَحْنُ رُحَانِ حَلَلْنَا بَدَنَا
Aku yang mencintai, dan yang dicintai adalah satu
Kami adalah dua ruh, menghuni satu badan
Muridnya mendengar dan merasa heran, namun ia tidak berani membantah, maka ia berkata, “Meskipun demiikian, aku tetap ingin datang padanya, mengunjunginya dan meminta ijazah darinya”
Sang murid bersikeras untuk tetap mendatangi Habi ‘Ali bin ‘Abdullah. Padahal seyogyanya, ijazah yang dia inginkan bisa ia minta kepada gurunya sendiri, Habib Ali bin Hasan. Namun melihat muridnya yang demikian keras, beliau berkata :
“Jika kau berkeras hendak menemuinya, pejamkan matamu lalu bukalah. Niscaya kau akan melihat dan menemuinya. Jika engkau melihatnya maka sampaikan keinginanmu padanya”
Sang murid lalu memejamkan matanya, dan ketika membuka kembali kedua matanya, telah duduk di hadapan murid itu Habib ‘Ali bin ‘Abdullah. Sang murid lalu meminta ijazah dan bertanya apa saja yang ingin ditanyakannya. Semua dijawab dan dipenuhi oleh Habib ‘Ali bin ‘Abdullah.
“Apakah sudah cukup bagimu ?” kata Habib ‘Ali bin ‘Abdullah
“Ya”
“Sekarang pejamkan matamu”
Sang murid lalu memejamkan kedua matanya, ketika membuka kembali matanya, ternyata yang ada di hadapannya adalah Habib Ali bin Hasan. Sang murid merasa takjub dengan gurunya, “Bagaimana mungkin itu terjadi”
“Sudah ku katakan padamu sebelumnya. Demikian itu mudah, ruhku masuk ke dalam ruhnya, maka dzat (badan)ku berubah menjadi dzat (badan) nya”.
Saya jadi pernah melihat beberapa kejadian yang aneh “semacam kesurupan”. Namun, yang saya heran adalah bagaimana suara orang yang kesurupan bisa benar benar berubah. Bahkan kemampuannya sangat tidak lazim, misalnya bisa meloncat ke atas pohon, lalu berpindah dari pohon ke pohon seperti monyet. Kekuatan fisik yang sehari hari biasa pun berubah menjadi sangat kuat. Entah bagaimana hal demikian bisa terjadi.
Tentu saja saya, tidak menganggap yang terjadi pada 2 (dua) orang Habib ‘Ali di atas seperti kesurupan. Na’udzubillah. Yang terjadi pada keduanya “sangat indah dan halus” sampai pada perubahan fisik yang demikian luar biasa. Mungkin karena keduanya adalah orang yang agung dan mulia. Misteri ruh ini memang sangat dalam dan rahasia.
Ada dua kisah lagi yang serupa dengan kisah ini. Pertama kisah tentang murid yang mencari obat.
Alkisah ada seorang murid yang matur kepada Syaikhnya untuk mencari obat. Ia menderita sakit dan ia ingin mencari obat dari seorang Tabib yang terkenal sangat pandai. Ketika ia memohon izin dari syaikhnya untuk berobat pada tabib itu, Sang Syaikh mengabulkan, maka si murid pun pergi mendatangi tempat tabib itu buka praktek ketabiban.
Sesampainya di sana, ternyata telah banyak sekali orang yang antri untuk berobat. Mungkin karena memang tabib itu adalah tabib yang terkenal. Maka si murid berfikir, “Sebaiknya aku pergi dulu, nanti aku akan kembali lagi”.
Ia pun pergi dari tempat itu dan setelah diperkirakan cukup lama, ia kembali. Ternyata, antrian orang yang akan berobat masih panjang juga. Akhirnya ia memilih pulang dan berencana akan kembali besok. Tapi, keesokan paginya ketika ia datang, ternyata antrian juga panjang. Setiap ia datang, antrian pasien masih panjang. Akhirnya ia mengadu kepada syaikhnya.
“Setiap kali aku datang, antrian pasien masih panjang. Bahkan aku mencoba datang lebih awal pun tetap saja begitu. Mungkin tabib ini benar benar terkenal”.
“Kalau begitu pergilah ke sana lagi besok”
“Apakah besok pasien akan sepi ?”
“Tentu saja tidak, tapi dia akan mendahulukanmu”
Keesokan harinya si murid datang lagi ke tempat tabib. Seperti biasanya, di sana telah menunggu banyak orang. Ia berfikir tabib tidak mungkin akan mendahulukannya. Ia bukan lah orang yang cukup terkenal, bahkan ia dan tabib pun tidak saling mengenal, apalagi belum ada janji antara dirinya dengan tabib. Bagaimana mungkin tabib akan mendahulukannya.
Tapi siapa nyana, ketika tabib melihat ke arahnya, tabib itu melambaikan tangan agar ia mendekat. Setelah dekat, tabib memeriksa penyakitnya dan memberinya beberapa ramuan obat. Si murid sangat heran dan tidak habis pikir, bagaimana mungkin tabib mendahulukannya dan seperti mengenalnya.
Sepulang dari tempat tabib ia menghadap kepada syaikhnya dan ditanya :
“Bagaimana pengobatanmu ?”
“Itulah yang sampai sekarang belum dapat aku simpulkan. Ketika ia datang, ia segera memanggilku. Seolah dia mengenalku atau sudah ada janjian denganku”
Syaikhnya berkata, “Sesungguhnya ruhku masuk ke dalam tubuhnya, aku dapat mengenalimu dan sudah pula berjanji padamu”
Ada sebuah kisah yang lebih dari ini. Kisah ini bisa dikatakan “10 badan 1 ruh”. Bisa dibaca di : https://www.mqnaswa.id/kisah-ruh-10-ruh-dalam-1-badan/
Wallahu A’lam
Alhamdulillaahi robbil ‘aalaminn
Kertanegara, Naswa
Ahad Legi, 26 Januari 2020 M / 1 Jumadil Akhir 1441 H
Wawan Setiawan
Subhanallah…
Sungguh indah kisah persahabatan para kekasih Allah…