Perjalanan Raja Iskandar Dzulqarnain Ke Negeri Habsyi 13 – 14

5 min read

Perjalanan Raja Iskandar Dzulqarnain Ke Negeri Habsyi 13 – 14

Bismillaah hirahmanai rahiim

Bagian 13

Maka haripun hampirlah malam. Maka berkata Raja Hakim :

” Wahai Tuan hamba, tiada sampai hati ini membiarkan Tuan hamba berjalan seorang diri.”

Kata Nabi Khidlir :

“Hai Raja Hakim, tiadakah tahu Raja bahwa Tuhan yang membalaskan lembing menikam telinga Tuan hamba, itulah yang bersama dengan hamba.”

Kata Raja Hakim :

“Sesungguhnyalah Ya Nabi Allah. Ada bagi tiap seorang Raja itu seorang sahaya kanak-kanak, baik rupanya, namanya Fatah.”

Kata Nabi Khidlir :

” Berikan akan hamba sahaya itu.”

Kata Raja Hakim:

“Ya Nabi Allah, menjadi milik Tuan hambalah dia, sedangkan hamba adalah diperhamba Tuan.”

Suka citalah hati sahaya kanak-kanak itu, dikecupinya kaki Nabi Khidlir. Kemudian berangkatlah berkendara Nabi Khidlir menuju Raja Iskandar.

Akan Raja Iskandar itu pun tiada bisa nyenyak tidur selama kepergian Nabi Khidlir. Ketika Nabi Khidlir datang, berdatang sembahlah orang memberitahu Raja Iskandar akan kedatangan Nabi Khidlir. Baginda pun keluar menyambut. Dibawanya Beliau ke tempatnya bersemayam dan duduk bersama-sama. Nabi Khidlir pun menceritakan peristiwa yang terjadi peri ahwal kaum Habsyi. Beliau berkata:

” Ya Syah Alam, bahwa pindah dari suatu negeri ke negeri yang lain adalah sulit, teristimewa pindah dari satu agama ke agama yg lain.”

Kemudian dikisahkan peri ahwal remaja Habsyi itu. Mengucap syukurlah Baginda kepada Allah Ta’ala.

Kemudian berkata Nabi Khidlir :

” Sebab hamba kembali kemari ini pun pada hati hamba bahwa Raja masyghul akan hamba. Sekarang pun hamba hendak kembali kepada kaum itu. Adapun pesan hamba kepada Raja, jangan lupa perintahkan kepada para hulubalang berjaga pada malam ini. Kerahkan semua memegang senjata.  Apabila didengar tentara berperang, jangan perintahkan lasykar masuk perang agar jangan banyak binasa kaum itu hingga berhadir senjata juga. Biarkanlah mereka itu berperang sama sendirinya. Apabila datang mereka itu kemari, jangan segera kita menyambutnya. Biarkan mereka sampai di kemah, maka lawanlah mereka itu. Tetapi insya Allah Ta’ala yang hamba katakan tidak akan terjadi.”

Kemudian mohon ijinlah Nabi Khidlir untuk kembali ke kaum Damdam dan kaum Qirmatah.

Ketika bertemu dengan Raja Hakim, Raja kaum Damdam dan Raja Samur, Raja kaum Qirmatah, suka citalah kedua Raja itu. Kemudian  Nabi Khidlir berkata kedua Raja tersebut :

“Adapun pada bicara hamba, alangkah baiknya memberitahukan kepada Raja Zarawah bahwa akan menyembah berhala itu sia-sia adanya. Tiada dapat memberi madlarat dan manfaat dan bahwa yang berkata-kata di dalamnya itu setan yang penuh dusta, membawa kepada perbuatan kafir, dibawanya ke neraka. Katakan kepada Raja Zarawah akan kebesaran Raja Iskandar, dibawah kebesaran Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam. Kebesaran Raja Iskandar dikaruniai banyak hulubalangnya. Katakan jikalau mau dia masuk agama Islam niscaya tetaplah ia dalam kerajaan dan kebesarannya. Jikalau enggan, maka rugilah di dunia dan di akhirat.”

Berkata Raja Samur :

” Hamba amatlah berkasih-kasih dengan Raja Zarawah itu. Baiklah hamba pergi kepadanya. Mudah-mudahan dia mau menurut kata hamba.”

Berkata Nabi Khidlir:

” Baiklah, niscaya dibalas Allah Ta’ala pekerjaan yang baik itu.”

Maka pergilah Raja Samur dengan tiga puluh orangnya berkendara menuju Raja Zarawah.

Bermula mereka itu banyak daripada kaum yang lainnya dan tergagah pula kaumnya. Raja kaum Zarawah itu bernama Wakinla. Bermula didengarnya kabarRaja Samur telah menghancurkan berhalanya dan mengikuti agama Raja Iskandar. Maka saat Raja Samur datang disambutlah olehnya.

Dibawanya Raja Samur duduk bersama-sama.

Kata Raja Wakinla :

” Bahwasanya kita lima raja Habsyi ini bagaikan lima jari pada tangan.”

“Sungguh demikianlah kiranya saudara hamba.” Ujar Raja Samur.

Kata Raja Wakinla :

” Jikalau demikian mengapa saudara hamba mau masuk pada agama Raja Iskandar? Mengapa pula menghancurkan berhala yang di sembah datuk negeri kita? Bagaimana pula bertuhan kepada yang lain yang tiada dapat kita lihat dan tiada dapat kita dengar kata-katanya?”

Jawab Raja Samur :

“Sungguh hamba berbuat demikian karena menyembah berhala itu dosa. Tiada ia mau melawan Nabi Khidlir karena tiada kuasanya. Maka tiada dapat ia menolak mudlarat akan dirinya. Betapa ia tiada dapat menolong orang. Tidaklah Raja lihat akan kebenaran agama Raja Iskandar itu. Lembing Raja Hakim berbalik menikam dirinya. Hanya disuruh dengan kata-kata  hingga ia yang hanya seorang tiada terlawan oleh kita, itulah daripada kuasa Tuhannya menolong dia. Itulah Tuhan yang sebenarnya.”

Kata Raja Wakinla :

“Jika demikian, dimana mufakat kita berdua melainkan berperang juga kita ”

Tertawalah Raja Samur mendengar kata itu, ujarnya :

“Hai saudaraku, tiada sangka hamba kata ini keluar daripada lidah Raja. Hanya pada hati hamba , ikut Raja jua hamba dengan barang yang Tuan hamba kata. Semoga Allah menunjuki jalan akan Raja yang sebenarnya seperti yang ditunjukkannya akan hamba. Jangan kiranya saudara hamba mencari bahaya dari Raja Iskandar karena Raja Iskandar itu terlalu sangat hebatnya. Karena dia dengan titah Allah Ta’ala menguatkan dia itu dengan tiga perkara.

Pertama, dianugerahi Allah Ta’ala baginya hebat. Kedua, dititahkan Allah Ta’ala disertai Nabi Khidlir. Ketiga, teramat banyak senjatanya dan tentaranya. Jikalau tiada diikuti niat yang baik hendak memperbaiki hamba Allah Ta’ala, niscaya hanya dalam waktu yang sebentar kita dibinasakannya hanya saja ia memeliharanya jua.  Mudah-mudahan kita mau masuk agama Islam mengikuti agamanya.”

Marahlah Raja Wakinla. Ujarnya :

” Bagimu, apa pedulimu datang kepadaku ini mengatakan hal tersebut? Karena kami takut berperang melawan dia? Tuhanku berhala sudah berjanji kepadaku memenangkan diriku darinya.”

Berkata Raja Samur :

“Hai saudaraku, kata yang diucapkan Raja itu tidak semestinya karena ada dua hal. Satu berharap akan banyaknya tentara. Kedua berharap kepada kata-kata bahwa berhala itu berkata demikian. Kenapa kepalanya bisa dipenggal-penggal hingga malulah kita sebab sudah menyembah sujud sekian lama kepada berhala itu.. jikalau dia kuasa, dia pasti memberi kita kemenangan, niscaya dapatlah dia melindungi dirinya dari  penggalan kami itu. Bahwasanya bersyukurlah kami akan Allah Ta’ala menunjuki pada jalan yang sebenarnya.

Adapun yang diharap Raja  kepada banyaknya tentara yang ada, bahwa demi Allah Ta’ala semua kaum yang menyertai Raja Iskandar itu menuruti katanya dan tentaranya pun  sebanyak tentara Raja Zarawah ini. Tinggalkanlah keinginan Raja yang amat salah ini. Jika Raja hendak melihat bukti kata hamba, marilah kita pergi jepada berhala Raja itu. Katakanlah akan kata hamba ini. Jikalau dia mau menjawab, tiadalah hamba mau pada agama Islam ini. Dan jika tiada mau menjawab kata Raja, ketahuilah bahwa ia itu batu. Tidak dapat memberi manfaat dan yang berkata-kata itu setan yang menyamar pada berhala itu. Karena datang Nabi Khidlir ‘Alaihis Salam, maka segala setan itu lari darinya.”

Bagian 14

Setelah Raja Wakinla mendengar kata Raja Samur,maka dia pun merasa malu dan marah. Diperintahkan kepada para hulubalangnya  untuk membelenggu besi mereka dan memasukkan ke dalam penjara. Raja Samur pun tiada merasa takut  dan berdoa berharap kepada Allah  Ta’ala menolongnya.

Maka haru birulah semua kaum Zarawah dan kaum Qirmatah. Masing-masing mengendarai kudanya dan memegang senjata hingga kedengaranlah riuhnya mereka itu kepada kaum Damdam dan kaum Qirmatah. Maka tahulah para Raja itu bagwa Raja Wakinla berbuat khianat kepada Raja Samur. Raja Hakim dengan segala lasykar Damdam dan Qirmatah mendatangi Raja Wakinla dan Nabi Khidlir pun ikut serta. Kehendak Nabi Khidlir berharap dapat mendamaikan dua kaum itu. Adapun kata-kata Nabi Khidlir tiada juga diturut oleh dua kaum agar berdamai. Pecah peranglah kaum Qirmatah dan kaum Zarawah dari matahari terbit hingga petang.

Berkata Nabi Khidlir kepada Raja Hakim :

“Hai Raja, tiada syak akan hamba hendak pergi melepaskan saudara hamba Raja Samur. Berdoalah Raja kepada Allah Subhana Wa Ta’ala.”

Maka pergilah Nabi Khidlir ‘Alaihis Salam berkendara berdua dengan sahabatnya Fatah Damdami, menyamar dari melalui lambung lasykar hingga datang ke kampung Zarawah. Dilihat Nabi Khidlir tiada tinggal di rumah mereka itu tiada laki-lakinya karena pergi berperang. Kemudian disuruhnya Fatah untuk bertanya dimana Raha Samur dipenjarakan.

Kata mereka :

” Siapa yang bertanya ini?”

Kata Fatah :

” Aku dengan titah Raja kita menjunjung sabda kepada Raja Samur.”

Maka di dalam hati mereka berkata : ” Sungguhlah dia pesuruh Raja.” Akhirnya dibawa oranglah Fatah ke tempat penjara Raja Samur juga ikut serta Nabi Khidlir ‘Alaihis Salam.

Adapun penjaga yang disuruh Raja menunggui penjara Raja Samur itu lima orang. Saat Nabi Khidlir datang berkuda, berteriaklah Beliau hingga penjaga semuanya merasa gentar dan lari. Nabi Khidlir turun dari kudanya, dipegangnya belenggu Raja Samur kemudian dicapnya Bismillah, lalu dipatahkannya belenggu itu di tangan dan kaki Raja Samur. Setelah lepas berkata Raja Samur bahwa tiga puluh orang yang besertanya juga dipenjara di tempat lain. Mereka pun menuju ke sana. Saat Nabi Khidlir di tempat penjara itu, tercenganglah mereka semua tanpa bisa berkata-kata melihat kehebatan Nabi Khidlir. Kemudian dilepaskannya mereka semua. Diambil mereka akan kuda yang tertambat di pintu dan berkendaralah pulang.

Pada sat Raja Samur sampai kepada kaumnya, hari pun sudah tengah malam. Segala lasykarnya masih berperang juga, maka diperintahkan semua hulubalang mundur. Maka kedua lasykar itu pun mundur kepada tempatnya masing-masing. Esok harinya berkumpullah dengan semua hulubalang bermusyawarah mengatur peperangan.

Raja Wakinla merasa menyesal atas perbuatannya، maka diperintahkan orang agar mengeluarkan Raja Samur dari penjara. Para penjaga penjara itu pun berdatang sembah :

” Ya Syah Alam, bahwa sepeninggal Raja datanglah seorang muda yang amat hebat, serta berteriak. Gentarlah semua tulang sendi kami tanpa dapat berkata-kata dan hilanglah akal budi kami. Dia datang berkuda, lalu fipatahkan rantai dan belenggu besi pada Raja Samur dengan tangannya juga.”

Belenggu itu dibawa kehadapan Raja Wakinla. Setelah dilihat belenggu besi itu patah, diapun gentar hatinya, ” Benar juga kata Raja Samur.” bersambung…….

 

 

Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin

Sumber :
Buku Hikayat Iskandar Dzulqarnain
Terbitan ke-57 seri ILDEP
Penerbit Balai Pustaka.

Dari postingan Bpk. Totok W – Grup WA  Kopisoda (Komunitas Pecinta Kyai Sholeh Darat)

Nur Syazliana

Baca juga : https://www.mqnaswa.id/perjalanan-raja-iskandar-dzulqarnain-ke-negeri-habsyi-11-12/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *