Guru yang Pertama dan 3 Ilmu yang Diajarkan

1 min read

Siapakah Guru yang Pertama, dan apakah ilmu yang diajarkannya ? Berikut penjelasannya.

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Jika kita membuka Al-Qur’an, maka kita akan mengetahui bahwa yang pertama kali “dinisbatkan” sebagai GURU adalah Tuhan yang Maha Kuasa, Allah ta’ala.

Ini dapat kita baca pada QS. AL-Baqarah/2 : 31

وعلم آدم الأسماء كلها

Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya

Tapi apakah prakteknya Allah secara langsung mengajar Nabi Adam ?

Menurut sebagian ulama tafsir, tidak. Allah “mengangkat asisten”, yaitu Malaikat Jibril ‘Alaihis Salam, untuk mengajari Nabi Adam, ilmu ilmu yang menjadi bekal untuk beliau menjadi Khalifatullah fil Ardl (khalifah Allah di bumi raya ini).

Demikian mulia seorang guru, ia adalah “penerus” keagungan yang ada dalam ayat di atas. Mengajarkan kepada Anak Cucu Nabi Adam, apa yang semestinya mereka miliki sebagai bekal meneruskan tugas ayah mereka (Nabi Adam).

Tapi ilmu apakah yang seharusnya diajarkan ? Mari perhatikan kisah Nabi Adam ini.

Allah Ta’ala berfirman, “Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama (ilmu) semuanya” (QS. Al-Baqarah/2 : 31)

Ilmu yang pertama adalah, ILMU APA SAJA yang bermanfaat untuk kehidupan di dunia ini. Ilmu Pertanian, Perdagangan, Pertukangan, Teknik Mesin, Kesehatan, Ekonomi, Politik dan Pemerintahan, dan sebagainya dan sebagainya. Segala ilmu apa saja yang membuat manusia mampu memakmurkan bumi ini.

Tetapi, Ilmu ini membuat manusia akan terdorong mengeksplorasi alam raya sehingga menimbulkan kesombongan, keserakahan, bermusuhan dan lain lain. Maka dipelajarilah ilmu yang kedua yaitu :

ILMU TENTANG MANA YANG BENAR DAN MANA YANG SALAH, mana yang boleh dan tidak boleh, mana yang halal dan yang haram.

Hal ini tercermin pada kelanjutannya, yaitu ayat ke-35, “Dan Kami berfirman: “Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang dzalim”.

Ayat di atas menyiratkan satu bekal penting, ilmu tentang hal yang boleh dan tidak boleh.

Ilmu ini membuat kita bisa hidup dalam koridor hukum yang benar. Tapi, tetap saja manusia rawan terpeleset sebagaimana digambarkan dalam kisah Nabi Adam ‘Alaihis Salam.

Kisah dan Hikmah Nabi Adam memakan buah khuldi baca di sini : 4 Rahasia Nabi Adam Memakan Buah Khuldi ?

Maka Allah membekali dengan ilmu yang ketiga, ILMU MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH, taqorrub ilallaah hingga menjadi kekasih-NYA.

Ini tercermin dari ayat, “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang”….. Sampai dengan ayat : “maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati

Frasa “niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati” adalah salah satu ciri seorang kekasih Allah, sebagaimana firman-Nya : QS. Yunus/10 : 62

ألا إن أولياء الله لا خوف عليهم ولا هم يحزنون

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

 

Dengan terpadunya ketiga ilmu tersebut, Nabi Adam dan anak cucunya akan sukses menjalankan tugas sebagai hamba Allah dan Khalifah-Nya di muka bumi ini. Mewujudkan kemakmuran dan kebahagiaan di bumi yang mengantarkan pada kebahagiaan yang abadi di akhirat nanti.

Wallahu A’lam
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin

Kertanegara, MQNaswa,
Sabtu, 27 November 2021.

Wawan St

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *