Hakikat Shalat 1 : Makna “Mendirikan Shalat” menurut Kyai Shaleh Darat

2 min read

Pengajian Kitab Lathaifuth Thaharah bagian ke-13, tentang Hakikat Mendirikan Shalat. Hakikat mendirikan shalat artinya menjadikan shalat bukan hanya gerakan lahiriah semata, tetapi juga sampai pada dimensi ruh.

 

Bismillaahir rahmaanir rahiiim

Penutup (Bab Shalat)

Makna dari “iqoomatush sholat” yang diperintahkan Allah dalam Al-Qur’an adalah hendaknya engkau menjadikan shalatmu sebagai Mi’raj ilal Haq (mi’raj menghadap kepada Alla ta’ala). Ruh  mu naik hingga sampai pada maqom musyahadah (menyaksikan Allah dengan mata hati), sebagaimana musyahadahmu kepada Allah ketika masih di alam arwah.

Ketika itu Allah bertanya kepadamu : “Alastu birobbikum ?” (Bukankah Aku adalah Tuhan yang menciptakan kalian ?”

Lalu kalian menjawab : “Benar ya Allah, Tuanlah yang menciptakan kami semua”

Shalat itu terdiri dari 4 (empat) gerakan :

  1. Berdiri
  2. Ruku’
  3. Sujud
  4. Duduk / Tasyahud

Keempat hal ini sesuai dengan bahan penciptaan manusia yang terdiri dari 4 (empat) unsur :

  1. Tanah
  2. Air
  3. Udara
  4. Api

Keempat bahan penciptaan manusia ini berkesesuaian pula dengan 4 (empat) sifat dasar manusia :

  1. Jamadiyah, yakni sifat benda benda mati, mati tidak berubah rubah, yang sifatnya keras. Misalnya batu.
  2. Nabatiyah, yakni sifat tumbuhan, yang tumbuh, lentur.
  3. Hewaniyah, yakni sifat hewan
  4. Insyaniyah, yakni sifat manusia

 

Penjelasan Keterkaitan Ketiga Hal di Atas (gerakan shalat manusia – unsur penciptaan manusia – sifat dasar manusia)

Duduk / Tasyahud

Duduk tasayahudnya orang yang shalat adalah isyarat untuk sifat Jamadiyah (yakni sifat seperti benda mati yang keras). Maka ketika seorang sudah mendirikan shalat, ia selamat dari sifat Jamadiyah / Jumudiyah (sifat keras). Sifat Jamadiyah dimiliki manusia karena manusia diciptakan dari tanah.

Karena manusia mengandung unsur tanah, ia memiliki sifat keras, “mati”, susah berubah. Ini dinamakan hijab jamadiyah (penutup yang menghalangi cahaya hati yang berasal dari unsur tanah). Hijab ini dihilangkan dengan melakukan gerakan duduk di dalam shalat.

 

Sujud

Sujudnya orang yang shalat adalah isyarat untuk sifat Nabatiyah (yakni sifat tumbuhan). Ketika seorang sudah mendirikan shalat dengan sujud yang benar, ia selamat dari sifat Hijab Nabatiyah (penghalang cahaya hati karena sifat tumbuhan).

Apa itu sifat tumbuhan (nabatiyah)?

Yakni sifat sangat tertarik pada sesuatu. Seperti tumbuhan batang dan daunnya yang selalu mengikuti cahaya matahari, dan akarnya mengikuti kemana arah air. Sifat seperti ini adalah sifat nabatiyah. Sifat Nabatiyah dimiliki manusia karena manusia diciptakan mengandung unsur air.

Karena manusia diciptakan mengandung unsur air, maka ia memiliki sifat, tertarik pada sesuatu. Ini yang dinamakan Hijab Nabatiyah (penutup yang menghalangi cahaya hati yang berasal dari unsur air). Hijab ini dihilangkan dengan melakukan gerakan sujud di dalam shalat.

 

Ruku’

Ruku’nya orang yang shalat adalah isyarat untuk sifat Hewaniyah (yakni sifat hewan).

Apakah sifat hewan itu ?

Syahwat. Syahwat ini berasal dari unsur udara.

Karena manusia diciptakan mengandung unsur udara, maka ia memiliki syahwat. Ini yang dinamakan Hijab Hewaniyah (penutup yang menghalangi cahaya hati yang berasal dari unsur udara). Hijab ini dihilangkan dengan melakukan gerakan ruku’ di dalam shalat.

 

Berdiri

Berdirinya orang shalat adalah Isyarat dari sifat Insaniyah (sifat manusia). Jika seorang berdiri dengan benar di dalam shalat, maka ia selamat dari sifat Insaniyah. Apakah sifat insaniyah itu ? Kibriya (sombong), yang berasal dari unsur api.

Karena manusia diciptakan mendandung unsur api, maka ia memiliki sifat dasar sombong. Ini dinamakan hijab insyaniyah (penutup yang menghalangi cahaya hati yang berasal dari unsur api.

 

Keempat sifat yang telah dituturkan di atas (jumudiyah, nabatiyah, hewaniyah dan insyaniyah) inilah yang kemudian akan melahirkan bermacam macam sifat manusia. Semua sifat manusia berasal dari keempat sifat dasar di atas.

Maka, jika seseorang telah sungguh sungguh mendirikan shalat, sungguh sungguh dalam berdiri, ruku’, sujud dan tasyahudnya, mereka akan terhindar dari empat sifat dasar itu (keras, terbawa kebutuhan, syahwat dan sombong).

Inilah hakikat yang dimaksud dengan IQOMATUSH SHOLAT (Mendirikan Shalat) yang sebenar benarnya. Yakni shalat sebagai munajat kepada Allah ta’ala, sebagaimana perkataan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :

أُعْبُدُوا اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ

Menyembahlah kalian kepada Allah, seolah olah kalian melihat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

 

Wallaahu A’lam

Alhamdulillaahi robbil ‘alamin

Kertanegara, Selasa Kliwon, 17 September 2019 M / 17 Muharram 1441 H

Wawan Setiawan

 

Pelajaran “Wudlu dan Shalat Batin” dari Kyai Shaleh Darat dapat dibaca di : https://www.mqnaswa.id/category/pengajian/lathaifuth-thaharah-wa-asrarush-shalat/

One Reply to “Hakikat Shalat 1 : Makna “Mendirikan Shalat” menurut Kyai…”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *