Hal yang Paling Ditakutkan Rasul akan Menimpa Umat Islam

3 min read

Pengajian Kitab Tanbihul Ghafilin
Bagian Kedua  tentang bahaya riya / Syirik Kecil

Bismillaahir rahmaanir rahiim

BAB IKHLAS

Berkata Al-Faqih Rahimahullah[1] : “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ.  قَالُوْا : يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا الشِرْكُ الْأَصْغَرُ؟ قَالَ : الرِّيَاءُ.

“Sesungguhnya perkara yang paling aku takutkan menimpa atas kalian adalah “Syirik Kecil”. Para sahabat bertanya, “Apakah syirik kecil itu?”. Nabi berkata, “Riya (ingin dilihat/ pamer)”.

(Rasulullah melanjutkan) Pada Kiamat, Hari Pembalasan Amal untuk para hamba, Allah berkata kepada mereka (orang-orang yang riya), “Pergilah kalian kepada orang yang kalian riya (ingin dilihat) olehnya di dunia, dan lihatlah apakah kalian akan menemukan kebaikan di sisi mereka!”.[2]

Berkata Alfaqih : Hal itu dikatakan kepada mereka karena amal amal mereka di dunia ini adalah bentuk penipuan (seolah olah menyembah berabkti kepada Allah, tapi ia mencari “perhatian selain Allah”, maka di akhirat, mereka diperlakukan dengan cara yang serupa (Disuruh mencari perhatian dan balasan kepada selain Allah).  

Sebagaimana firman Allah Ta’ala :

إِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ يُخَادِعُوْنَ اللهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka” (An-Nisa : 142).

Maka dikatakan kepada mereka, “Pergilah kalian kepada mereka yang ingin kalian peroleh perhatiannya dengan amal amal kalian, karena tidak ada balasan ganjaran di sisiKu untuk kalian”.

Hal itu terjadi karena amal amal yang dilakukan, tidak ikhlas ingin mengharap ridlo Allah ta’ala. Sedangkan, seorang hamba berhak mendapat ganjaran jika amalnya semata hanya mengharap ridla Allah saja. Jika amal itu karena mengharap selain Allah, maka dalam amal itu sebenarnya ia “menyekutukan” Allah dengan yang lain. Dan Allah tidak mengakui amal seperti itu.

Berkata AlFaqih : Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda :

يَقُوْلُ اللهُ تَعَالٰى : أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ. أَنَا أَغْنَى عَنِ الْعَمَلِ الَّذِيْ فِيْهِ شِرْكَةٌ لِغَيْرِيْ. فَمَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيْهِ غَيْريْ فَأَنَا مِنْهُ بَرِئٌ.

“Allah ta’ala berfirman, “Aku tidak membutuhkan sekutu-sekutu, Aku tidak membutuhkan amal amal yang di dalamnya Aku disekutukan dengan yang lain. Maka barang siapa melakukan suatu perbuatan yang menyekutukan aku di dalamnya, Aku berlepas darinya”[3].

“Aku berlepas darinya” maksudnya : Allah “tidak ada urusan” dengan amal itu maupun orang yang melakukannya.

Di dalam hadits Qudsi ini terdapat dalil (petunjuk) bahwa sesungguhnya Allah ta’ala tidak menerima suatu amal kecuali jika amal itu ikhlas semata untuk mencari ridha Allah. Jika amal itu tidak ikhlas maka tidaklah diterima dan tidak ada balasan ganjaran baginya di akhirat. Maka tempat kembalinya adalah neraka.

Dalil atas hal itu adalah firman Allah ta’ala (QS. Al-Isra : 18) :

مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهٗ فِيْهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيْدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهٗ جَهَنَّمَ يَصْلٰهَا مَذْمُوْمًا مَّدْحُوْرًا.

“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniwai), maka kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki, kemudian kami jadikan untuknya neraka Jahanam. Ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir”

(Penjelasan ayat di atas secara terperinci adalah sebagai berikut) :

“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawai), maka Kami segerakan baginya di dunia itu”. Maksudnya, barang siapa dengan amalnya ia menghendaki balasan kesenangan dunia, dan tidak menghendaki ganjaran akhirat, maka Allah berikan balasannya di dunia dengan kadar/ukuran sesuai dengan keinginan Allah.

“bagi orang yang Kami kehendaki” maksudnya diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki memeroleh kehancuran !. (Sebagian mufassirin mengatakan) maksudnya, ia mendapat kesenangan dunia itu bukan karena ia menginginkan, tapi karena Allah menghendakinya. (jadi tidak mengikuti apa yang dia inginkan, tapi menurut apa yang Allah tentukan).

“Kemudian kami jadikan untuknya neraka Jahanam”. maksudnya, kami ‘wajibkan’ baginya masuk neraka jahanam.

“Ia akan memasukinya dalam keadaan tercela”, maksudnya Ia dilempar ke dalam neraka itu sambil dicela bahkan dia pun mencaci maki (mencela) dirinya sendiri.

“terusir”, maksudnya dia dibuang/ dijauhkan dari rahmat Allah ta’ala.

(kemudian pada ayat berikutnya, Allah ta’ala berfirman (QS. Al-Isra : 19) :

وَمَنْ أَرَادَ الْأٰخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولٓئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُوْرًا.

“Dan barangsiapa yang menghendaki akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik”

Penjelasan :

“Dan barangsiapa yang menghendaki akhirat”, maksudnya orang yang menghendaki balasan / ganjaran di akhirat.

“dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh”, maksudnya ia sungguh sungguh berusaha berbuat kebaikan ikhlas hanya mengarap ridla Allah untuk kehidupan di akhirat.

“sedang ia adalah mukmin”, maksudnya ia adalah seorang yang beriman kepada Allah, karena tidak diterima amal kecuali disertai dengan iman.

“maka mereka itulah”, maksudnya mereka yang beramal karena mencari ganjaran akhirat dan tidak beramal karena ingin dilihat dunia.

“adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik”, maksudnya amal mereka diterima oleh Allah ta’ala.

(kemudian pada ayat berikutnya, Allah ta’ala berfirman (QS. Al-Isra : 20) :

كُلًّا نُمِدُّ هٰٓؤُلَٓاءِ وَ هٰٓؤُلَٓاءِ مِنْ عَطَٓاءِ رَبِّكَ. وَمَا كَانَ عَطَٓاءُ رَبِّكَ مَحْظُوْرًا.

“Kepada masing-masing golongan, baik golongan ini maupun golongan itu, Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi”

Penjelasan :

“Kepada masing-masing golongan, baik golongan ini maupun golongan itu, Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu”, maksudnya setiap golongan (baik golongan yang mengharap dunia maupun yang mengharap ridha Allah), keduanya diberikan rizki dari Tuhanmu (Allah ta’ala).

“dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi”, maksudnya rizki dari Allah ta’ala, Tuhanmu, tidak bisa dihalangi, baik untuk orang beriman, orang kafir, untuk orang yang berbakti maupun orang fajir (selalu berbuat dosa).

Dari ayat-ayat ini, Allah ta’ala benar benar telah menjelaskan bahwa barangsiapa beramal tidak karena menginginkan ridla Allah ta’ala, maka tidak ada bagian untuknya kecuali kesulitan dan kepayahan.

Wallahu A’lam

Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin.

Pengajian PakNas di Musholla Ar-Raudlah MQ. Nasy’atul Wardiyah

Kertanegara, Kamis Wage, 24 Januari 2019 M/ 18 Jumadil Awwal 1440 H

(Repost)

Pencatat : Wawan Setiawan


[1] Maksudnya Syaikh Abu Laits, Nashr bin Muhammad bin Ibrahim Assamarqandi

[2] Sanad : Abu laits dari Fadl bin Ahnaf, dari Muhammad bin Ja’far Al-Karabisi, dari Ibrahim bin Yusuf, dari Isma’il bin Ja’far dari ‘Amr mawla Muthallib dari ‘Ashim dari Muhammad bin Labid dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

[3] Sanad : Abu laits dari Muhammad bin Fadl, dari Muhammad bin Ja’far, dari Ibrahim bin Yusuf, dari Isma’il dari Umar dari Sa’id bin Abi Sa’id Al-Maqburiy dari Abu Hurairah dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

Bagian Kesatu dapat dilihat di https://www.mqnaswa.id/pengajian-kitab-tanbihul-ghafilin-1-muqaddimah/

2 Replies to “Hal yang Paling Ditakutkan Rasul akan Menimpa Umat Islam”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *