Haul Orang Tua dan Haul Ulama

1 min read

Haul Orang Tua Dan Haul Ulama

Haul Orang Tua Dan Haul Ulama

Bismillahir rahmanir rahim

Pertanyaan:

Apa dasar dan hikmah dari acara haul?

Jawaban:

Haul memiliki arti tahun, dalam hal ini adalah mendoakan tiap tahun. Bukan berarti mendoakan orang tua hanya setahun sekali, tetapi setiap waktu. Sementara menentukan setahun sekali berdoa untuk ahli kubur berdasarkan riwayat sahih berikut:

عن محمد بن إبراهيم التيمي قال كان النبي صلى الله عليه وسلم يأتي قبور الشهداء عند رأس الحول قيقول السلام عليكم بما صبرتم فنعم عقبى الدار قال وكان أبو بكر وعمر وعثمان يفعلون ذلك.

“Diriwayatkan dari Muhammad bin Ibrahim al-Taimi, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendatangi kuburan Syuhada’ tiap awal tahun dan beliau bersabda: “Salam damai bagi kalian dengan kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu” (Ar-Ra’d : 24). Abu Bakar, Umar dan Utsman juga melakukan hal yang sama.” ¹⁰⁸)

Mendoakan orang tua yang telah wafat adalah bagian dari birrul Waalidain, berbakti kepada orang tua, sebagaimana hadits berikut:

عن أسيد مالك بن ربيعة الساعدى قال بينا نحن عند رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا جاءه رجل من بنى سلمة فقال يا رسول الله هل بقى من بر أبوى شيء أبرهما به بعد موتهما قال《 نعم الصلاة عليهما والإستغفار لهما وإنفاذ عهدهما من بعدهما وصلة الرحم التي لا توصل إلا بهما وإكرام صديقهما 》

“Dari Usaid bin Malik bin Rabiah al-Sa’idi, ia berkata bahwa ketika kami bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, tiba-tiba datang seseorang dari Bani Salamah dan bertanya: “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, masih adakah kewajiban berbakti yang aku baktikan untuk kedua orang tuaku yang telah wafat?” Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: “Ya, mendoakan keduanya dan memintakan ampunan, melaksanakan janjinya (wasiat), silaturrahim kepada kerabat keduanya dan memuliakan kawan dekat keduanya.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan al-Hakim) ¹⁰⁹)

Sedangkan tujuan haul seorang ulama yang sering dilakukan oleh warga Nahdliyin adalah untuk meneladani Keshalehannya. Hal ini sudah dilakukan sejak zaman sahabat:

عن سعد قال أتي عبد الرحمن بن عوف يوما بطعامه فقال قتل مصعب بن عمير وكان خيرا مني فلم يوجد له ما يكفن فيه إلا بردة وقتل حمزة أو رجل آخر خير مني فلم يوجد له ما يكفن فيه إلا بردة لقد خشيت أن يكون قد عجلت لنا طيباتنا في حياتنا الدنيا ثم جعل يبكي.

“Diriwayatkan dari Sa’d bahwa Abdurrahman bin Auf suatu hari disuguhi makanan. Ia berkata: “Mush’ab bin Umair telah terbunuh, ia lebih baik dariku, tak ada yang dapat dibuat kafan untuknya kecuali kain selimut. Hamzah juga telah terbunuh, ia lebih baik dariku, tak ada yang dapat dibuat kafan untuknya kecuali kain selimut. Sungguh saya khawatir amal kebaikan-kebaikan kami segera diberikan di kehidupan dunia ini”. Kemudian Abdurrahman bin Auf menangis.” (Riwayat Bukhari No. 1195)

Dalam hal ini al-Hafidz Ibnu Hajar mengutip dari ahli hadits:

قال ابن بطال وفيه أنه ينبغي ذكر سير الصالحين وتقللهم فيةالدنيا لتقل رغبته فيها

“Ibnu Baththal telah berkata: Dalam riwayat ini dianjurkan menyebut kisah-kisah orang saleh dan kesederhanaannya terhadap duniawi. Tujuannya agar tidak cinta dunia.” ¹¹⁰)

Abdullah Ibnu Mubarrak berkata:

قال ابن المبارك رحمه الله: ( سير الصالحين جند من جنود الله يثبت الله بها قلوب عباده ) ومصداق ذلك من القرآن قول الله تعالى: { وكلا نقص عليك من أنباء الرسل ما نثبت به فؤادك وجاءك في هذه الحق وموعظة وذكرى للمؤمنين } [هود: ١٢٠] … يحتاج الإنسان إلى زيارة من من يبكيه، وإذا لم يجده في الأحياء، إطلع على سيرته في الأموات

“Sejarah orang-orang shaleh adalah salah satu pasukan Allah, yang dapat mengokohkan hati hamba-hamba Allah. Sebagaimana dalam firman Allah: Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman [Hud: 120] … Seseorang butuh untuk berkunjung kepada sosok manusia yang dapat membuatnya menangis. Jika tidak menemukannya di kalangan yang masih hidup, maka pelajarilah dari sejarah orang-orang yang telah wafat.” ¹¹¹)

Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin

____________________

¹⁰⁸) HR. Al-Baihaqi dalam Dalailul Nubuwah 3/306 dan Abdurrazaq dalam al-Mushannaf No. 6716

¹⁰⁹) Al-Hakim menilainya sahih, al-Dzahabi pun menilainya sahih. Dan al-Hafidz al-Iraqi menilainya hasan (Takhrij Ahadits Ihya, 3/72)

¹¹⁰) Al-Hafidz Ibnu Hajar, Fathul Bari, 7/354

¹¹¹) Durus Syaikh Hasan asy-Syanqithi, 5/28

Sumber : buku yang berjudul “Menjawab Amaliyah & Ibadah yang dituduh bid’ah 2”

Penulis : KH. Ma’ruf Khozin

____________________

Ubaidillah Fadhil Rohman

Mengenai hukum talqin mayit baca di : https://www.mqnaswa.id/talqin-mayit-di-kuburan/

Baca juga : https://bincangsyariah.com/headline/himbauan-ulama-agar-perlakukan-jenazah-corona-dengan-hormat/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *