Iman dan Adab ; Perpaduannya dalam Al-Qur’an

1 min read

IMAN dan ADAB artinya memadukan antara iman sebagai fondasi agama dan adab / etika seorang hamba kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Sebagai seorang mukmin, kita wajib meyakini “Semua ketetapan baik atau buruk, kemudahan atau kesulitan, sehat atau sakit, semua dari Allah Ta’ala.”
Hal ini dinash-kan, salah satunya, di dalam sebuah hadits Jibril. Sebuah hadits panjang yang menjelaskan tentang, Iman, Islam dan Ihsan. Dalam hadits tersebut Nabi menyatakan bahwa salah satu rukun iman adalah meyakini ketetapan Allah, yang baik maupun yang buruk (semuanya adalah dari ketetapan Allah ta’ala).
Tapi, dalam Al-Qur’an, Allah mendidik kita suatu Adab agar, “ketika kita mendapat kebaikan, kita mengarahkannya kepada Allah ta’ala. Sedangkan ketika kita mendapat keburukan, kita arahkan pada diri kita sendiri”.
Perhatikan misalnya firman Allah ta’ala : QS. Asy-Syu’ara/26 : 80
وإذا مرضت فهو يشفين
“dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku”
Ketika menyebut “sakit”, diarahkan pada diri sendiri (aku), sedangkan ketika menyebut “sembuh”, yang disebut adalah Dia (Allah).
Perhatikan pula 2 ayat yang beruuruta dalan QS. Al-Fajr/ 89 : 15-16
فأما الإنسان إذا ما ابتلاه ربه فأكرمه ونعمه فيقول ربي أكرمن
Perhatikan ayat tersebut. Ayat ini adalah menyatakan “Ujian dari Allah” tapi berupa kemuliaan, atau kesenangan. Ketika menyebut ujian yang berupa kemuliaan, atau kesenangan, dan semacamnya menggunakan lafadz “mabtalaahu ROBBUHU“. Ada kata Robbuhu (Tuhannya/ Allah) di situ.
Tapi di dalam ayat berikutnya kita baca :
وأما إذا ما ابتلاه فقدر عليه رزقه فيقول ربي أهانن
Ayat ini menyatakan ujian dari Allah yang berupa kesulitan, kekurangan harta dan lain lain. Ketika menyebut ujian semacam ini, redaksi ayatnya hanya menggunakan “mabtalaahu“, tanpa ada kata Robbuhu.

Jadi meskipun ujian berupa kebaikan, kemuliaan, melimpah harta, maupun ujian berupa kesulitan, bencana dan kekurangan harta, semuanya adalah berasal dari Allah, tapi Allah mendidik kita adab, agar ketika kita mendapat kemuliaan, kita mengarahkannya kepada Allah. Sedangkan kita kita mengalami kesulitan atau keburukan, kita mengarahkan kepada diri kita sendiri.
Iman dan Adab ini penting untuk kita terapkan dalam kehidupan, yakni, Jika kita memeroleh kebaikan dan keberhasilan, hendaknya mencari sebanyak mungkin faktor di luar diri kita (orang-orang yang menjadi wasilah tercapainya keberhasilan itu, do’a kedua orang tua, berkah para guru dan orang shaleh), dan tertingginya adalah Allah ta’ala. Sehingga dengan itu kita menjadi bisa bersyukur/ berterima kasih dan rendah hati.
Sedangkan jika kita mendapat keburukan dan kegagalan, hendaknya kita fokus pada kekurangan yang ada pada diri kita, dan tidak mencari cari kesalahan pada fihak lain.
Wallahu A’lam
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamin
Kertanegara, MQNaswa, Jum’at, 17 September 2021 M
Wawan Setiawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *