Istighatsah Dalam Fiqih
Bismillahir rahmanir rahim
Pertanyaan:
Apa dalil tentang Istighatsah?
Jawaban:
Di kalangan Nahdliyin telah terbiasa mengamalkan doa bersama yang disebut istighatsah, bahkan sudah banyak dilakukan banyak pihak, baik ketika ada dzikir bersama, pembangunan, ujian nasional dan lain sebagainya.
Istighatsah memiliki arti ‘minta pertolongan’. Sebagaimana dalam al-Qur’ an: “(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenan-kanNya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” (QS. Al-Anfal : 9)
Sedangkan penamaan sebagai doa istighatsah dikarenakan dalam doa tersebut menyebut doa iatighatsah yang sering dibaca oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
عن أنس بن مالك قال كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا كربه أمر قال يا حي قيوم برحمتك أستغيث.
“Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa jika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menemukan kesulitan, beliau berdoa: “Wahai Allah yang maha hidup, maha mengurus segala sesuatu. Dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan.” (HR. at-Tirmidzi dan al-Bazzar) ¹¹⁹)
Selain doa tersebut, bacaan yang terdapat dalam istighatsah adalah Asmaul Husna (QS. Al-A’raf : 180), Istighfar, Shalawat dan lainnya.
Ada sebagian doa Istighatsah yang berbunyi:
أللهم صل وسلم على سيدنا محمد قد ضاقت حيلتي أدركني يا الله.
“Di dalam doa ini tidak ada yang diperselisihkan, sebab hanya memanggil dan menyebut Allah. Sementara di dalam doa Istighatsah versi lainnya ada kalimat Tawassul kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dalil kebolehannya adalah sebagaimana yang telah di sebutkan di Bab Tawassul sebelumnya.
Mengenai Tawassul kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam baca di : https://www.mqnaswa.id/nabi-shallallahu-alaihi-wasallam-mengajarkan-tawassul/
Yaitu doa yang berbunyi:
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد قد ضاقت حيلتي أدركني يا رسول الله
“Ya Allah, limpahkan shalawat dan salam kepada junjungan kami, Muhammad. Sungguh telah sempit upahaku. Tolonglah aku dengan doamu wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.”
Kalimat Tawassul ini tidak mengandung kesyirikan, sebab hakikatnya dalam setiap doa umat Islam hanya meminta kepada Allah. Di zaman Khalifah Umar bin Khattab juga ada sahabat yang berdoa di dekat makam Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan menyebut Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
عن مالك الدار ، قال: وكان خازن عمر على الطعام، قال : أصاب الناس قحط في زمن عمر، فجاء رجل إلى قبر النبي فقال: يا رسول الله إستسق لأمتك فإنهم قد هلكوا، فأتى الرجل في المنام فقيل له: ائت عمر فأقرئه السلام وأخبره أنكم مسقيون، وقل له: عليك الكيس، عليك الكيس، فأتى عمر فأخبره فبكى عمر ثم قال: يا رب لا آلو إلا ما عجزت عنه.
“Diriwayatkan dari Malik Ad-Dar, bendahara pangan Khalifah Umar bin Khattab, bahwa musim panceklik melanda kaum Muslimin pada masa Khalifah Umar. Maka seorang sahabat (yaitu Bilal bin Harits al-Muzani) mendatangi makam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mengatakan: “Hai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, mohonkanlah hujan kepada Allah untuk umatmu karena sungguh mereka benar-benar telah binasa”. Kemudian orang ini bermimpi bertemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan beliau berkata kepadanya: “Sampaikan salamku kepada Umar dan beritahukan bahwa hujan akan turun untuk mereka, dan katakan kepadanya: “bersungguh-sungguhlah melayani umat”. Kemudian sahabat tersebut datang kepada Umar dan memberitahukan apa yang dilakukannya dan mimpi yang dialaminya. Lalu Umar menangis dan mengatakan: “Ya Allah, saya akan kerahkan semua upayaku kecuali yang aku tidak mampu.” ¹²⁰)
Pertanyaan berikutnya apakah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bisa mendoakan dari dalam kuburnya? Dalilnya adalah sebagai berikut:
عن عبد الله عن النبي قال: حياتي خير لكم تحدثون ويحدث لكم، ووفاتي خير لكم تعرض علي أعمالكم، فما رأيت من خير حمدت الله علبه، وما رأيت من شر استغفرت لكم.
“Diriwayatkan dari Abdullah, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Hidupku adalah kebaikan bagi kalian dan matiku adalah kebaikan bagi kalian. Ketika aku hidup kalian melakukan banyak hal lalu dijelaskan hukumnya melalui aku. Matiku juga kebaikan bagi kalian, diberitahukan amal perbuatan kalian. Jika aku melihat amal kalian baik maka aku memuji Allah karenanya. Dan jika aku melihat amal kalian yang buruk, maka aku memohonkan ampun untuk kalian kepada Allah.” (HR. Al-Bazzar)
Al-Hafidz al-Haitsami berkata:
رواه البزار ورجاله رجال الصحيح
“Para perawinya adalah para perawi hadits sahih.” ¹²¹)
Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin
____________________
¹¹⁹) al-Hafidz al-Haitsami berkata: “Para perawinya adalah perawi hadits sahih, kecuali Utsman bin Mauhib, ia terpercaya.” (Majma Zawaid, 10/72)
¹²⁰) Riwayat Ibnu Abi Syaibah. Sanan hadits ini dinilai sahih oleh al-Hafidz Ibnu Katsir dalam Bidayah wan Nihayah (7/101) dan al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (2/495)
¹²¹) Majma Zawaid, 9/24
Sumber : buku yang berjudul “Menjawab Amaliyah & Ibadah yang dituduh bid’ah 2”
Penulis : KH. Ma’ruf Khozin
____________________
Ubaidillah Fadhil Rohman
Baca juga : https://islam.nu.or.id/post/read/127481/tradisi-dan-dalil-istighatsah