Penjelasan hadits untuk mempermudah, jangan mempersulit.
Bismillaahir rahmaanir rahiim
قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَسِّرُوْا وَلَا تُعَسِّرُوْا ، وَسَكِّنُوْا وَلَا تُنَفِّرُوْا
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Permudahlah dan jangan kalian mempersulit. Tenangkanlah dan jangan kalian membuat mereka menjauh” (Shahih Bukhari)
Muqaddimah :
Limpahan puji kehadirat Allah yang Maha Luhur. Maha Mengasuh alam semesta dari sejak dicipta sampai alam ini berakhir. Tiadalah makhluk di alam ini kecuali semuanya di dalam pengasuhan kelembutan Ilahi. Maha Mengasuh hamba-hambanya melewati kehidupan.
Ia menciptakan alam di atas permukaan bumi, matahari, bulan, bintang-bintang, air dan lautan, daratan, tumbuhan, hewan, kesemuanya adalah kelembutan Allah pada keturunan Adam. Semuanya adalah seruan Allah, mengundang keturunan Adam untuk mendekat kepada Sang Maha Pengasuh.
Ketika ibu mengasuh bayinya, dengan segala kasih sayangnya selama sekian tahun sekian bulan, akan selesai juga masa pengasuhan ibu. Tapi pengasuhan Allah kepada kita, sejak alam rahim hingga kita wafat, pengasuhan Allah tiada berhenti setiap waktu dan kejap. Memelihara seluruh sel tubuh kita dan memelihara kehidupan kita dengan sempurna. Duduk dan berdirinya, bahkan sakit dan musibah yang sering diartikan bala’/ kesulitan oleh manusia Allah jadikan sebagai penghapus dosa. Demikian indahnya perbuatan Sang Pengasuh kita, Allah.
Allah tiada membedakan pengasuhan-Nya kepada hamba-Nya yang mukmin atau dhalim. Yang muslim atau bukan muslim. Yang menyembah Allah atau yang menyekutukan Allah, bahkan kepada yang menantang kemurkaan Allah. Demikianlah kasih sayang Allah mengalir bagaikan air yang tiada pernah berhenti setiap kejap dalam kehidupan kita. Dan Allah menyiapkan, kasih sayang-Nya yang abadi, bagi mereka yang beriman, yang mengikuti Sayidina Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Penjelasan Hadits :
Permudah Jangan Mempersulit
Sampailah kita kembali menukil kembali mutiara mutiara indah, dari Sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :
قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَسِّرُوْا وَلَا تُعَسِّرُوْا ، وَسَكِّنُوْا وَلَا تُنَفِّرُوْا
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Permudahlah dan jangan kalian mempersulit. Tenangkanlah dan jangan kalian membuat mereka menjauh”
“Yassiruu walaa tu’assiruu”, Permudahlah umat ini, dan saudara-saudara kalian, dan teman-teman kalian, jangan dipersulit. Jika mereka ingin bertaubat, jangan dipersulit taubatnya. Jika mereka ingin dekat kepada Allah , permudahlah agar mereka lebih ingin dekat kepada Allah.
“Sakkinuu”, tenangkanlah temanmu, masyarakatmu, keluargamu, kerabatmu, tenangkanlah. Bukan diajak untuk emosi dan marah.
“Walaa tunaffiruu” jangan kau sampaikan satu ucapan yang membuat mereka menghindar dari tuntunan ilahi. Kekerasan di dalam tuntunan, di dalam ucapan atau di dalam pengajaran, bisa membuat orang menghindar dan menjauh. Ini telah diingkari oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau menuntun kita kepada kelembutan di dalam gerak gerik dan pribadi dan di dalam dakwah. Dakwah bukan harus di atas mimbar. Kau dengan temanmu, mengajaknya berbuat baik, itu adalah dakwah.
Munculkan Cahaya Mukjizat dalam Sunnah Nabi
Nabi senantiasa senang mempermudah suatu urusan bagi umatnya. Akhlak ini bersumber dari sifat kelembutan Nabi dan kasih sayang Nabi yang teramat besar. Maka berlemah lembutlah, warisilah kemuliaan sifat Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Munculkan kekuatan mukjizat dalam hari hari kita.
Bagaimana mungkin memunculkan kekuatan mukjizat ?
Kita ini kan bukan Nabi dan bukan Rasul ?
Betul, kita bukan Nabi dan bukan Rasul. Tapi mukjizat itu miliki Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang rahasia kemuliaannya tersimpan dalam sunnah-sunnah beliau. Mereka yang mengikuti sunnah-sunnah beliau, akan melihat cahaya keberkahan di dalam hidupnya, yang muncul dari cahaya mukjizat tuntunan (sunnah) Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wa baaraka ‘alaih.
Allah menuntun Nabi-Nya kepada kasih sayang dan kelembutan, sehingga jadilah sang Nabi ini digandrungi dan dijadikan idola. Dicintai dan dijadikan pintu pengaduan. Hingga sampai pada, mereka itu, belum bicara dengan beliau, baru melihat wajah beliau yang ramah sudah tenang jiwa mereka.
Beliau, Nabiyuna Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wa baaraka ‘alaih, diundang oleh orang Nasrani hadir, diundang oleh Yahudi hadir, diundang oleh orang munafik hadir. Demikian indahnya budi pekerti Nabi. Bangkitkan keindahan budi pekerti beliau dan indahnya sosok beliau dalam jiwamu, kau akan temukan ketenangan hidup dan bimbingan ilahiyah dalam hari-harimu kepada keluhuran dan keberkahan.
Dengan sifat lemah lembut, kita jadi senang mempermudah suatu urusan untuk saudara kita. Dan saudara kita semakin senang dan tenang ketika bersama kita. Demikian tuntunan Nabi.
Nabi Selalu Memilih yang Mudah dan Sebuah Kisah Sahabat
مَا خُيِّرَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ امْرَيِنْ إِلَّا أَخَذَ أَيْسَرَهُمَا مَا لَمْ يَكُنْ إِثْمًا
“Tiadalah dihadapkan dua masalah kepada Sang Nabi, kecuali beliau pasti memilih untuk umatnya yang paling mudah selama bukan dosa”
Asalkan bukan suatu dosa, cari yang lebih mudah untuk umat, ambil yang paling mudah untuk umat, asalkan bukan dosa.
Dikisahkan dalam shahih Bukhari, ada seorang sahabat yang sudah tua renta, sedang shalat sunnah. Di tengah shalatnya, keledai tunggangan yang dia tambatkan lepas talinya dan keledai itu pergi. Maka sahabat yang tua itu berlari, meninggalkan shalatnya dan mengejar keledai.
Para tabi’in tertawa, menertawakan orang tua itu. Mereka mengatakan orang tua itu shalat tidak khusyu. Masa sedang shalat malah mengejar keledai. Ketika ditanyakan kepadanya, ternyata ia adalah sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wa baaraka ‘alaih. Mereka pun semakin penasaran dan bertanya :
“Mengapa engkau berbuat seperti itu (shalat ditinggalkan untuk mengejar keledai) padahal engkau sahabat Rasulullah?”
Ia menjawab, “Aku menyaksikan betapa ringannya tuntunan beliau. Jika aku tetap dalam shalatku, keledaiku akan pergi jauh. Aku akan kesulitan untuk pulang ke rumahku yang jauh.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman (QS. Al-Baqarah/2 : 185) :
يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
“Allah menghendaki kemudahan bagi kalian, dan Allah tidak menginginkan kesulitan”
Meringankan bukan Meremehkan
Demikian indahnya budi pekerti dan tuntunan Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wa baaraka ‘alaih. Tentunya yang dimaksud meringankan sama sekali bukan meremehkan. Meremehkan artinya memandang rendah syari’at, memandang rendah Al-Qur’an dan hadits. Itu suatu kesalahan.
Meringankan maksudnya, ketika kita dalam kesulitan, Allah membuka keringanan dan kemudahan. Sehingga kita tidak bosan-bosannya beribadah. Sehingga tidak ada kesempatan yang tertutup untuk beribadah dan kita selalu senang bersama Allah Jalla wa ‘Ala.
Wallahu A’lam
Alhamdulillaahi robbil ‘alamin
Kertanegara, Naswa,
Ahad Kliwon, 9 Jumadil Awal 1441 H / 5 januari 2020 M
Sumber : Ceramah Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa (Majelis Rasulullah ﷺ)
Artikel lain dari Habib Mundzir Al-Musawa baca di :
Faedah kurma Ajwa, menangkal sihir dan racun : https://www.mqnaswa.id/faedah-kurma-ajwah-menangkal-sihir-dan-racun/
Penjelasn hadits Makan bawang, jangan masuk masjid ! : https://www.mqnaswa.id/makan-bawang-jangan-masuk-masjid-ini-penjelasannya/