Karomah Sayidina Ali bin Abi Thalib Karomallahu Wajhah

2 min read

Kisah tentang Karomah Sayidina Ali dan lelaki yang lumpuh

Bismillahir rahmaanir rahiim

Kita pasti sudah banyak mendengar keberanian dan kegagahan Sayidina Ali bin Abi Thalib dalam peperangan dan duel satu lawan satu. Dalam perang khandaq, Sayidina Ali duel satu lawan satu melawan  Amr bin Abd Wad al-Amiri. Meski awalanya diremehkan, tapi, menantu Rasul itu ternyata mampu merobohkan lawannya. Tapi ketika beliau akan menyabetkan pedang untuk mengakhiri, beliau diludahi.

Bukannya marah dan menyiksa si lawan. Beliau malah meninggalkan musuhnya itu. Beliau berkata, “Ketika diludahi, aku sangat marah. Maka aku takut membunuhnya bukan karena Allah, tapi karena kemarahanku”. Ini kisah yang sangat masyhur di kalangan kita. Ini sebuah karomah (kemuliaan) yang sulit ditemukan padanannya.

Namun, sebagaimana para kekasih dan manusia manusia pilihan lainnya, beliaupun dikaruniai karomah berupa hal yang bersifat ajaib. Misalnya sebagaimana diceritakan dalam kitab Bughyatul Adzkiya yang membahas karomah karomah Awliya.

Dikisahkan, pada suatu malam, Sayidina ‘ Ali dan kedua putera mulia, Sayidina Hasan dan Husain radhiyallahu ‘anhum mendengar rintihan (do’a) yang disenandungkan dalam syair :

يَا مَنْ يُجِيْبُ دُعَاءَ الْمُضْطِرِ فِى الظُّلَمِ – يَا كَاشِفَ الضُّرِّ وَالْبَلْوَى مَعَ السَّقَمِ

قَدْ نَامَ وَفْدُكَ حَوْلَ الْبَيْتِ وَالنْتَبَهُوْا – وَأَنْتَ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ لَمْ تَنَمْ

هَبْ لِيْ بِجُوْدِكَ فَضْلَ الْعَفْوِ عَنْ زَلَلِيْ – يَا مَنْ إِلَيْهِ رَجَاءُ الْخَلْقِ فِى الْحَرَمِ

إِنْ كَانَ جُوْدُكَ لَا يَرْجُوْهُ ذُوْا خَطَإٍ – فَمَنْ يَجُوْدُ عَلٰى الْعَاصِيْنَ بِالنَّعَمِ

Wahai Dzat yang Maha Mengabulkan doa orang yang dalam kegelapan

Wahai Dzat yang Maha menyingkap mara bahaya, dan bencana yang menyakitkan

Utusan telah tidur dan terbangun disekitar rumah,

sedangkan Engkau Maha Hidup, Maha Berdiri sendiri dan senantiasa terjaga

Dengan kemurahanMu, Berilah anugerah ampunan atas kesalahan hamba

Wahai Dzat yang menjadi tempat menggantungkan harapan makhluk di waktu yang mulia

Jika orang orang yang memiliki kesalahan tidak mengharap pada Pemilik kedermawanan

Lantas siapa yang akan mau memberi nikmat kepada orang-orang yang banyak kedurhakaan

Munajat itu terus berulang, berulang, hingga Sayidina ‘Ali berkata kepada kedua puteranya, “Carilah, siapa yang meratap sedemikian rupa, bawalah kepadaku”

Maka Sayidina Hasan dan Husein mencari asal suara itu. Ketika keduanya telah bertemu dengan lelaki yang sedang bermunajat, keduanya berkata, “Wahai lelaki, engkau diminta menghadap Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib”

Dengan gembira lelaki itu mengikuti dua orang pemimipin pemuda Syurga (Hasan dan Husain), menghadap Sang Pintu Kota Ilmu, Sayidina ‘Ali Karomallahu Wajhah.

Sayidina ‘Ali kemudian bertanya, “Wahai tuan, aku mendengar rintihan do’amu yang begitu memelas dan terus engkau panjatkan berulang ulang. Sebenarnya apa yang menimpamu, ceritakanlah”

Lelaki itu berkisah, “Dulu, aku selalu menghabiskan waktu untuk berhura hura dengan memainkan alat musik. Aku pun gemar sekali melakukan kemaksiatan. Ayahku selalu menasihati, agar aku tidak terlena dalam masa muda. Agar aku ingat, bahwa Allah Maha Kuasa yang Maha Mencabut kenikmatan dan menimpakan siksaan kepada hamba yang dzalim.

Aku sangat marah mendengar kata-kata ayah yang ditujukan langsung kepadaku. Aku memukulnya dengan keras. Ia tidak lagi mau menasihatiku, ia bersumpah akan mengadukan kepada Allah perlakukanku kepadanya.

Ia mengunjungi kota Makkah dan meminta kepada Allah agar memberi pelajaran kepadaku. Tiba tiba aku merasakan mati separuh badanku. Tubuh sebelah kananku lumpuh seketika. Aku tidak bisa lagi berkumpul dan bersenang senang dengan temanku. Aku seperti orang yang tidak berguna, bahkan untuk makan, minum, mandi dan hajat pun sangat sulit. Benar benar tidak berguna.

Aku sangat menyesal atas semua yang telah kulakukan. Aku menyadari bahwa aku bukanlah siapa siapa. Hanya makhluk yang lemah di hadapan Allah yang Maha Kuasa. Bahkan di hadapan ayahku. Aku memohon belas kasihnya gar aku sembuh kembali. Ayahku berkata, agar aku meminta do’a kepada Amirul Mukminin. Jika Amirul Mukminin mau mendoakan aku, maka ayah mau mendoakan aku.

Aku pun segera berangkat mengendarai untanya, tapi di suatu tempat untaku seperti kesetanan, ia lari sangat cepat, aku terlempar dan untaku terpelanting membentur batu besar hingga mati. Dengan susah payah aku mendatangi tempat ini dan sepanjang malam aku mengadukan diriku di hadapan Allah.

Sayidina ‘Ali berkata, “Allah akan meridoimu, jika ayahmu meridloimu”

Lelaki itu berkata, “Betul ucapanmu, tapi ayahku meminta aku meminta doa darimu agar Allah meridoiku”

Kemudian Sayidina Ali mendirikan shalat beberapa rakaat. Selesai shalat beliau berdo’a kepada Allah dengan sangat perlahan. Lalu beliau berkata, “Wahai lelaki, semoga Allah memberkahi, bangunlah”

Seketika laki laki itu bangun. Ternyata lumpuhnya telah sembuh. Ia sehat seperti sedia kala. Laki laki itu gembira tidak terkira dan mengucapkan pujian serta terima kasih.

Dengan tawadlu Sayidina Ali berkata, “Aku hanya melakukan permintaan ayahmu. Jika engkau tidak berkata bahwa ayahmu akan meridloimu, aku pun tidak mungkin mendoakanmu”.

Wallahu A’lam.

Alhamdu lillahi robbil ‘alamin

Kertanegara, Rabu Pon, 27 Februari 2019 M / 22 Jumadil Akhir 1440 H 

Wawan Setiawan

Sumber : Syaikh Muhammad Mahfudz Termas, Bughyatul Adzkiya (terj)

2 Replies to “Karomah Sayidina Ali bin Abi Thalib Karomallahu Wajhah”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *