Kata ‘Sayidina’ Dalam Tahiyat Menurut Fikih

59 sec read

Kata ‘Sayidina’ Dalam Tahiyat Menurut Fikih

Bismillahir rahmanir rahim

Pertanyaan :

Apakah benar dalam tahiyatul akhir seperti ini : “Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad, kama shallaita ala sayidina…”Tolong dijelaskan karena saya masih bingung. Terima kasih. Rusdin, Surabaya.

Jawaban :

Dalam tahiyat (atau shalawat) yang diajarkan oleh Rasulullah Saw memang tidak ada lafadz ‘Sayidina’. Namun penambahan tersebut bukan berarti tidak boleh.

Dalam hadis-hadis sahih Rasulullah Saw mengaku bahwa beliau adalah sayid. Yaitu:

اَنَا سَيِّدُ وَلَدِ اَدَمَ وَلَا فَخْرَ (رواه مسلم والترمذي)

“Saya adalah sayid (pemuka) putra Adam di hari kiamat, dan tidak sombong” (HR Muslim, Turmudzi dan lainya).

Dalam hadis Bukhari diriwayatkan bahwa:

عَنْ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ الزُّرَقِيِّ قَالَ كُنَّا يَوْمًا نُصَلِّي وَرَاءَ النّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَلَمَّا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرَّكْعَةِ قَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ قَالَ رَجُلٌ وَرَاءَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَا رَكًا فِيْهِ فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ مَنْ الْمُتَكَلِّمُ قَالَ أَنَا قَالَ رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلَاثِيْنَ مَلَكًا يَبْتَدِرُوْ نَهَا أَيُّهُمْ يَكْتُبُهَا أَوَّلُ (رواه البخاري ٧٥٧)

“Seorang sahabat di dalam salat menambah bacaan Rabbana wa laka al-hamdu… Selesai salat Nabi bertanya: “Siapa yang mengucapkan kalimat tadi?” Orang itu menjawab: “Saya”. Nabi bersabda: “Saya melihat ada 30 malaikat lebih yang bergegas mencatatnya” (HR Bukhari No 757)

Dari hadis ini ahli hadis al Hafidz Ibnu Hajar berkata :

وَاسْتُدِلَّ بِهِ عَلَى جَوَازِ إِحْدَاثِ ذِكْرٍ فِي الصَّلَاةِ غَيْرِ مَأْثُوْرٍ إِذَا كَانَ غَيْرَ مُخَالِفٍ لِلْمَأْثُوْرِ وَعَلَى جَوَازِ رَفْعِ الصَّوْتِ بِالذَّكْرِ مَالَمْ يُشَوِّشْ عَلَى مَنْ مًعَهُ (فتح الباري لابن حجر ٢/٢٨٧)

“Hadis ini menunjukkan diperbolehkannya menambah bacaan yang tidak ada dalam salat, selama bacaan tersebut tidak bertentangan dengan riwayat dari Nabi” (Fath al Bari II/287). Dan kita ketahui kata ‘Sayid’ ada dalam hadis-hadis Nabi.

Dalil lainnya adalah bacaan syahadat dalam tasyahhud oleh Ibnu Umar ditambah :

عَنْ مُجَاهِدٍ يُحَدِّثُ عَنْ ابْنِ عُمَرَ (فِى التَّشَهُّدِ) أَشْهَدُ أَنْ لَآ إِلَهَ إِ لَّا اللهُ قَالَ ابْنُ عُمَرَ زِدْتُ فِيْهَا وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ (رواه أبو داود رقم ٩٧٣)

“Dalam kalimat Syahadat salat, Ibnu Umar berkata : Saya tambahkan bacaan Wahdahu la syarika lahu…” (Abu Dawud 826. Bahkan dinilai sahih oleh Albani)

Dengan demikian diperbolehkan menambah kata ‘Sayidina’ dalam tasyahhud sebagai bentuk menjaga etika kepada Rasulullah Saw (Ianatut Thalibin I/197)

وَقَوْلُهُ : وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ الْأَوْلَى ذِكْرُ السِّيَادَةِ، لِأَنَّ الْأَفْضَلَ سُلُوْكُ الْأَدَبِ (حاشية إعانة الطالبين ١/ ١٩٨)

Alhamdulillahi rabbil ‘aalamin

_______________
Sumber : Buku yang berjudul “Jawaban Amaliyah & Ibadah yang dituduh Bid’ah, sesat, kafir dan syirik”

Penulis : KH. Ma’ruf Khozin

_______________

Ubaidillah Fadhil Rohman

Mengenai qadla puasa ramadlan di bulan Syawwal baca : https://www.mqnaswa.id/qadla-ramadlan-di-bulan-syawal/

Baca juga : https://islam.nu.or.id/post/read/127557/mukjizat-nabi-terbelahnya-rembulan-pada-nisfu-syaban

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *