Kelembutan Allah adalah sifat kasihNya yang berkenan menerima taubat, mengampuni dosa dan menutupi keburukan.
Bismillaahir rahmaanir rahiim
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوْا مَا تَرَكَ عَلٰى ظَهْرِهَا مْنْ دَابَّةٍ
Dan kalau sekiranya Allah (langsung) mengambil tindakan kepada manusia disebabkan kesalahan mereka, niscaya Dia tidak akan tersisa di atas permukaan bumi ini suatu makhluk yang melata pun
Setiap manusia pasti memiliki kesalahan, tetapi Allah bersifat Maha Sabar dan Maha Lembut, sehingga Dia menunggu hambaNya memohon ampun. Jika hambaNya telah memohon ampun maka dihapuskanlah dosa keselahannya itu, dan Allah tidak peduli lagi (tidak menganggap ia pernah berdosa). inilah salah satu kisah Kelembutan Allah kepada pendosa.
Baca juga kisah Kelembutan Rasulullah kepada Yahudi yang suka melaknat di https://www.mqnaswa.id/kelembutan-rasul/
Pada suatu hari, Nabi Musa kaliimullah ‘alaihis salam, keluar dari kaumnya, menuju suatu tempat untuk bermunajat kepada Allah. Ia memohon agar Allah menurunkan hujan yang sangat lama tidak turun. Bani Israil dilanda kekeringan yang panjang. Ini adalah ketiga kalinya beliau bermunajat, berbisik bisik kepada Allah di dalam kesendirian. Namun, hujan tak kunjung juga turun.
Beliau berdo’a dengan takut dan harap, “Ya Allah, janganlah engkau jatuhkan reputasiku di hadapan kaumku. Aku adalah utusanMu. Sudilah turunkan hujan untuk kami”
Allah berfirman kepada Nabi Musa, “Ya Musa, bagaimana aku akan menurunkan hujan, sedangkan di antara kaummu ada seorang pendosa yang belum bertaubat dari dosanya”.
“Beritahukan hamba ya Allah, akan aku usir dia dari kaumku”
“Tidak” Jawab Allah. “Esok, kumpulkan mereka dan umumkan : “Wahai lelaki yang suka bermaksiat dan belum bertaubat, berdirilah, dan memisahkan diri dari kelompok ! Sesungguhnya engkaulah yang menyebabkan hujan ini lama tidak turun”.
Nabi Musa bertanya, “Bagaimana mungkin mereka akan mendengar suaraku. Jumlah mereka sangat banyak”.
Allah menjawab, “Tugasmu hanya menyeru mereka. Aku lah yang menyampaikan suara mu ke telinga mereka”
Maka Nabi Musa mengumpulkan seluruh penduduk Bani Israil, kemudian dengan keras dan gusar beliau berkata, “Wahai orang yang suka bermaksiat, keluarlah engkau dari kelompok ini. Sesungguhnya engkaulah penyebab hujan ini tidak turun !”
Si pendosa yang memang selalu melakukan maksiat dan belum juga bertobat menoleh ke kanan ke kiri. Ia mencari tahu apakah ada yang berdiri keluar dari kelompok. Tapi hatinya sangat gemetar dan takut. Ia merasa, memang dia lah yang dituju oleh Nabi Musa.
Nabi Musa berkata sekali lagi dengan nada yang keras, seraya akan meminta kepada Allah, untuk langsung ditunjukkan siapa orangnya, jika tidak ada yang mau mengakuinya. Sebelum panggilan ke tiga, si pendosa itu, menundukkan kepalanya. Diletakkan di antara kedua lututnya. Kedua tangannya menutupi wajahnya yang takut dan malu. Ia berkata dalam hati, “Ya Allah, jika aku berdiri. Pasti seluruh kaumku membenciku. Namaku akan jatuh sepanjang hidupku. Aku mohon ampun kepadaMu. Aku bertobat kepadaMu dari kemaksiatanku.”
Baca juga kisah Nabi di : https://www.mqnaswa.id/kisah-cobaan-2-orang-nabi-sebab-ucapannya-sendiri/
Seketika itu juga, Allah mengutus malaikat, mengirimkan mendung yang tebal, dan hujan pun turun untuk Bani Israil. Semua merasa gembira sekali, karena kekeringan ini sangat menyiksa mereka. Tapi Nabi Musa masih berdiri dengan masygul, bingung.
Ia bermunajat, berbisik kepada Tuhannya yang Maha Agung, “Ya Allah, tadi Engkau berkata tak akan menurunkan hujan sebelum pendosa itu keluar dari kelompokku. Mengapa sekarang Engkau turunkan hujan ? Bukankah belum ada yang mengakui dosanya? Bukankah ia masih berada dalam kelompok kami ?”
Allah menjawab, “Ketahuilah, Ia telah bertobat kepadaKu, dan sesungguhnya hujan ini Aku turunkan karena Aku menyukai tobatnya pendosa itu”
Nabi Musa berkata, “Ya Allah, tunjukkanlah padaku siapa sebenarnya orang itu? Agar kami dapat mengambil pelajaran darinya dan memuliakannya”
Allah menjawab, “Tidak. Aku telah menutupi aib (keburukannya) ketika dia masih bermaksiat. Bagaimana mungkin Aku membukanya saat dia sudah bertobat”. Demikianlah sifat Kasih Sayang, Kesabaran, Pengampunan dan Kelembutan Allah ta’ala.
Wallahu A’lam
Alhamdulillaahi robbil ‘Alamin
Kertanegara, Kamis Pon, 5 September 2019 M / 5 Muharram 1441 H
Wawan Setiawan
Sumber : Tuhfatul Asyraf Habib Muhammad Hadi Assaqaf