Pengajian Kitab Tajul ‘Arus bagian pertama tentang Hati Rasulullah
Bismillaahir rahmaanir rahiim
“Hati itu ibarat cermin” demikian perumpamaan yang dibuat oleh Imam Al-Ghazali. Jika ia tertutup, maka tidak bisa memantulkan cahaya untuk menunjukkan suatu “kenyataan/ kebenaran”. Rasa galau, gelisah dan semacamnya muncul ketika hati tertutup kabut bahkan kotoran.
Semua orang mengalaminya, jangankan manusia biasa seperti kita, bahkan para kekasih Allah, hingga Rasul tertinggi pun mengalaminya. Tentu dalam keadaan dan tingkatan yang berbeda. Dikatakan dalam Kitab Tajul ‘Arus sebagai berikut :
Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :
إِنِّيْ لَيُغَانُ عَلٰى قَلْبِيْ وَإِنِّيْ لَأَسْتَغْفِرُ اللهَ فِى اليَوْمٍ سَبْعِيْنَ مَرَّةً
Inii layughoonu ‘alaa qolbii wa innii la-astaghfirullaaha filyawmi sab’iina marrotan
“Sesungguhnya hatiku (kadang-kadang) “di-kabuti” dan sungguh aku berisitghfar (memohon ampun kepada Allah 70 kali sehari”
Kanjeng Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itu ma’shum, tidak punya dosa, tapi beliau mengakui sendiri, kadang-kadang ada seperti kabut di dalam hati. Maka beliau beristighfar. Bukan dari dosa. Tapi terkabut sedikit saja beliau merasa sudah berdosa, maka beliau beristighfar 70 kali sehari.
Kalau kita, bukan kabut lagi, tapi gelap guilta, tapi tidak pernah beristighfar.
Kanjeng Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam sehari 70 kali istighfar setiap hari. Kita berapa? Jika melihat gelapnya dalam hati, seharusnya 700 ribu kali. Tidak usahlah 700 ribu kali. 100 kali saja. Setiap hari. Itu pun bisa dicicil 20 kali setiap shalat. Itu pun sering tidak sempat ,,,
Wallahu A’lam
Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin
Kertanegara, Rabu Kliwon, 21 November 2018 M/ 13 Rabi’ul Awwal 1440 H
Wawan Setiawan
Sumber :
Pengajian Kitab Tajul ‘Arus karangan Ibnu Athaillah Assakandary oleh KH. Musthafa Bisri Rembang
One Reply to “Ketika Hati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Berkabut”