Menghafal 40 Hadits dan Keagungan Balasannya

2 min read

Pengajian Kitab Arba’in Nawawi Bagian Ke-1 tentang Keutamaan Menghafal 40 hadits

Bismillahir rahmaanir rahiim

Kitab Arba’in AnNawawiyah adalah sebuah kitab berisi 43 hadits yang disusun oleh Al-Imam  Yahya bin Syarafuddin An-Nawawi, yang terkenal dengan panggilan Imam Nawawi.

Dalam muqoddimah Kitab ini Imam Nawawi menukil beberapa riwayat hadits yang menjelaskan keutamaan menghafalkan 40 hadits, yakni : “Barangsiapa yang menghafalkan 40 hadits maka :

1. Kelak dibangkitkan dari kubur dan dikumpulkan di mahsyar bersama rombongan fuqoha/ulama. Ini derajat yang tinggi sekali. Derajat ahli ilmu itu di bawah derajat para Nabi, padahal kita orang awwam/ bodoh. Kelak ketika bangkit dari kubur, entah kita akan bersama siapa. Jangan jangan sendirian. Dengan menghafalkan 40 hadits, kita berharap dibangkitkan bersama para ulama.

2. Setelah itu, dalam persidangan di hadapan Allah, Rasulullah shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sendiri yang akan menjadi saksi (yang meringankan) bahkan member syafaat (pertolongan, menambal kekurangan kekurangan) kepada umatnya yang menghafalkan 40 hadits.

3. Setelah itu digiring untuk masuk syurga seraya dikatakan, “Masuklah ke syurga dari pintu mana saja kamu inginkan”

Karena sangat agungnya keutamaan menghafal 40 hadits, maka para ulama banyak yang menyusun kitab kitab yang berisi 40 hadits. Tapi di antara kitab kitab tersebut, yang paling terkenal dan paling merata  adalah Arba’in Nawawi ini. Hal itu tidak terlepas dari kedudukan Imam Nawawi yang sangat tinggi di hadapan Allah. Misalnya pada usia 9 tahun, beliau sudah diberi bashirah (mata hati) yang mampu melihat Lailatul Qadar di malam bulan Ramadlan.

Biasanya dalam menghadapi hadits seperti ini muncul dua “persoalan” :

1. Hadits tentang “Keutamaan menghafal 40 hadits ini shahih apa tidak?”

Para ulama menyepakati bahwa hadits di atas termasuk hadits dlaif (lemah). Tapi hati hati ! jangan sampai kita  menganggap hadits dlaif sama dengan palsu/munkar. Hadits dlaif itu tetap hadits (ucapan Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam), hanya saja para ulama ahli hadits memasukkannya dalam kategori dlaif (lemah) baik dari sanad, matan maupun yang lainnya.

Sekali lagi hadits dlaif tetap adalah hadits (ucapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam). Jangan kita meremehkan ucapan Nabi, misalnya mengucap “Ah, cuma hadits dloif”.

Apakah boleh diamalkan?

Para ulama menyatakan hadits dlaif boleh diamalkan dalam hal yang bersifat fadhail-ul amal. Amal amal fadhilah, keutamaan

Lagi pula, kita diiming imingi hadiah demikian dahsyat saja, masih enggan untuk melakukannya. Apalagi kalau tidak ada hadits itu. Rasanya semakin “tidak ada alas an” kita untuk menghafal 40 hadits.

Coba bayangkan kalau hadiahnya uang 1 Milyar tanpa diundi? Yang hafal langsung dapat. Kira kira apakah kita tertarik? Kalau tertarik, itu membuktikan dalam diri kita memang masih lebih berharga 1 Milyar dibanding 3 keutamaan akhirat seperti di atas.

Maksud saya, untuk urusan akhirat, diiming imingi saja kita wegah (enggan), apalagi tidak. Maka banyak ulama menganjurkan untuk mengamalkan, meskipun haditsnya dlaif.

2. Apakah mungkin saya menghafal? saya sudah berumur? rasanya saya tidak mampu?

Mari kita ingat, ketika kita sekolah, kita ditanya cita cita. Kita mengatakan pengen jadi ini itu. Padahal kita tahu, orang tua kita tidak akan mampu membiayai. Ternyata di antara kita ada yang berhasil, ada pula yang tidak.

Ketika kita membina rumah tangga, kita bercita cita punya rumah, rumah yang bagus. Padahal uang belum kita pegang. Malah masih punya hutang. Ternyata ada yang berhasil ada yang tidak.

Ketika punya anak, kita bercita cita anak kita akan sekolah sampai sarjana, sampai begini dan begitu. Padahal kita tidak yakin akan mampu. Ternyata ada yang berhasil ada juga yang tidak.

Kesimpulannya keberhasilan itu pemberian dari Allah. Bahkan semangat kerja keras kita sendiri adalah anugerah dari Allah.

Jadi bagaimana solusinya ?

Katakan sami’na wa atho’na. Kami mendengar dan berusaha menaati. Jangan sampai sami’na wa ‘ashoina (kami mendengar dan kami mendurhakai).

Kita pasang niat menghafal 40 hadits dalam kitab Arba’in Nawawi ini. Beri waktu dari hari hari kita untuk membaca hadits hadits Rasullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Entah nanti berhasil atau tidak.

Kalau ternyata tidak berhasil, ya, paling tidak sudah membaca berulang ulang 40 hadits.  Kita sudah ngaji kitab 40 hadits ini, sudah belajar memahami 40 hadits. Maka ngajinya jangan sampai minta libur, apalagi bolos.

Wallahul Musta’an, Semoga Allah memberi pertolongan dan kemurahanNya.

Wallahu A’lam.

Alhamdu lillahi robbil ‘alamin

Kertanegara, Senin Legi, 25 Februari 2019 M / 20 Jumadil Akhir 1440 H

Wawan Setiawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *