Khadijah Mengenal dan Mendekati (Nabi) Muhammad

2 min read

Khadijah telah mendengar kabar tentang Nabi akhir zaman dan sifat-sifatnya. Beliau berusaha mengenal lebih jauh kepribadian Nabi Muhammad dengan mengajak kerjasama dalam bisnis.

Pengajian kitab al-Busyro fi Manaqib Khadijah al-Kubro ke-5 .

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Sungguh, Allah ta’ala telah menghendaki, mengumpulkan kemuliaan dunia dan akhirat untuk as-Sayidah Thahirah (pemimpin wanita yang suci/bersih) ini. Maka sampailah kabar kepadanya tentang Sayidil Mursalin (Pemimpin para rasul/ Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam)

Beliau (Sayidah Khadijah) langsung berusaha mencari tahu, mempelajari secara mendalam, tafakkur, hingga menetapkan keyakinan dalam hati. Sampailah beliau pada kesimpulan bahwa dalam diri Muhammad terkumpul semua keutamaan yang sangat jelas. Beliau (Muhammad) adalah orang yang bertakwa, bersih, lagi al-amiin (pria yang paling bisa dipercaya segala gerak geriknya). Beliau (Muhammad) adalah seorang yang benar lagi dibenarkan (diakui kebenaranya oleh kaumnya dan siapa saja). Beliau adalah al-Kariim (orang mulia), yang tidak akan bisa ditemukan sosok demikian, baik di masa lalu maupun masa yang akan datang.

Maka tahulah Khadijah bahwa “mu’amalah” dengan orang seperti ini akan berhasil, dan berbisnis dengannya – insya Allah- akan menguntungkan. Tidak ada pilihan yang lebih baik, kecuali Khadijah mengirimkan utusan kepadanya dan menawarkan rencana perdagangan kepadanya.

Sayidah Khadijah menawarkan kepada (Nabi) Muhammad untuk mengelola perdagangannya. Sebagai upahnya Sayidah Khadijah akan memberi beliau lebih banyak daripada apa yang biasa diberikan kepada pegawai lainnya.

(kami memahami, selain masalah bisnis, ini adalah cara Sayida Khadijah untuk lebih mengenal (Nabi) Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. mengetahui kepribadian beliau, dan menguatkan bukti-bukti bahwa beliau memanglah seorang pilihan Tuhan semesta alam)

Ini adalah perjalanan beliau yang kedua ke Syam. Tidak ada ulama yang menetapkan bahwa (Nabi) Muhammad (shallallahu ‘alaihi wasallam) melakukan perjalanan ke Syam kecuali 2 kali dalam tahun yang berbeda jauh. (yaitu ketika masa kecil bersama Abu Thalib, dan sekarang ketika membawa dagangan Khadijah). Sebagaimana hal ini disebutkan oleh sebagian huffadz (para penghafal ratusan ribu hadits) yang dijadikan rujukan dan diutamakan pendapatnya.

Bersama Muhammad, Khadijah mengutus seorang pembantu laki-laki bernama Maisaroh. Khadijah berwasiat dan memerintahkan kepada Maisaroh agar sungguh sungguh melayani keperluan Muhammad (sebagai rekan bisnis Khadijah) dalam perjalanannya.

Sungguh Allah telah menjatuhkan mahabbah dalam hati Maisaroh. Sehingga di dalam perjalanan menemani Muhammad, sehingga dengan segenap pemikiran dan jiwa ia berkhidmah (melayani) Muhammad dengan ikhlas, dan menemani Muhammad dengan sebaik-baik pertemanan.

Dengan mata kepalanya sendiri Maisaroh melihat asror (rahasia kelembutan) dalam diri Muhammad. Dengan telinganya ia mendengar kabar kabar tentang Muhammad, di antaranya seperti yang dikatakan oleh seorang Rahib (pendeta) Nasthuuro (Nestorian). Pendeta itu mengatakan bahwa hal ini adalah haq (suatu kebenaran) dan sama sekali bukan cerita yang ia buat-buat sendiri.

Rahib itu bertanya ketika ia melihat Muhammad (semulia mulianya kekasih) duduk di sebuah pohon, “Siapakah lelaki itu, cahayanya melebih bulan purnama ?”

Maisaroh menjawab, “Itu adalah seorang lelaki mulia penduduk negeri Makkah”.

Rahib berkata kepada Maisaroh, “Tidak ada yang duduk di bawah pohon itu, kecuali dia seorang Nabi dan Rasul” (Maksudnya, yang duduk di bawah pohon itu – yakni Muhammad- adalah seorang Nabi dan Rasul)

Kemudian Rahib itu berkata lagi kepada Maisaroh, “Apakah di dalam kedua matanya ada warna kemerahan ?”

“Iya” Kata Maisaroh

Rahib berkata, “Ini adalah Nabi yang terakhir, sungguh beruntung dan berbahagia orang yang beriman membenarkannya”.

Dalam perjalanan tersebut, terjadi perselisihan tentang harga barang yang dijual antara (Nabi) Muhammad dan seorang pembeli. Pembeli itu berkata, “(Jika harga yang ditawarkan itu wajar) maka bersumpahlah dengan nama – berhala – ‘Uzza dan Latta” !”

Maka berkata (as-Sayidus Saadat, Nabi) Muhammad (shallallahu ‘alaihi wasallam), “Demi Allah, aku tidak pernah bersumpah dengan nama kedua berhala itu. Bahkan jika aku berjalan melewatinya aku berpaling darinya”.

Lelaki itu berkata, “Perkataan dan pemikiranmu benar adanya”. Kemudian ia berkata kepada Maisaroh, “Demi Allah, lelaki ini adalah seorang Nabi, kita dimuliakan dengan kehadirannya di pasar kita. Sesungguhnya kami menemukan para rahib kami menceritakan sifat-sifatnya di dalam kitab kami”

Dan sebagian dari pengalaman Maisaroh mendampingi (Nabi) Muhammad adalah, dalam masa yang singkat tersebut ia selalu melihat awan yang menaungi beliau di waktu cerah/ terik. Dalam pendapat yang lain Maisaroh melihat dua malaikat yang menaungi (Nabi) Muhammad (Shallallahu ‘Alaihi Wasallam).

Baca bagian sebelumnya : Keluarga, Masa Kecil dan Remaja Sayidah Khadijah

Wallahu A’lam
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin

Kertanegara, MQNaswa
30 Oktober 2021

Wawan St

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *