Kisah Bubur Bariroh dan Indahnya Akhlak Rasulullah

1 min read

Kisah bubur Bariroh ini menggambarkan indahnya cinta para sahabat kepada Rasulullah dan cinta Sang Nabi kepada umatnya.

Bismillahir rahmaanir rahiim

Nabi sangat mencintai umatnya. Terlebih lagi jika umatnya dari kalangan fuqara (fakir yang sangat membutuhkan), budak dan orang-orang yang dalam posisi sosial dianggap rendah. Beliau sangat menghargai dan memuliakan mereka.

Baca Kisah Indah Nabi “Kisah Rasulullah dan Kurma Segar” : https://www.mqnaswa.id/kisah-rasulullah-shallallahu-alaihi-wasallam-dan-kurma-segar/

Rasul bersabda, “Bila pelayan kalian datang dengan membawakan makanan, biarkan ia duduk bersama kalian untuk makan. Jika tidak, maka berikanlah terlebih dahulu (meskipun) satu genggam / satu suap makanan untuk nya. Karena ia lah yang memanaskan dan memasaknya”.

Kata Nabi, dia punya hak atas makanan itu. Imam Ibnu Hajar menjelaskan bahwa hadits ini menjadi dalil kesunnahan memberikan makanan meskipun sedikit kepada orang yang melayani kita. Bahkan jika makanan itu sangat sedikit, berikanlah, meskipun hanya satu atau dua suapan. Demikian tinggi akhlak Nabi, bahkan kepada pembantu, beliau pun mengajari kita akhlak yang mulia.

Kisah Bubur Bariroh

Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam datang ke rumah seorang budak miskin, namanya Bariroh. Bariroh adalah seorang hamba sahaya yang sangat miskin. Ketika Rasulullah datang ke rumahnya Bariroh sangat gembira. Ia menghidangkan semangkuk syurbah lahmiyah, bubur yang bercampur daging. Sahabat yang mengiringi Rasul heran melihat makanan lezat itu disajikan Bariroh. Para sahabat yakin itu bukanlah masakan bariroh sendiri, mustahil, budak miskin seperti dia memasak masakan lezat seperti itu.

Maka salah seorang sahabat berkata kepada Rasul, “Wahai Rasul, ini adalah makanan sedekah” (Maksud sahabat ini  tentu baik, karena Rasulullah tidak boleh makan sedekah. Kalau hadiah boleh).

Bariroh seketika pucat wajahnya, malu sekali di hadapan Rasululullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Memang betul yang dikatakan sahabat itu. Bubur lezat itu sedekah dari orang untuknya. Belum lagi dia makan, Rasululullah datang. Ia sendiri seumur hidup sangat jarang makan makanan lezat seperti itu. Tapi ia ingin menyuguhkannya untuk Nabi.

Rasulullah punya kecerdasan, kepekaan dan kebijaksanaan yang luar biasa. Beliau tidak ingin menyakiti hati Bariroh, maka beliau menjawab, “Betul, itu sedekah untuk Bariroh, tapi hadiah untukku”. Maksudnya, memang betul makanan itu sedekah dari orang untuk Bariroh. Tapi setelahnya, makanan itu sudah menjadi milik Bariroh, dan ia menghadiahkannya kepada Sang Nabi dengan penuh ketulusan cinta.

Rasulullah dengan kalimat pendek menjelaskan kepada sahabatnya sekaligus membuat rona wajah Bariroh cerah seketika. Maka Rasulullah pun mengambil dan memakan bubur itu di hadapan para sahabat dan Bariroh yang memandangi wajah agungnya dengan hati yang gembira tidak terlukiskan.

Kisah bubur Bariroh adalah gambar kehidupan para sahabat, selalu ingin memberikan yang terbaik untuk Nabinya. Bahkan meski ia sendiri hampir tidak pernah mencicipi kenikmatan itu, mereka tetap ingin Nabi saja yang merasakannya.

Tidak lama setelah itu, ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersama ummul mukminin Sayidah Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, beliau berkata, “Ya Aisyah, kapan kau bebaskan Bariroh dari Tuannya? Beli saja dia dan merdekakan”

Sayidah ‘Aisyah menjawab, “Betul ya Rasulullah, saya sudah mengumpulkan uang untuk membeli Bariroh”.

Jika begitu besar cinta para sahabat kepada Nabi, maka cinta sang Nabi lebih besar lagi kepada umatnya. Apalagi kepada fuqaraa (orang-orang fakir yang sangat membutuhkan bantuan). Demikian akhlak sang Nabi, penghargaan dan cinta beliau shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Baca kisah Rasul “Saati Ibu Aisyah kehilangan Rasulullah” di : https://www.mqnaswa.id/saat-ibu-aisyah-kehilangan-nabi/

Semoga bermanfaat. Amiin,,,

Wallahu A’lam

Alhamdulillaahi robbil ‘alamin

Kertanegara, Rabu Legi, 10 Juli 2019 M / 7 Dzulqo’dah 1440 H

Wawan Setiawan

Baca juga Kisah Wanita Penyapu Masjid dan Perhatian Rasulullah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *