Kisah Gus Dur
Bismillahir rahmaanir rahiim
Salah satu kelebihan yang diberikan Allah kepada seorang yang dikehendakinya adalah ada di dua keadaan yang berbeda secar bersamaan. Saya pernah mendengar kisah Guru dari ayah saya berada di lebih dari dua tempat sekaligus. Wallahu A’lam.
Hal ini juga terjadi pada diri Gus Dur. Suatu malam Kiai Said ‘Aqil Siraj (Ketua Tanfidziyah PBNU) mengimami shalat Isya lalu bertandang ke kediaman Gus Dur. Sayang Gus Dur tidak ada. Gus Dur sedang ada acara, tapi pulang cepat tidak sampai larut malam, maka Kiai Said duduk duduk di teras sambil menunggu kedatangan Gus Dur.
Tak lama kemudian datanglah Pak Suparta, salah satu pejabat Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasioal (BKKBN), yang ingin berjumpa dengan Gus Dur. Kiai Said bertanya kepada Pak Suparta ada maksud apa beliau ingin menemui Gus Dur. Pak Suparta mengatakan bahwa beliau ingin mengundang Gus Dur untuk mengisi ceramah di acara BKKBN.
Kia Said yang memang datang lebih awal langsung memberi tahu bahwa Gus Dur tidak ada di rumah. Dia juga sedang menunggu kedatangan Gus Dur. Tapi Pak Suparta menyergah, “Tidak mungkin”. Pak Suparta mengatakan, baru saja menelpon Gus Dur (waktu itu belum ada HP). Jadi Pak Suparta telpon ke rumah Gus Dur, dan yang mengangkat adalah Gus Dur sendiri. Pak Suparta sangat hafal suara Gus Dur.
Kiai Said pun heran, tapi sejak habis Isya tadi, Kiai Sa’id sudah ada di rumah Gus Dur. Jarak rumah Kiai Sa’id dan Gus Dur tidaklah jauh, “bertetangga” saja. Pak Suparta tetap bersikeras bahwa yang mengangkat telpon adalah Gus Dur. Bagaimana mungkin dia keliru dengan suara Gus Dur dan gaya bicara Gus Dur yang khas. Bahkan dia masih ingat jawaban Gus Dur. Beliau mengatakan tidak bisa mengisi acara BKKBN karena acaranya bareng dengan Haul Kiai Ali Maksum Krapyak Yogyarta. Tapi, Pak Suparta masih penasaran, barangkali masih bisa “negosiasi waktu”, maka beliau datang ingin bertemu langsung.
Mereka berdua pun akhirnya sama sama menunggu sambil ngobrol. Ngobrol kesana kemari tapi balik lagi soal Gus Durnya di mana? Dan yang ditunggu pun datang juga. Mobil Gus Dur muncul memasuki halaman rumah. Dengan santai dan ramah Gus Dur menyalami keduanya dan mempersilahkan masuk.
Kiai Said yang biasa obrolan panjang dengan Gus Dur mempersilahkan Pak Suparta untuk matur lebih dulu. Pak Suparta pun menyampaikan permintaan agar Gus Dur mengisi ceramah di BKKBN. Dan keduanya sempat terkejut, karena jawaban Gus Dur persis dengan jawaban beliau ketika ditelpon. Tidak bisa mengisi ceramah karena Gus Dur akan menghadiri Haul KH. Ali Maksum. Waktunya ingin longgar karena Krapyak adalah almamater Gus Dur. Lagi pula kalau perjalanan, beliau selalu mampir mampir silaturrahmi. Silaturahmi dengan orang yang masih hidup juga yang sudah mati memang kebiasaan Gus Dur sejak lama.
Sampai pak Suparta pulang, masih “belum ada keputusan”, siapa yang menjawab telponnya. Karena Gus Dur menghindar membicarakannya?
Ila hadroti Gus Dur, Mbah Hasyim, Kiai kiai NU, masyayikhina, asatidzina, wa ilaa hadratin Nabi, Al-Fatihah,,,
Wallahu A’lam
Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin
Kertanegara, Ahad Legi, 2 Desember 2018 M/ 24 Rabi’ul Awwal 1440 H
Wawan Setiawan
Dari Buku Gus Dur Wali dengan perubahan, tanpa merubah isi cerita.