Kisah Kemantapan Hati Seorang Habib

1 min read

Kisah Kemantapan hati ini mengajarikan kita hal yang sangat mendasar. Yakni berkaitan erat dengan keimanan. Inilah salah satu kisah kemantapan hati pada perkataan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Kemantapan hati memang luar biasa. Ia menjadi syarat utama dalam keimanan. Kekuatan kemantapan hati ini tidak bisa dibandingkan dengan apa pun. Banyak hal besar bisa terwujud meski awalnya tampak mustahil. Sebaliknya hal yang sebenarnya mungkin diraih, menjadi gagal. Semua tersebab kemantapan hati.

Kemantapan hati ini biasanya hilang dari diri manusia karena pengaruh setan. Lihat kisahnya di : https://www.mqnaswa.id/bergulat-dengan-iblis/

Sebaliknya, ia menjadi semakin kokoh dengan memenuhi apa yang diwariskan oleh Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melalui para ulama dan para guru.

Alkisah ada seorang habib yang bernama Al-habib Aqil  bin Hasan Al-Jufri. Ia adalah seorang yang saleh memiliki banyak murid, ia juga seorang pedagang yang tekun, hingga memiliki perniagaan yang besar. Dalam berdagang, bahkan seluruh kehidupannya, beliau selalu menunaikan hak hak Allah dan hak hak sesama manusia dengan semestinya. Beliau memenuhi apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarang rasul-Nya.

Suatu ketika beliau meminta wakilnya yang ada di India agar dikirimi gula. Wakilnya menulis surat melalui kurir, ia menulis, “Tuan, gulanya sudah kami kirim, dan insya Allah akan datang beberapa hari lagi”. Memang Habib ini pedagangannya demikian luas, sehingga komoditi yang baik dari luar negeri dikirimkan padanya, sebaliknya komoditi yang unggul dari negerinya ia kirimkan ke negeri yang lain.

Beberapa hari kemudian, ketika diperkirakan kapal itu datang, terdengar kabar yang dibawa murid murid beliau, “Wahai Habib kiriman gula mu tenggelam, beserta kapal yang membawanya”.

Beliau menjawab, “Kalau gula itu memang milikku, ia tidak akan tenggelam”

“Apa maksud tuan? Kapal dagang dari India tenggelam beserta seluruh muatannya. Itu adalah kabar yang benar. Bukankah gula habib ada di dalam kapal itu?”

Habib menjawab dengan mantap, “Apa pun yang terjadi, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berjanji dalam haditsnya :

مَا تَلِفَ مَالٌ فِى بَرٍّ وَ لَا بَحْرٍ إِلَّا بِحَبْسِ الزَّكَاةِ

“Tidak akan rusak harta di lautan maupun di daratan kecuali karena tidak dizakati”

“Aku sudah keluarkan zakatnya. Aku pun sudah memenuhi semua hak orang lain, kalau ada yang terlewat karena aku tidak mengetahui, hanya Allah yang tahu. Tapi aku yakin, ucapan Rasulullah ini lebih benar daripada ucapan kalian”.

Setelah beberapa hari, datang lagi kurir yang membawa surat dari India, “Salam. Tuan kami memohon maaf karena terlalu cepat mengirim surat padamu. Ketika kami mengirimkan surat, gula tersebut belum dimuat di dalam kapal. Ketika akan kami muat, kami ditolak karena kapal telah penuh, padahal surat telah kami kirimkan padamu. Jadi kami mengirimkan surat ini setelah gula gula tuan kami muat dalam kapal. Insya Allah beberapa hari akan sampai. Mohon maaf atas keterlambatan ini”.

Baca juga kisah sedekah yang menyelamatkan di d: https://www.mqnaswa.id/sesuap-makanan/

Ketika berkumpul dengan murid muridnya, beliau berkata : “Apakah kiranya menurut kalian Muhammad pernah berdusta ? tentulah tidak”.

Al-habib Abdul Qadir bin Ahmad Assaqaf, Jeddah, Saudi Arabia menjelaskan, inilah kemantapan hati terhadap apa yang disabdakan Nabi. Ia melaksanakan segala ketentuannya dan meyakini apa yang telah dijanjikan. Memang seringkali Allah menghendaki hal yang lain dalam keadaan seperti itu, karena Allah melakukan apa saja yang dikehendakiNya. Tapi Allah tidak pernah mengingkari janjiNya.

Tapi perlu diketahui, kemantapan hati merupakan ciri utama adanya taufik (petunjuk) dari Allah ta’ala.

Wallahu A’lam

Alhamdulillaahi robbil ‘alamin

Kertanegara, Rabu Legi, 10 Juli 2019 M / 7 Dzulqo’dah 1440 H

Wawan Setiawan

Sumber : Mutiara Hikmah Al-habib Abdul Qadir Assaqaf

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *