Kisah Nabi dan Sahabat yang Kencing di Masjid

2 min read

Kisah Nabi dan sahabat yang kencing di Masjid adalah kisah tentang kelembutan akhlak Rasul serta tata cara memperlakukan seseorang yang masih awam (bodoh)

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Nabi Muhammad Shallallhu ‘Alaihi Wasallam adalah Nabi yang paling lembut. Ini adalah keniscayaan karena kelembutan itu berasal dari rahmat Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman :

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka QS. Ali- ‘Imran/3 : 156

Untuk menghayati ketinggian derajat Nabi, kita sangat perlu membaca, mengapa Nabi disebut perwujudan dari Rahmat Allah. Silahkan baca penjelasannya di : https://www.mqnaswa.id/dalil-maulid-7-allah-azza-wajalla-perintahkan-bersyukur-dan-bergembira/

Kelembutan ini sampai kepada puncaknya, dalam perlakuan dan pendidikan beliau kepada para sahabat. Dalam mendidik sahabat sahabat yang “baru” dan belum mengerti adab-adab, beliau men-tarbiyah mereka dengan akhlak yang luhur ini. Sehingga, sahabat yang datang kepada Nabi Muhammad Shallallhu ‘Alaihi Wasallam dalam keadaan adab yang buruk, meninggalkan Nabi dalam adab yang lebih luhur.Selain itu, dalam dada mereka tertanam cinta yang mendalam kepada beliau Shallallhu ‘Alaihi Wasallam.

Dikisahkan dalam kitab Shahih Bukhari, pada suatu hari, ada salah seorang sahabat A’rabi (Badui dari dusun). Ia sudah masuk Islam, namun belum mengenal ajaran dan adab adab dalam Islam dengan baik. Ia masuk ke masjid Nabawi, lalu mencari tempat di sudut dan ia pun kecing di sana.

Para sahabat yang melihat terkejut dan sangat kesal. Ada yang marah bahkan mencela. Sampai sampai saking kesalnya para sahabat banyak yang ingin memukulinya. Kurang ajar sekali. Masa kencing di dalam masjid. Rasul Shallallhu ‘Alaihi Wasallam menenangkan dan berkata, “Biarakan dia selesaikan dulu kencingnya. Kemudian siram tempat bekas kencingnya dan ajari dia dengan baik mengenai adab-adab masjid dan buang air”

Tidak ada cela, tidak ada kata-kata pedas dari Nabi Shallallhu ‘Alaihi Wasallam. Hingga sahabat dari dusun ini, yang semula sangat ketakutan menjadi tenang dan senang dengan sikap Nabi. Ia tetap berada di dalam masjid hingga waktu shalat tiba.

Ketika shalat, sahabat dusun ini pun ikut mendirikan shalat di belakang Nabi . Selesai shalat ia berdo’a dengan suara yang cukup terdengar para sahabat. Ia berdo’a :

أَللّٰهُمَّ ارْحَمْنِيْ وَمُحَمَّدً وَلَا تَرْحَمْ مَعَنَا أَحَدًا

“Ya Allah, kasihanilah dan rahmatilah Hamba dan Nabi Muhammad. Jangan sayangi orang lain selain kami berdua”.

Maka Nabi pun menoleh seraya berkata dengan tersenyum:

لَقَدْ حَجَرْتَ وَاسِعًا

“Sungguh engkau ini, membatasi (rahmat Allah) yang sangat luas”.

Ya, rahmat Allah meliputi segala sesuatu namun Badui itu saking cintanya kepada Nabi, atau mungkin ada rasa kecewa dengan sahabat yang lainnya, ia berdo’a agar Allah hanya menyayangi Nabi dan dirinya saja. Yang lain tidak usah.

Lihatlah, ia datang dari dusun dengna adab yang “sangat aneh” untuk ukuran normal. Bagaimana mungkin orang bisa kencing di masjid. Karena di dusunnya memang demikian keseharian mereka. Mereka biasa kencing di mana saja. Tanah Arab yang terbuat dari pasir sangat mudah menghilangkan bekas kencing mereka. Lagi pula mereka benar benar tidak mengerti adab-adab kencing dalam agama Islam.

Namun, setelah pulang dari menghadap Nabi, ia telah mengerti adab, sekaligus memiliki Iman yang sempurna. Mengapa demikian ?

Karena Nabi Cintanya yang sangat besar kepada Nabi, seolah menutupi cinta kepada yang lainnya. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad :

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتّٰى أَكُوْنَ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهٖ وَوَالِدَيْهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

“Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian, sampai aku (Nabi Muhammad) lebih dicintainya melebihi cintanya kepada anak, orang tua dan seluruh manusia”

Tapi Nabi pun mengajarkan bahwa rahmat Allah melampaui semuanya. Rahmat Allah ada dalam setiap ciptaan-Nya. Sangat luas untuk semua hamba-hamban-Nya, maka bukti cinta kepada Nabi itu adalah dengan mendo’akan turunnya rahmat untuk semua makhluk Allah.

Kisah Nabi ini mengandung banyak pelajaran, tentang rahmat Allah dalam jiwa Nabi sebagaimana ayat pembuka di atas. Inilah kelembutan akhlak dan pendidikan Nabi Shallallhu ‘Alaihi Wasallam. Demikian banyaknya orang yang masuk Islam karena akhlak yang seperti ini. Karena yang paling penting dalam agama adalah akhlak. Lebih lengkap baca di https://islam.nu.or.id/post/read/108162/keistimewaan-nabi-muhammad-akhlak-akhlak-akhlak

Dengan model pendidikan seperti itulah tertanam cinta para sahabat kepada agama Islam dan Nabinya, shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Semoga kita mendapat barokah dari Nabi Shallallhu ‘Alaihi Wasallam, mendapat barokah dari para sahabat beliau dengan keberkahan yang merata untuk kita, keluarga, masyarakat dan anak turun kita. Amiin.

 

Alhamdulillaahi robbil ‘aalamin
Kertanegara, MQ Naswa,
Ahad Pahing, 12 Januari 2020 M / 14 Jumadil Awal 1441 H
Wawan Setiawan

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *