Kisah Nabi Isa Membangkitkan Sam bin Nuh

2 min read

Pengajian Kitab Tanbihul Ghafilin bagian ke-18 tentang kisah Nabi Isa menghidupkan Sam bin Nuh dan 4 Hal yang menyibukkan pikiran

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Dituturkan, sesungguhnya Nabi Isa ‘Alaihis salam dengan izin Allah mampu menghidupkan orang yang telah mati. Tapi, orang-orang yang mengingkari beliau berkata, “Engkau hanya menghidupkan orang-orang yang matinya belum lama. Atau jangan jangan sebenarnya orang tersebut belum mati (baru mati suri saja). Kalau memang engkau benar, maka hidupkan orang yang telah mati dari zaman awal (sudah sangat lama sekali)”.

Nabi Isa ‘Alaihis salam berkata, “Pilihlah siapa yang kalian mau (untuk dihidupkan kembali)”

Mereka berkata, “Hidupkan Sam bin Nuh”, Yakni salah satu putera Nabi Nuh ‘Alaihis Salam.

Maka Nabi Isa bersama mereka mendatangi makam Sam bin Nuh. Sesampai di sana, Nabi Isa ‘Alaihis Salam mendirikan shalat dua rakaat, lalu berdo’a kepada Allah. Maka dengan izin Allah, bangkitlah dari kubur itu Sam bin Nuh.  Ketika muncul dari kubur, terlihat rambut kepala dan jenggotnya memutih.

Maka beliau, Sam bin Nuh, ditanya, “Mengapa jenggotmu memutih (seperti uban), padahal, uban belumlah dikenal pada masamu?” (Uban mulai ada pada Nabi Ibrahim. Beliau adalah orang yang pertama kali dianugerahi uban oleh Allah ta’ala).

Berkata Sam bin Nuh, “Aku mendengar panggilan yang menyuruh aku bangkit, sehingga aku menyangka hari kiamat telah terjadi. Aku sangat gemetar sampai sampai rambut dan jenggotku memutih”.

“Sejak kapan engkau meninggal wahai Sam bin Nuh?”

Sam bin Nuh menjawab, “Aku meninggal sejak 4.000 yang lalu. Tapi sampai sekarang, aku masih merasakan pedihnya sakarotul maut”.

Sebagian ulama berkata, “Tidak ada seorang mukmin pun yang mati, kecuali ia ditawari untuk hidup dan kembali ke dunia. Tapi mereka semua menolak karena mereka takut pada beratnya kematian. Kecuali para syuhada (orang yang mati berperang di jalan Allah). Karena mereka tidak merasakan beratnya kematian, bahkan mereka merasakan nikmatnya kematian, sehingga mereka berharap untuk dikembalikan ke dunia, supaya ikut berperang dan terbunuh lagi untuk kedua kalinya”.

Diriwayatkan tentang Ibrahim bin Adham rahimahullahu ta’ala. Suatu kali ada yang berkata kepada beliau, “Duduklah bersama kami, supaya kami bisa mendengar suatu ilmu/ nasihat darimu”.

Ibrahim bin Adham menjawab, “Aku sangat sibuk dengan 4 hal. Jika aku telah selesai dari 4 hal itu, aku akan duduk duduk bersama kalian”

“Apakah 4 hal yang sangat menyibukanmu sehingga tidak sempat duduk bersama kami?”

Ibrahim bin Adham menjawab, “Pertama, aku memikirkan. Dulu ketika aku berada di alam mitsaq (yakni sebelum ruh dimasukan kepada janin di dalam rahim), pada saat Allah yang Agung dan Maha Suci memutuskan takdir seluruh Anak Adam seraya berfirman, “Yang ini termasuk ahli syurga”, “Yang ini termasuk ahli neraka”. Aku tidak tahu, pada saat itu Allah memasukkan aku ke dalam kelompok yang mana?”

Kedua, Aku memikirkan, ketika Allah telah menetapkan kelahiran/ kehidupan seorang anak manusia dalam janin ibunya, maka ditiupkan ruh  kepada janin itu. Maka bertanyalah malaikat yang ditugaskan untuk melakukan peniupan ruh, “Ya robbi, Engkau menetapkan anak ini sebagai orang yang celaka atau menjadi orang yang bahagia?”. Aku tidak tahu, pada waktu itu, jawaban apa yang dikeluarkan Allah untuk (kelahiran)ku”.

Ketiga, Ketika malaikat maut akan mencabut nyawaku, malaikat maut akan bertanya kepada Allah, “Ya Robbi, apakah orang ini Engkau inginkan mati dalam keadaan muslim atau mati dalam keadaan kafir?”. Aku tidak tahu, kelak Allah akan menjawab apa untuk kematianku”

Keempat, aku memikirkan firman Allah ta’ala : (QS. Yasin/ 36 : 58-59)

سَلَامٌ قَوْلًا مِّنْ رَّبٍّ رَّحِيْمٍ

(Kepada golongan yang selamat dikatakan): “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.

وَامْتَازُوا الْيَوْمَ أَيُّهَا الْمُجْرِمُوْنَ

Dan (dikatakan kepada orang-orang yang celaka): “Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang yang berbuat jahat.

Yakni pada saat di akhirat nanti, Allah memisahkan golongan yang selamat dan golongan yang celaka. Aku tidak tahu pada saat itu Allah memasukkan aku ke dalam kelompok yang mana?”.

Wallahu A’lam.

Alhamdu lillahi robbil ‘alamin

Catatan Pengajian PakNas di Musholla Ar-Raudlah MQ. Nasy’atul Wardiyah Bersama Ust. Hambali Ahmad

Kertanegara, Senin Pon, 4 Maret 2019 M / 27 Jumadil Akhir 1440 H

Wawan Setiawan

Kisah Nabi Isa yang lain dapat dibaca di https://www.mqnaswa.id/kisah-nabi-isa-tentang-nilai-persahabatan/

dan https://www.mqnaswa.id/nabi-isa-alaihis-salam-keistimewaan-hari-jumat-dan-makam-bercahaya/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *