Bismillahir rahmaanir rahiim : Nasruddin dan Perampok
Di suatu malam, Nasruddin mendatangi sebuah pesta di kotanya. Pesta itu berakhir pukul 22.00, sedangkan jarak dari tempat pesta itu ke rumahnya lumayan jauh. Jika Nasruddin menggunakan jalan yang biasa dilalui dia pasti sampai rumah telah larut malam. Maka Nasruddin berinisiatif mengambil jalan pintas. Tetapi jalan pintas itu melalui tanah pemakaman. Yakni jalan setapak yang membelah area pemakaman
Ketika ia sampai di area pemakaman suasana semakin gelap dan sunyi, diiringi suara binatang malam, mau tidak mau membuat Nasruddin merinding. Tapi ia tetap melangkah memasuki area pemakaman itu. Ketika ia menelusuri jalan setapak di tengah pemakaman, ia melihat sekelompok orang mengendarai kuda menuju tempat ia berada. Nasruddin berfikir mereka pasti maling atau perampok yang akan memulai aksinya. Karena takut, Nasruddin lari dan bersembunyi di sebuah lubang yang baru saja digali. Rupanya makam itu akan digunakan untuk menguburkan jenazah esok pagi.
Gerombolan lelaki berkuda, yang sepintas melihat Nasruddin berlari, mendatangi lubang itu. Mereka penasaran dan menghentikan kudanya kudanya, penasaran, karena melihat kepala Nasruddin terlihat dari persembunyiannya. Rupanya Nasruddin bersembunyi dengan berdiri, sehingga kepalanya nongol, sedangkan badannya di dalam lubang makam.
“Siapa Kamu” kata salah satu dari perampok
Nasruddin melihat orang orang itu satu demi satu. Akhirnya dia menjawab, “Jangan takut. Aku adalah salah satu mayat yang dikubur di sini”.
“Apakah tubuh orang mati bisa bangun dari kuburnya di malam hari” Tanya orang itu lagi
“Ya” jawab nasruddin keras
“Untuk Apa?”
“Tentu saja untuk menghirup udara segar” jawab Nasruddin mantap
Orang orang itu tertawa. Salah satu dari mereka bertanya, “Apakah orang mati butuh udara segar?”
“O, iya kamu benar. Maaf saya keliru” Nasruddin menjawab sambil membaringkan badannya seperti orang mati.
Wawan Setiawan
Diterjemahkan dari Nasreddin The Foolish Man, hlm. 23-24
One Reply to “Kisah Nasruddin dan Perampok : Maaf, Saya Keliru”