Kisah pendosa yang memiliki 3 hal sehingga mendapat ampunan Allah
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Pada bagian sebelumnya dikisahkan seorang ahli ibadah yang masuk neraka, dan seorang yang tidak memiliki amal tapi mendapat ampunan. nah, kisah berikut ini semakin menguatkan kisah yang lalu.
Kisah sebelumnya dapat dibaca di https://www.mqnaswa.id/kisah-hikmah-sungguh-sungguh-ibadah-tapi-masuk-neraka/
(Kisah lain) Ada seorang lelaki yang mati pada masa Nabiyullah Musa ‘Alaihis Salam. Namun masyarakat tidak ada yang mau mengurus jenazahnya, tidak ada yang mau memandikan dan menguburkannya. Hal itu disebabkan lelaki yang mati itu dikenal sebagai laki-laki yang fasik. Semua orang tahu keburukan perilakunya. Akhirnya mereka menarik jenazah lelaki itu, diseret kakinya dan dibuang ke tempat pembuangan kotoran hewan.
Allah pun memberi wahtu kepada Nabi Musa ‘Alaihis salam seraya berfirman, “Wahai Musa, telah mati seorang lelaki di suatu tempat pembuangan kotoran. Padahal dia adalah salah satu dari wali-Ku. Jenazahnya belum dimandikan, dikafani dan dikuburkan. Maka pergilah engkau untuk mengurus jenazahnya.
Maka pergilah Nabi Musa ‘Alaihis salam menuju tempat tersebut. Beliau bertanya kepada masyarakat tentang orang yang baru saja meninggal di desa itu.
Mereka menceritakan, “Memang telah mati seorang lelaki, ia punya sifat sangat buruk. Ia nyata nyata seorang yang fasik. Masyarkat pun menceritakan sifat sifat buruk dari orang yang meninggal itu”
Nabi Musa bertanya, “Di manakah tempatnya? Sesungguhnya Allah ta’ala memerintahkanku untuk mengurusnya”.
Maka pergilah Nabi Musa bersama masyarakat ke tempat dibuangnya mayat tersebut.
Ketika Nabi Musa ‘Alaihis Salam benar benar melihat jenazah yang berada di kubangan kotoran hewan itu, ia bermunajat kepada Allah, “Wahai Tuhanku, Engkau telah memerintahkan aku untuk menguburkan dan shalat untuk jenazah ini. Sedangkan kaumnya, tetangga dan masyarakatnya benar benar menyaksikan ia adalah orang yang buruk. Tapi Engkau lebih mengetahui dari mereka, mana yang pantas untuk dipuji, mana yang terhina”
Allah pun memberi wahyu, “Wahai Musa, memang benar yang diceritakan mereka mengenai keburukan jenazah itu. Kecuali, yang mereka tidak tahu adalah, ketika ia sakit keras menjelang kematiannya, ia meminta pertolongan kepadaku dengan 3 hal. Jika saja seluruh hambaKu yang berdosa meminta kepadaku dengan 3 hal itu pastilah Aku mengabulkannya. Bagaimana Aku tidak mengabulkannya, sedangkan ia meminta dengan segenap jiwanya, dan Aku adalah Dzat yang Maha Penyayang.
Nabi Musa ‘Alaihis salam bertanya, “Apakah tiga hal itu ?”
Allah Ta’ala berfirman, “Ketika telah dekat pada kematiannya ia berkata, “Ya Robbi, Engkau lebih mengetahui tentang hamba daripada dari pada diri hamba sendiri. Sesungguhnya maksiatku bertumpuk-tumpuk. Sebenarnya hamba benci melakukan maksiat itu, tapi berkumpul tiga hal dalam diri hamba sehingga hamba suka melakukan kemaksiatan meski hamba membencinya, tapi hamba tidak mampu menghindarinya.
Hawa Nafsu, teman berkumpul yang buruk dan iblis la’natullah ‘alaih. 3 hal inilah yang selalu menjatuhkan hamba dalam kemaksiatan. Engkau Maha Mengetahui atas apa yang hamba katakan. Maka ampunilah hamba.
Kedua, ia berkata, “Ya Robbi, sesungguhnya Engkau mengetahui bertumpuknya kemaksiatanku dan kedudukanku yang pantas adalah dalam golongan orang fasik. Tetapi, aku pun mencintai berkumpul dengan orang-orang shalih. Aku mencintai kezuhudan mereka. Bahkan duduk duduk bersama mereka lebih aku cintai dari pada duduk duduk bersama orang fasik”
Ketiga, ia bekata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau lebih mengetahui tentang diriku. Sungguh, orang-orang shalih lebih aku cintai daripada orang-orang fasik. Sehingga, jika orang shalih datang kepadaku pastilah aku mendahulukannya atas orang fasik”.
(Dalam riwayat Wahb bin Munabbih), lelaki itu berkata, “Jika Tuan memaafkan hamba dan mengampuni dosa-dosa hamba, pastilah para Nabi dan para kekasih Tuan akan senang dan setan, musuh hamba dan Musuh Tuan, pasti akan bersedih. Sedangkan jika Tuan mengadzab hamba karena dosa dosa hamba, maka setan pasti akan gembira ria dan para Nabi serta para wali pasti akan bersedih.
Sedangkan hamba tahu, sesungguhnya kegembiraan para kekasihMu pastilah lebih Engkau sukai daripada kegembiraan setan dan bala tentaranya. Maka tolong ampunilah hamba.
Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui atas segala yang hamba katakan, maka kasihanilah hamba dan maafkan hamba”
Allah Ta’ala kemudian berfirman kepada Nabi Musa ‘Alaihis salam, “Maka Aku pun kasihan padanya dan mengampuninya. Sesungguhnya Aku Maha Penyayang kepada orang yang mengakui dosa dosanya di hadapanKu. Dan dia telah mengakui dosa dosanya kepadaku, sehingga Aku pun mengampuninya.
Wahai Musa, lakukanlah perintahKu untuk memandikan, mengkafani, menyalati dan menguburkan jenazah ini. SesungguhNya karena kemuliaan orang ini di hadapanKu, Aku pun akan mengampuni siapa saja yang turut menyalati jenazahnya dan menghadiri pemakamannya.
Hikmah :
- Ada tiga hal dalam kisah di atas yang menyebabkan turunnya ampunan dan rahmat Allah. Pertama, mengakui kelemahan dan dosa dosa. Kedua, ia melakukan dosa bukan dengan rasa bangga ketika melakukan. Dan ketiga, ia mencintai orang shalih. Bahkan duduk bersama orang shalih lebih disukainya daripada duduk bersama kawan kawannya.
- Kita tetap berkewajiban mengurus jenazah seorang muslim. Selagi ia masih tetap dalam keimanan, meskipun perilakunya buruk. Setelah kematiannya kita tidak boleh membicarakan keburukannya. Mendoakan dan berhusnudhan Allah mengampuninya.
- Bisa jadi seseorang diterima taubatnya ketika menjelang wafat.
- Menghormati kewafatan seorang yang dicintai Allah menjadi sebab kita mendapat ampunan Allah.
Wallahu A’lam.
Alhamdu lillahi robbil ‘alamin
Kertanegara, Selasa Wage, 5 Maret 2019 M / 28 Jumadil Akhir 1440 H
Wawan Setiawan