Kualat sebab Menghina Sahabat (Karomah Sa’ad Bag. 2)

2 min read

Kualat artinya musibah yang menimpa karena melakukan suatu yang tidak pantas kepada orang atau sesuatu yang dimuliakan.

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Akhiranya Sayidina Umar berniat mengembalikan jabatan Walikota Kufah kepada sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash. Namun sebagaimana telah diduga, sayidina Sa’ad menolak jabatan itu. Memang bagi mereka, orang-orang yang shalih, apalagi yang telah mendapatkan pendidikan langsung dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, jabatan hanyalah sejengkal dari musibah, atau bahkan jabatan adalah musibah itu sendiri.

Kisah sebelumnya baca di : https://www.mqnaswa.id/karomah-saad-bin-abi-waqqash-radhiyallahu-anh/

Sahabat Sa’ad pun pernah “di-nyata-kan” karomahnya oleh Allah ta’ala kepada orang yang menghina sahabat sahabat Nabi yang mulia.

Suatu hari, Sa’ad bin Abi Waqqash bertemu dengan seorang lelaki bermulut kotor, berlisan tajam. Ia menghina sahabat Ali, Thalhah dan Zubair bin Awwam. Mungkin ia adalah termasuk orang yang tidak suka dengan perbedaan pandangan di kalangan para sahabat Nabi, tapi ketidak sukaannya dikeluarkan dalam wujud yang terlalu berani, yaitu penghinaan.

Sayidina Sa’ad berkali kali mengingatkan, ia sama sekali tidak layak menghina sahabat sahabat Nabi, karena mereka orang-orang yang dikasihi Nabi, orang-orang yang telah menjadikan dirinya tameng untuk menjaga Nabi. Orang yang menghina itu, hanya seperti debu di kaki mereka, bahkan lebih rendah dari itu.

Bukannya sadar, lelaki itu malah menjadi jadi. Sayidina Sa’ad mengingatkan dengan nada ancaman, “Celaka engkau ini. Apa yang engkau inginkan sebenarnya. Engkau menghina orang-orang yang lebih baik daripada dirimu. Jika engkau tidak menyudahi ejekanmu, aku akan mendo’akan kejelekan untukmu”

Alih alih mengindahkan ancaman dari Sa’ad bin Abi Waqqash, orang itu malah menantang, “Silahkan saja. Memangnya siapa engkau ? Memangnya do’amu seperti Nabi?”

Sayidina Sa’ad masuk ke dalam rumah untuk berwudlu. Kemudian ia pergi ke masjid dan berdo’a, “Ya Allah, laki laki ini telah menghina orang-orang yang telah Engkau takdirkan menjadi orang yang mulia. Menjadikan mereka bahan ejekan, maka perlihatkanlah kepadaku, hari ini, suat tanda kebesaranMu bagi kaum muslimin”.

Tiba-tiba, keluarlah unta dari salah satu arah rumah penduduk yang berlari kencang, ke arang orang yang menghina sahabat Nabi itu. Unta itu terus berlari dan menabraknya tanpa ampun, hingga lelaki itu terpental jauh. Unta itu seperti kesetanan, membuat orang-orang di sekitarnya menjadi kalang kabut, berlarian ketakutan. Hingga mereka menginjak injak tubuh lelaki penghina itu. Tubuh lelaki itu terus terinjak-injak hingga tak bergerak lagi, sama sekali.

Inilah mustajabnya do’a Sa’ad bin Abi Waqqash. Inilah berkah do’a Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuknya :

أَللّٰهُمَّ سَدِّدْ سَهْمَهٗ وَأَجِبْ دَعْوَتَهٗ

“Ya Allah, tepatkan lah anak panahnya dan kabulkanlah do’anya”

Sejak mendapat do’a ini, tidaklah Sa’ad berdo’a kecuali Allah ta’ala mengijabahnya. Bahkan para sahabat mengetahui hal itu.

Memang sayidina Sa’ad adalah orang yang pertama kali melesatkan panah untuk jihad fii sabiilillah, bahkan ia pun orang yang pertama kali terkena panah untuk membela agama Islam. Ia adalah orang yang mendapat kemuliaan dengan menjadi sebab turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Ia pun dimuliakan Allah dengan menjadi juru dakwah hingga terbuka lah Islam ke negeri Romawi hingga Asia (China)

Selengkapnya baca di : https://www.nu.or.id/post/read/100461/saad-bin-abi-waqqash-sahabat-nabi-yang-mendakwahkan-islam-di-china

Dan penghina itu memang sepantasnya mendapat hukuman yang keras, karena ia menghina para kekasih Allah, sekaligus menantang Sa’ad yang berarti menantang mustajabnya do’a Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Kisah-kisah tentang orang yang sombong, suka menghina, merendahkan orang lain ini sangat banyak sekali.  Semuanya mendapatkan balasan seketika dari Allah ta’ala. Membuktikan kepada kita, tidak pantas bagi kita menghina hamba-hamba Allah. Bahkan menghina sesama makhluk Allah pun tidak boleh.

Baca kisah tentang seorang anak bertemu anjing di pasar di : https://www.mqnaswa.id/salah-naro-ayat-dan-kisah-anak-sufi-yang-diuji-ayahnya/

 

Wallaahu A’lam

Alhamdulillaahi robbil ‘alamiin

Kertanegara,  Rabu Pahing, 4 September 2019 M / 4 Muharram 1441 H

Wawan Setiawan

 

Sumber : Sumber : Syaikh Muhammad Mahfudz Termas, Bughyatul Adzkiya (terj)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *