Kubur yang Meluas dan Kubur yang Menyempit

1 min read

Kubur adalah tempat istirahat setelah kematian. Ia bisa menjadi tempat istirahat yang lapang dan menyenangkan, juga bisa menjadi sempit dan menyengsarakan. – Pengajian Tanbihul Ghafilin Bagian Ke-23, BAB Dahsyatnya Siksa Kubur

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam[1], “Sesungguhnya, jika seorang mukmin didatangi kematian, malaikat mendatanginya dengan membawa kain sutera yang diberi wewangian misik, kemudian ruhnya dicabut dengan sangat mudah seperti mencabut rambut dari adonan.

Malaikat berkata kepada ruh itu, “Wahai jiwa yang tenang (baik), kembalilah kepada Tuhanmu dengan perasaan ridlo dan mendapat diridloi. Kembalilah menuju rohmat dan keridloanNya.

Ketika ruh itu keluar, ia diletakkan di kain yang diberi wewangian misik itu kemudian kain itu dilipat dengan baik dan diantarkan menuju ‘illiyyin[2].

Dan sesungguhnya orang kafir jika didatangi kematian, malaikat mendatanginya dengan membawa kain kasar yang di dalamnya terdapat bara api. Ruhnya dicabut dengan sangat keras, seraya dikatakan kepadanya, “Wahai jiwa yang buruk, kembalilan kepada Tuhanmu dalam keadaan terpaksa (tidak ridlo), kembalilan menuju kehinaan dari Allah ta’ala dan siksaNya.

Ketika ruh itu keluar, ia diletakkkan di kain yang kasar dan beisi bara api, sehingga ketika ia diletakkan di sana keluar suara seperti suara mendidih. Kemudian kain itu dilipat dan dibawalah ruh itu ke sijjin.

Baca juga : https://www.mqnaswa.id/rasulullah-mengisahkan-penyambutan-ruh-orang-yang-beriman/ dan https://www.mqnaswa.id/kisah-penyambutan-ruh-orang-yang-tidak-beriman/

Kemudian ketika jenazah seorang mukmin diletakkan di dalam kubur, maka meluaslah kuburnya hingga 70 dzira’, diletakkan didalam kubur aroma wewangian, dan dikelambui (di tutupi) dengan kain sutera. Jika mukmin itu memiliki hafalan Al-Qur’an, maka dijadikan kuburannya diliputi cahaya Al-Qur’an. Jika ia tidak memiliki hafalan Al-Qur’an, maka di cahaya seperti cahaya matahari di dalam kuburnya.

Keadaannya di dalam kubur seperti keadaan tidurnya seorang pengantin, tidur lelap dan bahagia. Ketika ia dibangunkan, ia masih belum puas tertidur karena nikmatnya.

Sebaliknya, ketika jenazah seorang yang tidak beriman diletakkan di dalam kubur, maka menyempitlah kubur itu, menghimpitnya, hingga berantakkan tulang persendiannya. Dimasukkan ke dalam kubur itu ular ular yang besarnya seperti leher unta. Ular ular itu memakan daging jenazah, hingga tidak tersisa sedikitpun. Hanya tulang belulang saja.

Kemudian diutuslah malaikat ‘adzab yang tuli bisu dan buta (ia menyiksa membabi buta, tanpa mendengar apa pun jeritan dari ahli kubur). Ia memukulinya dengan gada/ pukul dari besi. Ia tidak mendengar jeritan ahli kubur sehingga timbul rasa kasihan, ia tidak melihat kesengsaraan ahli kubur sehingga bisa membuat ia tidak tega. Kemudian dibukalah lorong dari neraka sehingga ahli kubur merasakan panasnya, bahkan diperlihatkan kepadanya neraka di waktu pagi dan petang.

Wallahu A’lam

Alhamdulillaahi robbil ‘alamin

Catatan Pengajian PakNas di Musholla Ar-Raudlah MQ. Nasy’atul Wardiyah Bersama Ust. Hambali Ahmad

Kertanegara, Selasa Legi, 25 Juni 2019 M / 21 Syawal 1440 H


[1] Sanad hadits : Dari Al-Faqih Abu Laits Assamarqandi dari Al-Faqih Abu Ja’far dari Abul Qosim Ahmad bin Hamzah dari Muhammad bin Salamah dari Abu Ayub dari Qosim bin Fadhl dari Al-Haroni dari Qotadah dari Qosamah bin Zuhair dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anh dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

[2]illiyyin dan sijjin ini adalah hal yang ghaib, yang tidak dapat dilukiskan dengan jelas. Para ulama menafsirkan dengan berbagai penafsiran. Yang jelas, ‘illiyiin menunjukkan makna keluhuran, tinggi, mulia. Sedangkan sijjin menunjukkan makna kehinaan, rendah, kotor/ menjijikkan dan makna semisalnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *