Kemuliaan Wanita dan Lafadz Rahim yang Lebih Satu

3 min read

Kemuliaan wanita yang dikaitkan dengan lafadz rahim dalam basmalah.

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Sebagian ulama berpendapat bahwa makna seluruh Al-Qur’an ter-rangkum dalam QS. Al- Fatihah sedangkan makna Al-Fatihah ada dalam Basmalah. Maka, selain memiliki keutamaan yang sangat besar, basmalah pun memiliki rahasia yang sangat banyak.

Telah banyak para ulama yang mencurahkan perhatian mereka untuk memaparkan makna basmalah ini. Salah satu yang menjadi perhatian ulama adalah cara menulis lafadz “bismi”, yang ditulis tanpa alif. Berbeda dengan lafadz “bismi” dalam surat Al-‘Alaq, ayat yang pertama kali turun, yang ditulis dengan “cara penulisan baku” dengan menyisipkan alif.

Untuk lebih jelasnya perhatikanlah :

Penulisan pada QS. Al-Fatihah/1:1

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Penulisan pada QS. Al-‘Alaq/96:1

إِقْرأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ

Penulisan yang kedua (dalam surat Al-‘Alaq) merupakan cara penulisan “standar” dalam kaidah, sedangkan yang pertama “tidak standar”. Meski demikian tentu kita tidak mungkin mengatakan itu suatu kesalahan. Pastilah ada rahasia yang terkandung di dalamnya.

Seorang ulama meneliti bahwa “penghilangan” huruf alif itu agar jumlah keseluruhan dari basmalah adalah 19 Huruf, yakni : Ba, Sin, Mim, Alif, Lam, Lam, Ha, Alif, Lam, Ro, Ha, Mim, Nun, Alif, Lam, Ro, Ha, Ya dan Mim.  Mengapa “harus” 19 ?

Sebagian ulama menjawab, karena sesuai dengan jumlah malaikat Zabaniyah (penjaga neraka). Sehingga orang yang mendawamkan membaca Basmalah akan terhindar dari panasnya neraka. Baik di dunia terutama di akhirat, dalam pekerjaan, dalam suatu kegiatan, bisnis dan lain lain. Segala aktifitas yang dilakukan pun mendapat limpahan kebaikan dari Allah ta’ala. Tidak “panas” aktifitasnya. Penuh berkah.

Ada lagi ulama yang membahas lebih jauh tentang makna angka 19 ini. Salah satunya Rasyad Khalifah (wafat 1990 M). Beliau meneliti bahwa angka 19 ini memiliki rahasia yang merupakan bukti kemujizatan Al-Qur’an dalam segi bahasa (keseimbangan kosa kata). Beliau menjelaskan, di dalam basmalah ada 3 (tiga) nama Allah yang paling utama, yakni Allah, Arrahman dan Arrahim.

Ternyata setelah dihitung, dalam seluruh Al-Qur’an nama ketiganya berjumlah suatu angka yang pas/ habis ketika dibagi dengan 19.

  • Lafadz Allah dalam Al-Qur’an berjumlah 2698. Angka ini habis jika dibagi 19. Yakni 2698 : 19 = 142
  • Lafadz Arrahman dalam Al-Qur’an berjumlah 57. Jika ada apel 57 buah dibagi orang 19 maka akan habis. Masing masing orang mendapat 3 buah apel. He he,,, (seperti matematika anak sekolah).
  • Lafadz Arrahim dalam Al-Qur’an berjumlah 114. (114 : 19 = 6)

Tapi, para ulama yang menggunakan pendapat ini, sempat bingung. Karena lafadz “rohim” semuanya berjumlah 115. Lebih satu. Tentu saja tesis ini menjadi batal jika lafadznya lebih.

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد

Tapi ternyata lafadz Rahim yang satu ini “diberikan oleh Allah”, untuk Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Maka lafadz rahim yang merupakan sifat Allah tetap berjumlah 114 dalam seluruh Al-Qur’an.

Perhatikan QS. At-Taubah/9 : 128

لَـقَدْ جَاۤءَكَمْ رَسُوْلٌ مِّنْ أَنْــفُسِكُمْ عَــزِيْــزٌ عَلَيْهِ مَـاعَنِــتُّمْ حَرِيْــصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُـؤْمِنِيْـنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, terhadap orang-orang mukmin ia amat belas kasihan lagi penyayang.

Sifat “rahim” pada akhir ayat tersebut – sesuai dengan konteks awal ayatnya- ditujukan bukan untuk Allah, tetapi untuk Kanjeng Rasulullah Shallallahu ‘Alaih Wasallam. Sungguh agung, luhur akhlak dan sifat penyayang beliau sampai sampai Allah menyatakan sifat Rasulullah “dituliskan” dengan lafadz yang sama dengan Sifat-Nya yang Maha Pengasih lagi Penyayang.

Ini dikuatkan oleh ayat yang ain bahwa Rahmat Allah yang tertanam dalam setiap sel di seluruh alam ini, ditampung oleh Sayidina Muhammad, Sayidil Wujud Shallallahu ‘Alaih Wa Sallam.

إِنَّ رَحْمَتِيْ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْئ

Sesungguhnya Rahmat-Ku meliputi segala sesuatu

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعٰلَمِيْنَ

Dan tidak lah Aku mengutumu Muhammad, keculai sebagai Rahmat bagi seluruh alam

Sangat benar jika kita mengatakan, makhluk yang memiliki kasih sayang paling besar adalah Sayidina Muhammad , baik kepada tumbuhan, binatang, apalagi manusia. Bahkan meski manusia itu sangat memusuhi beliau. Apalagi jika terhadap para sahabat yang mencintai beliau?

Lalu kita mengenal lagi seorang yang dititipi “rahim” dari Allah ini. Dia adalah wanita. Ya, hanya wanita lah yang dipilih Allah untuk memiliki rahim. Tempat bersemainya cinta untuk mewujudkan “Tujuan Allah” agar manusia menjadi khalifah. Pemimpin di muka bumi ini. Tanpa rahim wanita, bagaimana manusia akan berkembang biak? Bagaimana tugas kekhalifahan akan berjalan?

Tidak perlu diceritakan bagaimana kasih seorang ibu terhadap bayinya, terlebih ketika masih di dalam rahim. Semua orang dalam segala agama dan kepercayaan apapun pasti memahaminya. Rahim ibarat bumi. Yang dari sana tumbuh berbagai macam tanaman. Ada yang menjadi rumput, ada tanaman padi, ada pohon mangga yang berbuah lebat dan manis. Semua memiliki manfaat masing masing.

Ya seperti rahim ibu yang dari sana muncul manusia dengan berbagai rupa, berbagai profesi. Kesemuanya memiliki tugas dan manfaat untuk kekhalifahan bumi raya ini. Tidak salah jika dalam bahasa Indonesia, tanah yang kita tinggali  ini di panggil dengan sebutan Ibu Pertiwi (bukan bapak pertiwi, he he,,,)

Sebesar apa pun pohon yang menjulang tinggi. Jika dia lepas dari tanah, pastilah dia akan mati. Lebat manis dan rindangnya pohon mangga, syarat pertamanya, dia tidak boleh lepas dari tanah. Jika lepas, dia hanya akan menjadi kayu bakar saja.

Tidak heran jika disebut “Wanita itu tiangnya negeri (bisa bermakna, rumah, kampung, negara dan lebih luas lagi). Jika wanitanya baik, maka baik pula negeri itu. Jika wanitanya rusak, maka rusaklah negeri itu”. Jika wanita baik, maka rumah, kampung dan masyarakat baik. Jika wanita itu rusak, maka semua pun ikut rusak juga. Ini nilai kemuliaan wanita yang luar biasa dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Lebih lengkap mengenai hal Kajian kemuliaan Wanita dalam Al-Qur’an baca artikelnya di : https://www.mqnaswa.id/wanita-adalah-pengemban-lambang-kasih-sayang/

Terakhir, tanah itu meski dilempar kotoran, dicangkul, tetap akan memberikan yang terbaik. Membalas dengan kebaikan dan ketulusan. Seperti seorang ibu yang tetap mendoakan anak anaknya untuk menjadi mulia di masa depan. Meski sang anak sering melakukan hal yang tidak berkenan.

Saebagaimana Rasulullah Shallalallahu ‘Alaihi Wasallam ketika dilempar kotoran dan batu batu, beliau malah membalas dengan Do’a “Allahummahdi Qowmin fa-innahum laa ya’lamun : Ya Allah berilah hidayah kepada kaumku, sesungguhnya mereka orang-orang yang tidak mengetahui”.

Dan seperti Yang maha Pengasih dan Maha Penyayang, meski kita “lempari” setiap hari dengan kotoran dosa, maksiat dan kelalaian, Dia tetap saja mencurahkan kasih sayang. Wallahu A’lam.

 

Wallahu A’lam

Alhamdulillahi robbil ‘alamin

Kertanegara, Kamis Pahing, 8 November 2018 M / 30 Shafar 1440 H

Wawan Setiawan

 

baca juga artikel tentan kemuliaan wanita dalam kitab ulama nusantara di : https://www.mqnaswa.id/kemuliaan-wanita-dalam-kitab-sekar-kedhaton/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *