Lailatul Qadar selamanya menjadi malam yang misteri, inilah hikmah hikmahnya
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Sebagaimana pada postingan sebelumnya, Nabi tidak jadi memberitahukan kedatangan Lailatul Qadar. Hal ini disebabkan karena, pada saat itu, ada dua orang yang sedang bertengkar.
Selengkapnya baca di : https://www.mqnaswa.id/lailatul-qadar-tidak-jadi-dikabarkan-nabi-apa-sebabnya/
Mari kita ulang membaca haditsnya agar kita mendapat barokah dan lebih mengingat kembali :
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ : خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيَخْبَرَنَا بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ, فَتَلَاحٰى رَجُلَانِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ, فَقَالَ : لَأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ فَتَلَاحٰى فُلَانٌ وَ فُلَانٌ فَرُفِعَتْ, وَعَسٰى أَنْ يَكُوْنَ خَيْرًا لَكُمْ, فَالْتَمِسُوْهَا فِى التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ
Diriwayatkan dari ‘Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anh, beliau berkata : “Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam keluar untuk memberitahu datangnya Lailatul Qadar kepada kami. Tetapi ada dua orang muslim yang sedang saling memaki.
Maka Nabi bersabda, “Aku keluar untuk memberitahu kepada kalian, kapan datangnya Lailatul Qadar, tetapi Fulan dengan Fulan saling memaki, sehingga ketetapan (memberitahu kedatangan malam agung itu) diangkat lagi. Tetapi, hal ini boleh jadi lebih baik bagimu. Maka carilah Lailatul Qadar pada malam ke-9, malam ke-7 dan ke-5” (HR. Imam Bukhari)
Memang pertengkaran menyebabkan terhalangnya rahmat Allah sehingga lailatul Qadar tetap menjadi malam misteri yang tidak ada seorang pun mengetahuinya secara pasti, kecuali Rasulullah shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentunya. Para ulama dalam penjelasannya tentang kapan malam Lailatul Qadar pun hanya merupakan dugaan dugaan, perkiraan perkiraan berdasarkan ketajaman ilmu dan mata batin para ulama itu. Namun, secara pasti, Lailaltul Qadar tetaplah misteri.
Hanya saja, jika kita membaca kelanjutan hadits di atas, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata, “Tetapi, hal ini boleh jadi lebih baik bagimu”. Memang, bagaimanapun ini telah menjadi ketetapan Allah. Kita sebagai hamba harus ridha terhadap takdirNya. Apalagi jika kita renungkan lebih dalam, ternyata ketetapan ini mengandung banyak hikmah.
Memang, dengan tidak pastinya kedatangan Lailatul Qadar, kita jadi makin “berat” karena harus mencari carinya di beberapa malam. Tapi, dengan tidak pastinya kedatangan Lailatul Qadar juga membawa nilai tersendiri,
Pertama, Jika kita mengetahui secara pasti malam kedatangan Lailatul Qadar, maka “hampir dipastikan” sebagian besar kita hanya akan sungguh sungguh ibadah “hanya” pada malam itu saja. Sementara malam lainnya kita biasa biasa saja, bahkan boleh jadi kita akan meremehkannya. Sedangkan jika Lailatul Qadar ini dirahasiakan, maka kita akan berusaha mencarinya dengan sungguh sungguh disetiap malam yang kita duga Lailatul Qadar. Dan kesungguhan beribadah itu memiliki nilai tersendiri untuk kemuliaan kita di hadapan Allah ta’ala.
Kedua, Di antara kita, masih banyak yang belum bisa menghindari dosa dan kemaksiatan. Jika kita mengetahui bahwa malam ini adalah malam Lailatul Qadar, lalu kita tetap tidak bisa menghindar dari dosa dan maksiat, maka alangkah besar sekali dosanya dan kerugiannya. Karena semakin agung sesuatu ketika dimuliakan, maka semakin besar dosa dan kehinaannya jika kita kotori dan abaikan.
Jika kita menjadikan baju yang masih baik sebagai Lap Kotoran, tentu itu adalah perbuatan yang jelek, tapi masih bisa di tolerir. Bagaimana jika bendera Merah Putih, bendera kebangsaan yang kita jadikan Lap untuk membersihkan kotoran hewan?. Pasti berbeda, membuat kapal kapalan untuk mainan anak anak dari bahan kertas biasa, dengan membuat mainan kapal kapalan dari kertas sobekan Al-Qur’an.
Maka dengan tidak diketahuinya Lailatul Qadar secara pasti, kita terhindar dari dosa yang demikian dahsyat, karena kita meremehkan bahkan mengotori malam kemuliaan. Malam turunnya para malaikat, bahkan malaikat Jibril Alaihimus Salam. Malam teragung di sepanjang tahun, waktu diturunkannya Al-Qur’anul Karim.
Ketiga, Jika kita mengetahui kedatangan Malam Keagungan itu secara pasti, tetapi kita berada dalam kondisi, entah karena sakit, atau karena suatu hajat yang sangat mendesak, atau sebab lain, sehingga kita tidak mampu mendirikan ibadah pada malam itu. Maka “hampir dipastikan” malam selain itu pun kita tidak beribadah. Kita rugi dobel. Kita kesal, pada malam Lailatul Qodar kita tidak beribadah karena tidak mampu, atau karena udzur, dan kita rugi, di malam lainnya kita pun tidak beribadah, karena kita tahu malam itu bukanlah Lailatul Qadar.
Maka dengan tidak mengetahuinya, kita tetap bisa berharap mendapatkan Lailatul Qadar, meski salah satu malamnya kita mendapat udzur. Dan berharap untuk mendapat rahmat Allah ini pun memiliki keunggulan yang besar.
Keempat, Setiap malam yang kita niatkan sungguh sungguh untuk mendapatkan Lailatul Qadar, bisa jadi Allah berikan pahala, kemuliaan seolah kita benar benar mendapatkannya. Karena husnudhon kita kepada Allah. Karena “niat seorang Mukmin itu, lebih baik dari amalnya”. Niat kita beribadah sungguh sungguh untuk mengagungkan malam Kemuliaan, sedangkan Allah adalah Dzat yang Maha Luas PemberianNya lagi Maha Dermawan.
Memang pendapat mayoritas ulama, Lailatul Qadar itu hanya terjadi di salah satu malam di bulan Ramadhan, tetapi di antara para Imam, ada pendapat yang terkenal, bahwa Lailatul Qadr bisa berlangsung sepanjang tahun, atau sepanjang bulan ramadhan, atau beberapa malam dari malam malam Ramadhan. Maka menjadi semakin luas kesempatan kita, semakin besar semangat dan kesungguhan kita dalam usaha meraihnya.
Kelima, telah banyak riwayat yang menyatakan bahwa, Allah membangga banggakan hambaNya yang mau sujud kepadaNya. Meninggalkan asyiknya tidur dan berleha leha, demi menyebut nyebut, memuji, mensucikan AsmaNya dan bersujud mengagungkanNya. Allah menyebut nama nama hamba yang dibanggakan itu di hadapan para malaikat.
Dengan tidak diketahuinya secara pasti, maka kita mengerahkan semakin banyak usaha di setiap malam untuk beribadah kepada Allah. Maka kesempatan kita untuk mendapat pujian dari Allah, kesempatan “nama” kita disebut dengan bangga oleh Allah dihadapan para malaikat semakin banyak. Kesempatak kita mendapat cinta Allah semakin luas. Entah itu Lailatul Qadar atau bukan, cinta dan ridha Allah inilah, justru yang terpenting yang menjadi cita cita dari ibadah dan seluruh pengabdian kita kepadaNya.
Wallahu A’lam
Alhamdulillaahi robbil ‘Alamin
Kertanegara, Kertanegara, Jum’at Legi, 31 Mei 2019 M / 26 Ramadlan 1440 H.
Sumber :
– Syaikh Muhammad Zakariya Kandahlawi, _Fadhailu Ramadhan_