Lailatul Qadar atau malam kemuliaan dan berbagai kemungkinan kapan datangnya. Tulisan ke-3 dari 3 bagian (habis).
Bismilaahir rahmaanir rahiim
Mari kita baca sekali lagi hadits mulia dari Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :
لَأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ فَتَلَاحٰى فُلَانٌ وَ فُلَانٌ فَرُفِعَتْ, وَعَسٰى أَنْ يَكُوْنَ خَيْرًا لَكُمْ, فَالْتَمِسُوْهَا فِى التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ
Diriwayatkan dari ‘Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anh, beliau berkata : “Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam keluar untuk memberitahu datangnya Lailatul Qadar kepada kami. Tetapi ada dua orang muslim yang sedang saling memaki.
Maka Nabi bersabda, “Aku keluar untuk memberitahu kepada kalian, kapan datangnya Lailatul Qadar, tetapi Fulan dengan Fulan saling memaki, sehingga ketetapan (memberitahu kedatangan malam agung itu) diangkat lagi. Tetapi, hal ini boleh jadi lebih baik bagimu. Maka carilah Lailatul Qadar pada malam ke-9, malam ke-7 dan ke-5” (HR. Imam Bukhari)
Pada artikel ini kita akan fokus pada kalimat, “Maka carilah Lailatul Qadar pada malam ke-9, malam ke-7 dan ke-5”.
Untuk memahami bagian awal hadits, mangga baca : https://www.mqnaswa.id/lailatul-qadar-tidak-jadi-dikabarkan-nabi-apa-sebabnya/ dan https://www.mqnaswa.id/lailatul-qadar-dirahasiakan-inilah-5-hikmahnya/
Pada bagian akhir, Rasul memerintahkan kita agar mencari Lailatul Qadar di antara tiga malam, yakni malam ke-9, malam ke-7 dan malam ke-5. Tentu yang dimaksud adalah bukan malam ke-9,7 dan 5 dari awal bulan Ramadhan. Karena memahami hadits ini harus dengan hadits hadits lain seputar Lailatul Qadar.
Sudah masyhur bagi kita, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan Lailatul Qadar itu terjadi pada 10 hari akhir Ramadhan, terutama pada malam malam ganjilnya. Hal ini sebagaimana perkataan Imam Nawawi :
مذهَبُنا ومذهَبُ جُمهورِ العُلَماءِ أنَّها في العَشرِ الأواخِرِ مِن رَمَضانَ وفي أوتارِها أرجى
“Mazhab kami adalah mazhab mayoritas ulama bahwa Lailatul Qadar terjadi di sepuluh terakhir Ramadhan dan paling bisa diharapkan di malam ganjilnya.” (An-Nawawi, Raudlatat-Thalibin, II, 389)
Jadi yang dimaksud dengan perkataan Nabi, “Maka carilah Lailatul Qadar pada malam ke-9, malam ke-7 dan ke-5”.adalah malam ke-9, 7 dan 5 dari 10 hari yang terakhir.
Namun, dari mana kita mulai menghitungnya ?
Jika kita mulai dari malam ke-20 lalu dihitung kedepan, maka :
Malam ke-9 = malam 29
Malam ke-7 = malam 27
Malam ke-5 = malam 25
Jika kita menghitungnya mundur dari akhir ramadhan (tanggal 29), maka :
Malam ke-9 = malam 21
Malam ke-7 = malam 23
Malam ke-5 = malam 25
Jika Ramadhannya dihitung 30 hari (10 hari terakhir, berarti dari tanggal 21) maka hasilnya adalah malam malam genap, yakni malam ke-22, 24, 26 dan 28.
Berdasarkan perhitungan di atas, kita dapat melihat, memang Lailatul Qodar menjadi malam yang rahasia. Di antara para ulama sendiri terdapat 50-an pendapat yang berbeda beda. Maka sebagian ulama mengatakan Lailatul Qadar turun pada malam yang berbeda beda di setiap tahunnya. Bahkan ada ulama yang berpendapat ia tidak hanya terjadi satu kali, tapi berulang ulang. Ini menjadikan Lailatul Qadr semakin misteri, sekaligus, semakin membuka kesempatan kita untuk mendapatkan kemuliaannya.
Bahkan Imam Ibnu Hanifah mengeluarkan suatu pendapat yang mengatakan bahwa lailatul Qadr berlangsung sepanjang tahun. Sedangkan ulama yang lain berpendapat malam yang agung ini berlangsung sepanjang Ramadhan.
Imam Ibnu ‘Arabi mengatakan bahwa pandangan orang-orang yang menyakini Lailatul Qadar datang pada beberapa malam seoanjang tahun, kemungkinan besar, memang benar adanya. Karena beliau pun pernah melihatnya malam yang mulia itu beberapa kali.
Terlepas dari semua pendapat di atas, intinya kita harus berusaha mencari malam yang agung ini, kalau bisa sepanjang tahun. Jika tidak mampu maka sepanjang bulan Ramadhan, jika tidak mampu maka di 10 malam terakhir bulan ramadhan. Jika tidak mampu maka di malam malam ganjil 10 hari akhir Ramadhan, jika tidak mampu juga maka di salah satu dari malam ganjil 10 malam terakhir Ramadhan.
Jika kita masih tidak melakukannya, jangan jangan kita termasuk dalam hamba yang “tidak diizinkan” oleh Allah untuk mendapatkan kemuliaan. Seperti sebuah anekdot yang diceritakan seorang ulama :
“Pak Kiai, saya kok berat sekali mendirikan shalat malam ?”
Kiai menjawab, “Orang yang banyak dosa dan lalai di siang hari, memang tidak layak mendapat kehormatan berdiri di hadapan Allah pada malam harinya”. Na’udzu billaah.
Wallahu A’lam
Alhamdulillaahi robbil ‘Alamin
Kertanegara, Kertanegara, Sabtu Pahing, 1 Juni 2019 M / 27 Ramadlan 1440 H.
Sumber :
– Syaikh Muhammad Zakariya Kandahlawi, _Fadhailu Ramadhan_