Lailatul Qadar Tidak Jadi Dikabarkan Nabi, Apa sebabnya?

1 min read

Lailatul Qadar tidak kita ketahui secara pasti, inilah latar belakangnya.

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Dalam bulan Ramadlan, Lailatul Qadar (Malam Kemuliaan) adalah malam paling istimewanya. Maka Nabi bisa semalam suntuk beribadah untuk memeroleh keberkahan dan keagungannya. Bahkan Nabi benar benar menyuruh isteri (keluarga) beliau agar mereka bangkit untuk beribadah di malam malam yang diharapkan merupakan Malam Kemuliaan yang sangat dinantikan itu.

Sebernarnya, Rasul akan memberitahukan kepada kita, kapan tepatnya Lailatul Qadar. Tapi kemudian beliau tidak jadi memberitahukannya. Mengapa ? hadits berikut menceritakannya :

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ : خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيَخْبَرَنَا بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ, فَتَلَاحٰى رَجُلَانِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ, فَقَالَ : لَأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ فَتَلَاحٰى فُلَانٌ وَ فُلَانٌ فَرُفِعَتْ, وَعَسٰى أَنْ يَكُوْنَ خَيْرًا لَكُمْ, فَالْتَمِسُوْهَا فِى التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ

Diriwayatkan dari ‘Ubadah bin Shamit  radhiyallahu ‘anh, beliau berkata : “Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam keluar untuk memberitahu datangnya Lailatul Qadar kepada kami. Tetapi ada dua orang muslim yang sedang saling memaki.

Maka Nabi bersabda, “Aku keluar untuk memberitahu kepada kalian, kapan datangnya Lailatul Qadar, tetapi Fulan dengan Fulan saling memaki, sehingga ketetapan (memberitahu kedatangan malam agung itu) diangkat lagi. Tetapi, hal ini boleh jadi lebih baik bagimu. Maka carilah Lailatul Qadar pada malam ke-9, malam ke-7 dan ke-5” (HR. Imam Bukhari)

Dari hadits di atas jelas sekali, penyebab batalnya pemberitahuan Lailatul Qadar adalah adanya pertengkaran dua orang muslim. Maka para ulama mengambil pelajaran bahwa pertengkaran itu menjadi sebab hilangnya rahmat. Dalam hal ini, pertengkaran dua orang muslim mengakibatkan, Allah melarang Nabi memberitahu tentang datangnya Lailatul Qadar.

Bertengkar menyebabkan terhalangnya rahmat Allah ta'ala
Lailatul Qadar batal dikabarkan karena dua orang yang bertengkar

Menjaga kedamaian dan persaudaraan memang sangat dianjurkan hingga Rasul bersabda, “Maukah aku tunjukkan kepadamu amalan yang lebih dibandingkan shalat, puasa dan sedekah?”

Para sahabat menjawab, “Tentu Ya Rasul”.

Rasul bersabda, “Jagalah perdamaian dan hubungan baik di antara kalian. Sesungguhnya, pertengkaran itu merusak iman seperti pisau cukur yang membersihkan rambut”.

Orang yang bertengkar hingga memutuskan silaturahmi sangat berat hukumannya. Dalam hadits dikatakan bahwa sesama muslim yang bertengkar hingga memutus silaturahmi, lalu mati, sebelum tersambung kembali, ia langsung masuk ke neraka.

Meski mereka mendirikan shalat dan bertaubat, shalat mereka tidak diangkat dan taubat mereka ditunda sampai mereka selesai dari perselisihannya. Sebagaimana dikatakan dalam hadits bahwa Allah menerima taubat hambanya, kecuali orang yang berselisih. Allah biarkan keadaan mereka. Shalat dari orang yang berselisih, tidak akan naik (ke hadapan Allah), bahkan meski hanya sejengkal di atas kepalanya.

Senada dengan hal itu, Kyai Muhammad Irfa’i Nahrawi QS menjelaskan bahwa Lailatul Qadar tertolak untuk 3 orang, di antaranya, orang yang menyimpan botol khamr/ arak. Secara lahir “menyimpan khamar” artinya orang yang “suka bermabuk mabukan”.

Secara batin, khamr adalah segala yang membuat kita “mendhem/ mabuk/ bikin ribut/ bertengkar”, Karena biasanya orang yang sedang mabuk, sangat mudah untuk bertengkar. Atau lebih dalam lagi, orang yang bertengkar itu disebabkan karena”mabuk”. Mabuka Apa? Mabuk pada “kebenaran dirinya sendiri”. Merasa dirinya benar, orang salah. Lawannya juga begitu. Merasa dialah yang benar. Pasti jadi bertengkar.

Mabuk seperti yang terakhir ini berlaku/ terjadi dalam masalah apa saja. Bahkan dalam masalah ibadah dan agama.

Wallaahu A’lam,

Alhamdulillahi robbil ‘alamin

Kertanegara, Kamis Kliwon, 30 Mei 2019 M / 25 Ramadlan 1440 H.

#MushallaArRaudlah
#MQNaswa

Sumber :

– Syaikh Muhammad Zakariya Kandahlawi, _Fadhailu Ramadhan_

– Shuhbah Ganjilan bersama Kyai Muhammad Irfa’i Nahrawi QS. Di rubath Qashrul ‘Arifin Jogjakarta.

Baca Juga : https://www.mqnaswa.id/asal-mula-lailatul-qadar/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *