Pengajian Kitab Lathaifuth Thaharah Bagian Ke-11 : Makna Bacaan dan Gerakan Shalat
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Baca Artikel Makna Bacaan dan gerakan shalat sebelumnya di : https://www.mqnaswa.id/makna-bacaan-dan-gerakan-shalat-3/
8. Sujud
Kemudian sujudlah kamu. Di dalam sujud, merasalah dirimu benar benar hina di hadapan Allah. Bahkan jika mampu, merasalah kamu benar benar telah mati, jangan sedikitpun merasa memiliki kehidupan.
Jatuhkan dirimu, menyungkur sujud di hadapan Tuanmu yang Maha Agung. Kemudian ucapkan dengan lisanmu terus tembus ke dalam hatimu :
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلٰى وَبِحَمْدِهٖ
Maha suci Tuhan hamba yang Maha Agung. Jauh dari apapun bentuk kekurangan. Maha Agung Allah dengan segala keluhuranNya.
Hendaknya ketika sujud, kamu merasa takut dan ta’dhim (mengagungkan). Jangan sekali kali merasa memiliki kebaikan. Berharap haraplah Allah memberikan rahmatNya padamu. Takutlah kamu kepada murka dan siksaNya.
Kemudian bangunlah kamu (untuk duduk di antara dua sujud).
9. Duduk di antara Dua Sujud
Kemudian bangunlah kamu, duduk dengan tegak. Ucapkanlah :
رَبِّ اغْفِرْلِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاجْبُرْنِيْ
Wahai Tuan yang menciptakan dan memelihara hamba, Tuan Tuhan yang hamba sembah, semoga Tuan mengampuni dosa dosa hamba. Semoga Tuan mengasihani hamba, semoga Tuan menutupi kesulitan dan kemadharatan hamba.
وَارْفَعْنِيْ وَارْزُقْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَاهْدِنِيْ وَعَافِنِيْ وَاعْفُ عَنِّيْ
Semoga Tuan mengangkat derajat hamba. Semoga Tuan memberi rizki pada hamba dalam setiap keadaan. Semoga Tuan memberi hidayah/ menuntun hamba dari ketersesatan. Semoga Tuan mengampuni segala keluputan hamba. Semoga Tuan melepaskan hamba dari ikhtiar dan tadbir hamba.
Kemudian sujudlah lagi untuk kedua kalinya, dan ucapkanlah pujian sebagaimana yang kamu ucapkan dalam sujud awal.
10. Tahiyat Awal
Kemudian duduklah kamu setelah sujudmu yang kedua untuk melakukan tahiyat awal. Duduklah dengan cara duduk iftirasy. (Duduk iftirasy telah banyak dijelaskan dalam kitab-kitab fikih / fashalatan / tata cara shalat).
Duduklah kamu dengan penuh tata krama dan kesopanan, takut dan tunduklah kamu sepenuh perasaan. Karna sungguh kamu sedang duduk di hadapan Tuanmu / majikanmu yang Maha Agung, kemudian ucapkan :
أَلتَّحِيَّاتُ اْلْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلّٰهِ
Segala penghormatan, semua kebaikan dan keberkahan, semua shalat yang lima waktu dan amal amal saleh yang ikhlas, itu semua milik Allah ta’ala.
Artinya, ketika kamu duduk tahiyat, kamu merasa sesungguhnya semua kebaikan, kemuliaan adalah milik Allah ta’ala. Jangan sekali kali kamu merasa memiliki amal shalat atau amal lainnya. Semua itu bisa kamu lakukan semata mata karena pertolongan dan kuasa dari Allah ta’ala.
Ya, karena badanmu, ruhmu itu semua milik Allah ta’ala, maka seluruh amalmu pun milik Allah ta’ala. Kamu tidak bisa, tidak mampu / berkuasa untuk membuat amal satu pun.
Setelah itu, ingatlah kamu, sesungguhnya jalan kita mendapat pertolongan Allah, sehingga mengerti dan melakukan shalat, sehingga mengetahui dan mengerjakan amal amal shaleh, itu adalah dengan perantara pengajaran Kanjeng Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Oleh karena itu, ucapkanlah salam kepada Rasulullallah Shallallhu ‘Alaihi Wasallam :
أَلسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَأ النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهٗ
Keselamatan, rahmat kasih sayang dan keberakahan dari Allah ta’ala, semoga tetap tercurah padamu wahai Rasulullah. Artinya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itu selamat dari semua cela/ kekuarangan.
أَلسَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلٰى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ
Keselamatan itu juga semoga terlimpah kepada kami, kaum beriman, juga atas semua hamba hamba Allah yang shaleh. Yakni, para nabi, para wali, dan orang-orang yang telah mendapatkan pancaran nur Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Setelah itu, hilangkanlah bayanganmu akan seluruh makhluk. Hanya Allah satu yang kamu ingat, seraya mengucapkan :
أَشْهَدُ أَنْ لَّاۤ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ
Aku bersaksi dengan hatiku, dengan lahir batinku, sesungguhnya tidak ada ada yang mampu membuat sesuatu pun kecuali hanya Allah saja. Tidak ada siapa pun selain Allah yang mampu / berkuasa membuat apa saja.
Ketika musholli (orang yang shalat) itu mengucapkan lafadz “illallooh”, hendaknya ia menggerakan jari telunjuknya menghadap ke arah kiblat. Hal itu karena untuk isyarah (menunjukkan) sifat musholli yang meng-esa-akan (tauhid) kepada Allah.
Isyarah telunjuk ini menunjukkan musholli menetapkan tauhid (mengesakan Allah) dalam tiga hal, yakni ucapan (qowli), pekerjaan (fi’li) dan i’tiqodi (keyakinan dalam hati). Mengapa demikian ?
Karena, jari telunjuk ini, urat/ ototnya bersambung sampai ke dalam hati sanubari. Ketika jari telunjuk ini bergerak, bergerak pula hati sanubari. Di sinilah bertemu ucapan “illallooh” dengan pekerjaan (menggerakan jari) dan keyakinan di dalam hati sanubari. Hal ini sesuai pula dengan macamnya tauhid, yakni tauhid Dzat (mengesakan Dzat Allah), Tauhid Sifat (meng-esa-kan sifat Allah) dan Tauhid Af’al (meng-esakan- perbuatan Allah).
Bersambung,,,
Wallahu A’lam,
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin
Kertanegara, Rabu Wage, 11 September 2019 M / 11 Muharram 1441 H
Wawan Setiawan