Manusia Ta’awudz dan Keistimewaannya

1 min read

Manusia Ta’awudz

Bismillaahir rahmaanir rahiim

أَعُوْذُ بِااللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
“Aku berlindung kepada Allah dari Setan yang terkutuk”
Pertama kali saya diajari dzikir oleh seorang Kyai “ahli wiridan”, saya disuruh membaca “Ta’awudz” setiap selesai shalat fardlu. Awalnya saya belum melihat keistimewaan lafadz ta’awudz ini. Saya melihat ia “hanya” sekedar do’a yang sunnah dibaca sebelum kita membaca Al-Qur’an. Meskipun tidak terhitung ayat Al-Qur’an, tapi, ta’awudz memang sunnah dibaca sebelum membaca Al-Qur’an.
Apa keistimewaan ta’awudz dalam sisi makna dalam Al-Qur’an?
Pertama, para ahli tafsir melihat setiap ayat Al-Qur’an ibarat “Kalung Permata”, seperti rangkaian yang maknanya saling bersambung. dari awal sampai akhir, lalu yang akhir bertemu lagi dengan yang awal, seperti kalung. Awal Al-Qur’an (Ayat ke-1 al-Fatihah) berkait erat dengan ayat ke-2, ayat ke-3 sampai akhir surat. Akhir surat Al-Fatihah berkait erat dengan awal surat Al-Baqarah, Ali Imran, terus demikian sampai akhir Al-Qur’an (surat An-Nas).
Lalu ? Bagaimana hubungan An-Nas (akhir) dengan Al-Fatihah (awal) ?
Bukankah jika seperti kalung, berarti harus berputar lagi. Artinya harus ada hubungan antara akhir Al-Qur’an (Surat An-Nas) dengan Awal Al-Qur’an (Surat Al-Fatihah) ?
Di sinilah tempatnya ta’awudz.
Isi surat An-Nas adalah MEMOHON PERLINDUNGAN dari “Tuhannya manusia”, “Rajanya manusia”, “Sembahannya manusia”, tidak disebut nama Allah. Sedangkan awal surat al-Fatihah adalah ayat yang pertama mengenalkan nama ALLAH (Bismillaah – dengan menyebut nama Allah).
Maka ta’awwudz menghubungkan keduannya : A’udzubillahi (Aku memohon perlindungan kepada Allah).
Jadi saya membayangkan Al-Qur’an itu seperti butiran Tasbih yang kita gunakan untuk wiridan, dan ta’awudz adalah “Kepala Tasbih” nya. Dia yang menghubungkan antara butiran tasbih yang awal dengan akhir. Meskipun dia sering tidak dihitung ketika berdzikir, tapi tanpa ada dia, biji tasbih tidak akan bisa tersambung.
Di antara manusia, ada yang posisinya seperti ta’awwudz, manusia ta’awudz adalah dia tidak masuk dalam “panitia inti”, “pasukan utama”, “tokoh sentral” atau semacamnya, tapi sebenarnya ia sangat berperan dalam mewujudkan kesempurnaan suatu kelompok tersebut.
Baca Juga : Tujuh Huruf Adzab dalam Surat Al-Fatihah
Wallahu A’lam
Alhamdulillahi robbil ‘alamin.

Kertanegara, MQNaswa, Sabtu, 18 September 2021 M
Wawan St

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *