Membaca Shalawat di Sela-Sela Rakaat Shalat Sunnah Tarawih

1 min read

Membaca Shalawat di Sela-sela Rakaat Shalat Sunnah Tarawih

Bismillahi rahmanir rahim

Pertanyaan :

Banyak dijumpai di masjid atau mushalla, ketika selesai salam dari salat Tarawih dikumandangkan bacaan-bacaan shalawat dan doa untuk Khulafa’ ar-Rasyidin. Bagaimanakah hukumnya dan adakah dasarnya? Syukri, Sby

Jawaban :

Hal ini bermula dari sebuah riwayat bahwa ada seorang sahabat yang melakukan shalat Jumat kemudian dilanjutkan dengan shalat berikutnya, sahabat yang lain berkata:

أمرنا بذلك أن لا توصل صلاة حتى نتكلم أو نخرج

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasalam memerintahkan kepada kita agar shalat tidak disambung dengan shalat berikutnya, hingga kami berbicara atau keluar dari tempat semula.” (HR. Muslim, Abu Dawud dan Ahmad)

Demikian halnya antara rakaat-rakaat shalat Tarawih hendaknya dipisah dengan bacaan dzikir, sebab tujuannya adalah membedakan antara shalat pertama dengan shalat berikutnya ⁴⁶). Dan dalam shalat Tarawih tidak dimungkinkan untuk berpindah tempat, maka cari pemisahnya adalah dzikir.

Mengapa antara shalat dengan shalat berikutnya perlu dipisah? Berikut penjelasan Imam Bukhari:

والعلة في ذلك تكثير مواضع العبادة كما قال البخاري والبغوي لأن مواضع السجود تشهد له كما في قوله تعالى: { يومئذ تحدث أخبارها } أي تخبر بما عمل عليها

“Alasannya adalah untuk memperbanyak tempat ibadah, sebagaimana yang dilakukan oleh al-Bukhari dan al-Baghawi. Sebab tempat-tempat sujud akan menjadi saksi baginya, seperti dalam firman Allah yang artinya: “Pada hari ini bumi menceritakan kabar yang diperbuat di atasnya.” ⁴⁷)

Membaca shalawat di antara bilangan rakaat salat Tarawih bukan saja menjadi kebiasaan bagi umat Islam di Nusantara, tetapi juga dilakukan oleh sebagian umat Islam dari Yaman, dimana ada banyak ulama Yaman yang berdakwah ke Nusantara ini. Hal ini dibuktikan dengan fatwa ulama Yaman, yaitu Syaikh Ibnu Ziyad (975 H), beliau berkata :

لَمْ يُصَرِّحْ اَحَدٌ مِنَ الْأَصْحَابِ بِاسْتِحْبَابِ الصَّلَاةِ عَلَى النَّبِيِّ صلّى الله عليه وسلّم بَيْنَ تَسْلِيْمَاتِ التَّرَاوِيْحِ لَكِنِ الَّذِيْ يُفْهَمُ مِنْ عُمُوْمِ كَلَامِهِمْ أَنَّهُ يُسْتَحَبُّ الدُّعَاءُ عَقِبَ كُلِّ صَلَاةٍ وَالْمُرَادُ عَقِبَ التَّسْلِيْمِ وَقَدصَرَّحُوا بِاَنَّهُ يُسْتَحَبُّ افْتِتَاحُ الدُّعَاءِ وَخَتْمُهُ بِالصَّلَاةِ عَلى النَّبِيِّ صلّى الله عليه وسلّم وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ. فَاسْتِحْبَابُ الصَّلَاةِ حِيْنَئِذٍ مِنْ هَذِهِ الْحَيْثِيَّةِ (غاية تلخيص المراد من فتاوى ابن زياد بها مش بغية المسترشدين ٩٤)

“Tidak ada ulama Syafiiyah yang menjelaskan anjuran membaca shalawat kepada Nabi Saw diantara sela-sela salam salat Tarawih. Namun yang dapat dipahami dari para ulama Syafiiyah adalah anjuran membaca doa setelah selesai salat. Para ulama juga menganjurkan mengawali doa dan mengakhirinya dengan bacaan shalawat kepada Rasulullah Saw, keluarga dan para sahabatnya. Dengan demikian, anjuran membaca shalawat dalam Tarawih adalah dengan melihat faktor tersebut” (Talkhish al-Fatawa Ibnu Ziyad 94)

Sementara bacaan dengan suara keras untuk menyemangatkan jamaah juga diperbolehkan. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa Umar bin Khattab jika melantunkan al-Quran dengan suara keras tidak disalahkan oleh Nabi Saw. Lalu ia ditanya oleh Nabi :

وَقَالَ لِعُمَرَ لِمَ تَجْهَرُ ؟ قَالَ أُفْزِغُ الشَّيْطَانَ وَأُوْقِظُ الْوَسْنَانَ قَالَ “فَكُلٌّ طَيِّبٌ”(رواه أحمد وقال الحافظ الهيثمي رجاله ثقات)

Mengapa kamu mengeraskan bacaanmu?” Umar menjawab : “Saya ingin mengusir syetan dan menghilangkan kantuk”. Rasulullah menjawab: “Bagus” (HR Ahmad No 865, semua perawinya terpercaya)

Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin

_______________

⁴⁶) I’anatuth Thalibin, 1/219
⁴⁷) ‘Aunil Ma’bud Syarah Sunan Abi Dawud, 2/134

Sumber : Buku yang berjudul “Jawaban Amaliyah & Ibadah yang dituduh Bid’ah, sesat, kafir dan syirik” dan buku yang berjudul “Menjawab Amaliyah & Ibadah yang dituduh bid’ah 2”

Penulis : KH. Ma’ruf Khozin

_______________

Ubaidillah Fadhil Rohman

Mengenai Keistimewaan doa bangun tidur baca di : https://www.mqnaswa.id/keistimewaan-doa-bangun-tidur/

Baca juga : https://islam.nu.or.id/post/read/127655/kisah-rasulullah-tak-mau-shalati-pelaku-bunuh-diri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *