Sya’ban dan kaitannya dengan Kedudukan dan Derajat Nabi di sisi Allah ta’ala
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan, “Sya’ban adalah bulanku”. Para ulama menjelaskan, salah satu alasan bahwa Sya’ban merupakan “Bulannya Rasul” adalah karena pada bulan itulah diturunkannya QS. Al-Ahzab ayat 56 yang sangat kita kenal.
Dalam QS. Al-Ahzab/33 : 56 Allah ta’ala berfirman :
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang orang beriman, bershalawatlah atas Nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya
Bershalawat artinya melimpahkan rahmat. Maka ketika ayat ini turun, salah seorang sahabat berdiri dan bertanya, “Mengucap salam kepada tuan, kami sudah mengetahui (yakni dengan mengucap Assalaamu’alaika Ayyuhan Nabiyyu atau semacamnya). Tetapi bagaimana mungkin kami “bershalawat (melimpahkan rahmat atas tuan)?”
Nabi menjawab, “Katakanlah Allaahumma shalli ‘alaa muhammad wa ‘alaa aali muhammad (Ya Allah limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad).
Sehingga para ulama memberi pengertian shalawat dalam ayat ini dalam dua kategori :
- Bagi Allah bershalawat artinya melimpahkan pujian, rahmat, keberkahan kepada Nabi
- Bagi selain Allah (malaikat dan orang beriman) bershalawat artinya berdo’a / meminta kepada Allah agar Allah melimpahkan rahmatNya kepada Nabi.
Jadi maksud dari ayat tersebut adalah, “Allah ingin menjelaskan kepada hamba-hambaNya akan kedudukan seorang Hamba dan NabiNya (yakni kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam) di “Alam Tinggi / alam langit” dengan berfirman : [Sesungguhnya Allah senantiasa bershalawat (memuji dan melimpahkan rahmatNya atas Nabi), dan para malaikat pun selalu bershalawat (berdo’a memohon agar Allah melimpahkan rahmatNya atas Nabi)]. Lalu Allah memerintahkan kepada penduduk “Alam bawah / Alam dunia” agar mereka juga bershalawat kepada kanjeng Nabi dengan berfirman : [wahai orang-orang beriman, bershalawatlah (berdo’alah kalian semua, mohon kepada Allah agar melimpahkan rahmatNya atas Nabi)]. Maka berpadulah pujian dan do’a atas Nabi dari penduduk alam langit dan penduduk alam bumi semuanya.
Jika kita lebih memerhatikan maka kita menemukan betapa Allah menempatkan Nabi dalam kedudukan yang tinggi :
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهٗ
Sesungguhnya Allah dan para malaikatNya
Pertama, Dalam ayat tersebut, Allah menyebut diriNYa sendiri dan seluruh malaikat bershalawat (yakni merahmati dan mendoa’akan) kepada Nabi. Jika Allah sendirian saja yang langsung bershalawat (merahmati) Nabi, maka tidak terkira luasnya rahmat yang diterima Nabi. Lha ini ditambah seluruh malaikatNya.
يُصَلُّوْنَ
Senantiasa bershalawat
Kedua, dalam ayat tersebut, Allah dan malaikat bershalawat menggunakan redaksi “Yusholluuna”, yang dalam gramatika bahasa Arab disebut Fi’il Mudlari’, maknanya shalawat Allah dan para malaikat itu berlangsung secara terus menerus setiap detik, setiap saat, limpahan pujian, rahmat dan keberkahan Allah terus tercurah kepada Nabi. Bayangkan seberapa luasnya, seberapa agung dan mulianya kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
عَلَى النَّبِيِّ
Atas Nabi
Ketiga, dalam ayat tersebut kata “Nabiy” ditujukan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Padahal Allah memiliki lebih dari 100.000 orang Nabi. Tetapi dengan ayat ini, Allah menegaskan pemberianNya, anugerahNya,berupa rahmat keberkahan pujian dan do’a dari Allah sendiri dan seluruh malaikatNya, secara khusus kepada Kanjeng Nabi.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Wahai orang orang beriman, bershalawatlah atas Nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya
Keempat, Bahkan ayat itu ditutup dengan perintah agar seluruh mukmin bershalawat juga atas Nabi, sehingga terpadu, terkumpullah pujian, rahmat dan keberkahan dari Allah ta’ala dan shalawat (do’a) para malaikat di alam langit dengan shalawat (permohonan rahmat) dari manusia di alam bumi, semuanya terlimpahkan kepada ‘Abdullah (hambanya Allah) Nabiyullah (Nabinya Allah), Rasulullah (utusannya Allah), Habibullah (kekasihnya Allah), Sayidina Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Pantas saja Allah mengatakan :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ
Tidaklah Kami utus engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Karena dalam diri Nabi memang full rahmat, hanya rahmat, dan Nabi memperlakukan semua hamba Allah, hanya dengan rahmat (kasih sayang).
Betapa tingginya Allah mengangkat kedudukan Nabi kita dengan ayat ini. Pantas saja, Rasul mengatakan Sya’ban adalah bulanku. Apalagi dalam perintah shalawat itu ada janji Allah kepada Nabi untuk umat yang sangat dicintainya. Lengkaplah sudah kebahagiaan Nabi.
أَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Ya Allah, limpahkanlah pujian, rahmat, keberkahan, keagungan atas junjungan kami Nabi Muhammad dan atas keluarga Nabi Muhammad.
Wallahu A’lam
Alhamdulillahi robbil ‘alamin
Kertanegara, Senin Pon, 08 April 2019 M / 02 Sya’ban 1440 H
Wawan Setiawan
Sumber :
Imam Ath-Thabari – Tafsir Aththabari, Juz 6 hlm. 198
Imam AzZamakhsyari – Tafsir AlKasysyaf, hlm 863
Imam Ibnu Katsir – Tafsir Ibnu Katsir, Juz 6 hlm 457
Sayid Muhammad AlMaliki – Maadzaa fii Sya’ban
Baca juga pengajian Ke-1 di https://www.mqnaswa.id/amalan-bulan-syaban-dari-kiai-shaleh-darat/