Akhlak mulia adalah keagungan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Menyelami akhlak Rasul, ibarat kita menyelami samudera yang terhampar luas seakan tak bertepi, indah mengagumkan dan menyimpan bulir-bulir mutiara yang amat berharga. Semakin kita mendalami, semakin kita terpesona oleh keanekaragaman kekayaan laut yang tak terkira. Begitu pula akhlak Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, semakin kita mengkaji lebih dalam, semakin kita terbuai oleh kemuliaan yang senantiasa memancar dari sukmanya. Betapa hati terasa sejuk nikmat dan damai, jika beliau hadir di tengah kita.
Pantas kiranya jika Allah Subhanahu Wa Ta’ala memuji dalam wahyu-Nya yang berbunyi :
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar memiliki budi pekerti yang teramat agung.” (Al-Qalam, 4:68)
Manusia tidak bisa menghindar dari berhubungan dengan yang lain karena manusia adalah makhluk sosial. Tanpa berhubungan dengan manusia lain, manusia tidak “menjadi” manusia. Dalam pergaulan hidupnya dengan sesama manusia adakalanya saling membantu, adakalanya bersaing secara sehat dan tak jarang menindas yang lain untuk kepentingan dirinya.
Hidup saling menindas pastilah tidak indah. Demikian juga persaingan secara tidak sehat juga tidak menimbulkan keindahan. Keindahan dalam hidup adalah manakala manusia berpegang teguh kepada nilai luhur dalam hidupnya. Manusia boleh bekerjasama, boleh bersaing, dan sesekali boleh berperang membela hak-haknya, akan tetapi harus dilandasi dengan nilai-nilai akhlak.
Andaikata manusia berperang dengan nilai-nilai akhlak, maka peperangan sekalipun akan melahirkan pelajaran dan hikmah yang tak ternilai harganya.
Sudah menjadi fitrah, sifat dasar manusia untuk menyukai seseorang yang berbudi pekerti mulia dan membenci seseorang yang tidak berbudi. Lalu, pada hakikatnya, apakah akhlak (Budi Pekerti) itu?
Akhlak menurut bahasa berarti tabiat, watak, harga diri dan agama. Ia merupakan gambaran batin seseorang, yang meliputi jiwa, sifat-sifat jiwa, dan makna-makna khusus dari jiwa tersebut. Jika akhlak atau moral erat kaitannya dengan batin, maka perwujudan lainnya adalah perilaku. Akhlak yang baik akan mencerminkan perilaku yang baik pula dan sebaliknya ahlak yang buruk akan mencerminkan perilaku yang buruk. Jadi baik atau buruknya perilaku kehidupan manusia sangat tergantung pada hari yang ada di balik dadanya.
Dalam bukunya, Ma’arijul Hidayah, Habib ‘Ali bin Abu Bakar As-Sakran telah menjelaskan definisi akhlak secara ringkas dan indah. Beliau ra menjelaskan :
Akhlak yang mulia (husnul huluq) adalah sifat yang mencakup semua jenis kebaikan, ketaatan dan amal. Pada hakikatnya akhlak adalah sebuah sifat dalam nafs yang mendorong seseorang untuk melakukan berbagai perbuatan dengan mudah tanpa berpikir sebelumnya.
Akhlak dibagi dua, mulia dan tercela. Secara global yang dimaksud dengan akhlak mulia adalah hubungan dan persahabatan yang baik dengan sang pencipta (Allah) dan ciptaan-Nya.
Berakhlak mulia kepada sang pencipta adalah dengan menyibukkan diri melaksanakan semua yang wajib dan sunah, serta mengamalkan semua keutamaan. Semua itu dilakukan dengan kesadaran bahwa dia harus meminta maaf kepada Allah atas semua kekurangannya dalam beribadah dan bersyukur kepada-Nya atas kebenaran yang dia lakukan secara sempurna. Dia berhak dengan akhlak-akhlak Allah Ta’ala, selalu berpaling dari selain-Nya, senantiasa menghadap kepada-Nya dan tak pernah berhenti mengingat-Nya. Sehingga hatinya berhiaskan cahaya dzikir asrorudz Dzat dan berubah menjadi lautan yang bergejolak karena hembusan angin kedekatan dengan-Nya. Sifat-sifat yang mulia pun akan menelusuri semua lorong jiwanya. Pada sat itulah dia telah benar-benar berakhlak mulia.
Dasar dan langkah awal untuk mencapai tingkat seperti ini manusia harus berusaha memperluas hatinya sehingga berbagai akhlak mulia ini menjadi watak dan sifatnya. Yang dimaksud dengan memperluas hati adalah usaha untuk meninggalkan semua keinginan dan kerakusan nafs, serta mendidik nafs untuk mampu melakukan hal-hal yang tidak disukainya dengan mengamalkan thariqah dan syariat. Setelah nafs terbiasa dengan berbagai kegiatan tersebut, maka pada dirinya akan muncul berbagai budi pekerti mulia dan bersinar cahaya asma Allah. Sepanjang hidupnya pun dia merasa cukup dengan Allah, berakhlak mulia secara sempurna. Dirinya menjadi gudang permata dan kain yang indah.
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin,,,
Sumber : Keindahan Budi Pekerti Nabi / Akhlak Nabi
Penulis : Habib Naufal (Novel) bin Muhammad Alaydrus