Mengenali Mursyid

2 min read

Mursyid memiliki peran sentral dalam mengantar murid menuju dekat dengan Allah. bagaimana cara mengenalinya ?

Pertanyaan :
Assalamu’alaikum Wr. Wb

Salam silaturahmi kami sampaikan kepada seluruh pembaca alkisah,khususnya kepada Habib Luthfi bin Yahya beserta keluarga, semoga senantiasa mendapatkan curahan rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala serta dijaga dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Habib Luthfi yang terhormat, di daerah saya ada beberapa orang yang mengaku sebagai mursyid thariqah. Terus terang, saat melihat perilakunnya, saya tidak yakin. Benarkah mereka itu mursyid thariqah. Habib, bagaimana cara saya, yang notabene orang awam, mengenali seorang mursyid sejati? Apa saja ciri-cirinya?.

Kemudian, masih terkait masalah thariqah, lebih utama mana melakukan bai’at secara massal, atau sendiri-sendiri? Bolehkah kita mengikuti lebih dari satu thariqah? Dan apakah suluk harus diikuti oleh seorang murid thariqah?

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jawaban :
Wa’alaikumussalam Wr. Wb.

Ciri-ciri mursyid, banyak dijelaskan dalam kitab Jami’ Ushul al-Awliya’ atau Mafakhirul Aliyah, atau kitab-kitab lain yang secara khusus mengkaji masalah thariqah. Namun jika anda memiliki keterbatasan dalam membaca kitab kuning, saya akan menjelaskannya secara ringkas.

Di antara ciri-ciri kemursyidan seseorang, pertama, ia harus mempunyai guru yang sanadnya musalsal (bersambung) sampai kepada Rasulullah Shollallahu’alaihi Wasallam, sebagaimana bersambungnya sanad sebuah hadits yang shahih.

Kedua, seorang mursyid, badal (asisten mursyid), atau khalifah (pengganti mursyid), harus mendapatkan izin dan kewenangan dari guru mursyidnya, baik untuk menjadi seorang mursyid baru maupun hanya sebagai badal atau khalifah.

Ketiga, seorang mursyid harus mengetahui hukum-hukum syari’at. Sehingga, bila dirinya atau muridnya terpeleset melakukan hal-hal yang bertentangan dengan syari’at, sang mursyid akan segera menyadari, menghentikan, dan memperbaikinya. Kemudian, selain berilmu syari’at, seorang mursyid juga harus memiliki adab dan akhlaq yang utama yang berlandaskan nilai-nilai spiritual dan ibadah, serta berusaha keras untuk mengikuti adab baginda Nabi Muhammad Sholallahu’alaihi Wasallam.

Tiga hal tersebut hanyalah sebagian kecil dari ciri paling mendasar seorang mursyid, masih banyak lagi tanda lainnya yang tidak bisa saya ungkapkan di sini. Tetapi anda jangan menjadikan keterangan saya ini sebagai dalil untuk menghukumi orang lain yang mengaku sebagai mursyid. Apalagi jika hal itu cocok dengan perilaku atau amaliyahnya.

Tabayyun atau mencari penjelasan, baik dengan bertanya langsung maupun melalui orang lain yang lebih mengerti, itu lebih baik. Gunakan ilmu thariqah sebagai pertimbangan. Namun bila anda sendiri merasa belum mempunyai bekal keilmuan yang cukup untuk menimbang-nimbang kemursyidan seseorang, lebih anda menyibukkan diri dengan mengaji ilmu kethariqahan dulu. Ini ebih utama daripada anda sibuk menyelidik tanpa bekal sehingga akhirnya terjebak dalam kesesatan dan fitnah.

Kemudian mengenai bai’at thariqah, baik yang dilakukan secara sendiri-sendiri maupun secara massal, sebenarnya sama saja. Dua-duanya diperbolehkan dan ada contohnya. Bai’at massal, misalnya, mengambil contoh saat bai’atur Ridhwan di zaman Rasulullah Sholallahu’alaihi Wasallam. Asal dibimbing oleh seorang guru mursyid, dua model bai’at itu bisa menjadi pintu gerbang anda mengikuti thariqah.

Jika sudah mengikuti salah satu thariqah, sebaiknya anda menekuni thariqah yang satu itu dengan baik, agar hasilnya maksimal. Kurang baik bila anda melompat-lompat dari satu thariqah ke thariqah lain, atau satu thariqah belum dilaksanakan secara maksimal lalu merangkap dengan thariqah lain.

Hubungan guru dan murid dalam thariqah itu sangat unik dan berpengaruh. Bisa diibaratkan pengukir dan kayu ukirannya. Jika sebuah karya ukir baru setengah jalan lalu diserahkan kepada pengukir lain, meski sudah ada gambar polanya, tentu hasilnya kurang sempurna. Apalagi jika satu pola dipahat bersamaan oleh dua atau lebih pengukir. Tekuni satu thariqah, biarkan guru mursyid untuk membantu membersihkan dan memoles hati muridnya sampai benar-benar tuntas, bersih, dan mengkilap.

Sumber : Majalah Alkisah. No. 06/Tahun X. Hlm. 114-115
Diketik oleh : Ramdan

 

Baca juga tanya Jawab bersama Habib Luthfi yang lain di : https://www.mqnaswa.id/mengganti-nama-dan-dzikir-untuk-wanita-penyabar-penyayang/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *