Menjawab Dalil Tidak Sampainya Bacaan al-Quran II

2 min read

Menjawab Dalil Tidak Sampainya Bacaan al-Quran II

Bismillahir rahmanir rahim

Pertanyaan:

Kami menerima SMS yang berbunyi: “Menjawab dalil Tidak Sampainya… (Biswah 31 Agustus) Benar-benar tidak mantap. Karena pertanyaan dari al-Quran tidak nyambung bahkan membandingkan pendapat Ibnu Hajar / Syafii tidak berdasarkan al-Quran / Hadis. Tolong lebih dijelaskan. Maturnuwun, Supyan, Sby.

Jawaban:

Terima kasih Bapak Supyan. Kami sebelumnya menjelaskan Surat an-Najm: 39 yang sering dijadikan dalil tidak sampainya pahala bacaan al-Quran adalah tidak tepat, karena ayat tersebut secara khusus disyariatkan kepada kaum Nabi Musa dan Nabi Ibrahim, sebagaimana dalam ayat sebelumnya 36-37. Bukan kepada Nabi Muhammad Saw.

Dalam ayat lain dijelaskan bahwa nenek moyang dan keturunannya dapat masuk surga karena ada 1 keluarga dari mereka yang masuk surga terlebih dulu, yaitu ar-Ra’d: 22-23:

أولئك لهم عقبى الدار (٢٢) جنات عدن يدخلو نها ومن صلح من أبائهم وازواجهم وذرياتهم (الرعد / ٢٢ – ٢٣)

“Orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya…”

Dan Surat Ghafir: 8:

ربنا وأدخلهم جنات عدن التي وعدتهم ومن صلحمن ابائهم وازواجهم وذرياتهم (غافر/ ٨)

“Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga `Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orangorang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua”.

Para ulama menilai bahwa an-Najm: 39 telah dihapus (nasakh) dengan kedua ayat ini.

Sementara dalam hadis-hadis sahih Rasulullah Saw selalu menjawab sampainya pahala ibadah dan tak pernah menolak ketika para sahabat bertanya, baik pahala sedekah, pahala puasa dan pahala haji (HR Bukhari-Muslim).
Seandainya menghadiahkan bacaan al-Quran tidak sampai, maka sudah pasti Rasulullah Saw akan memberi pengecualian. Tetapi sekali lagi, Rasulullah tidak pernah mengecualikannya.

Berikut adalah hadis-hadis sahih berkaitan melakukan ibadah untuk orang yang sudah wafat:

Hadis Pertama: ‘Puasa Atas Nama Orang Mati’

عن ابن عباس رضي الله عنه قال رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم يا رسول الله أن أمى ماتت، وعليها صوم شهر، افأقضيه عنها قاا نعم فدين الله أحق أن يقضى (رواه البخاري رقم ١٩٥٣ ومسلم رقم ٣٧٤٩)

“Dari Ibnu Abbas, ia berkata bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Rasullah Saw, ia berkata: “Wahai Rasul, ibu saya meninggal dan punya tanggungan puasa 1 bulan. Apakah saya tunaikan puasa atas nama beliau?” Rasulullah Saw menjawab: “Ya. Dan hutang kepada Allah lebih berhak untuk ditunaikan” (HR Bukhari No 1953 dan Muslim No 3749)

Hadis Kedua: ‘Haji Atas Nama Orang Mati’

عن ابن عباس رضي الله عنه أن امرأة من جهينة جاءت إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقالت إن أمى نذرت ان تحج، فلم تحج حتى ماتت افأحج عنها قال نعم حجى عنها، أرأيت لو كان على أمك دين أكنت قاضية اقضوا الله، فا لله أحق بالوفاء (رواه البخاري رقم ١٨٥٢ ومسلم رقم ٢٧٥٣)

“Dari Ibnu Abbas, ia berkata bahwa ada seorang wanita datang kepada Rasullah Saw, ia berkata: “Wahai Rasul, ibu saya meninggal dan bernadzar untuk haji. Apakah saya tunaikan melakukan haji atas nama beliau?” Rasulullah Saw menjawab: “Ya. Hajilah atas nama beliau. Apakah kamu melihat jika ibumu memiliki hutang, bukankah kamu tunaikan? Tunaikanlah pada Allah. Dan hutang kepada Allah lebih berhak untuk ditunaikan” (HR Bukhari No 1852 dan Muslim No 2753)

Hadis Ketiga: ‘ٍٍ Sedekah Atas Nama Orang Mati’

عن ابن عباس رضي الله عنه أن رجلا قال لرسول الله صلى الله عليه وسلم إن امه توفيت أينفعها تصدقت عنها قال نعم. قال فأن لى مخرافا وأشهدك أنى تصدقت عنها (رواه البخاري رقم ٢٧٧٠)

“Dari Ibnu Abbas, ia berkata bahwa ada seorang lelaki berkata kepada Rasullah Saw: “Wahai Rasul, ibu saya meninggal, apakah bisa bermanfaat jika saya bersedekah atas nama beliau?” Rasulullah Saw menjawab: “Ya.” Lelaki itu berkata: “Saya memiliki sebidang tanah, saksikanlah saya bersedekah atas nama ibu saya” (HR Bukhari No 2770)

Tidak pernah sekalipun Rasulullah Saw menolak kirim pahala kepada orang yang telah wafat. Semua dijawab oleh Rasulullah dengan “Ya”. Seandainya ada yang tidak sampai, maka niscaya akan dijelaskan oleh Rasulullah Saw. Baik kiriman dzikir, bacaan al-Quran dan sebagainya.

Bahkan Rasulullah Saw menjelaskan dalam hadis sahih, bahwa kalimat dzikir adalah sedekah:

عن ابي ذر ان ناسا من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم قالوا للنبي صلى الله عليه وسلم يا رسول الله ذهب أهل الدثور بالاجور يصلون كما نثلى ويصومون كما نصوم ويتصدقون بفضول اموالهم قال أوليس قد جعل الله لكم ماتصدقون إن بكلتسبيحة صدقة وكل تكبيرة صدقة وكل تمحيدة صدقة وكل تهليلة صدقة ( رواه مسلم رقم ١٦٧٤)

“Dari Abu Dzarr, ada beberapa sahabat bertanya kepada Nabi, “Ya Rasulullah, orang-orang yang kaya bisa (beruntung) mendapatkan banyak pahala. (Padahal) mereka shalat seperti kami shalat. Mereka berpuasa seperti kami berpuasa. Mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka. Nabi menjawab, “Bukankah Allah telah menyediakan untukmu sesuatu yang dapat kamu sedekahkan? Sesungguhnya setiap satu tasbih (yang kamu baca) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap bacaan La ilaaha Illallah adalah sedekah.”(HR. Muslim,[1674]).

Dan sesuai kesepakatan ulama Ahlisunnah, ‘Sedekah sampai kepada orang yang telah wafat.

Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin

_______________

Sumber : Buku yang berjudul “Jawaban Amaliyah & Ibadah yang dituduh Bid’ah, sesat, kafir dan syirik”

Penulis : KH. Ma’ruf Khozin

_______________

Ubaidillah Fadhil Rohman

Mengenai jawaban dalil tidak sampainya kiriman pahala baca di : https://www.mqnaswa.id/menjawab-dalil-tidak-sampai-kiriman-pahala/

Baca juga : https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/baca-shalawat-al-ridha-sebelum-doa-insya-allah-doa-cepat-diijabah/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *