Menyembunyikan Amal dan Malaikat yang Salah Perkiraan

1 min read

Pengajian Kitab Tanbihul Ghafilin  Bagian Kelima tentang Menyembunyikan Amal

Bismillahirrahmaanirrahiim

Menyembunyikan Amal

Waki’ meriwayatkan[1] : “Datang seorang laki-laki ke hadapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam seraya berkata, “ Ya Rasulullah, aku melakukan suatu amal. Aku sudah berusaha menyembunyikan amal itu. Tapi ternyata orang lain mengetahuinya dan mengabarkan amal itu. Maka muncul ‘ujub (bangga) dalam diriku. Apakah aku mendapatkan ganjaran?

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Engkau mendapatkan ganjaran menyembunyikan amal, sekaligus mendapatkan ganjaran tampaknya amal itu” sehingga menjadi pelajaran bagi orang lain.

Berkata Al-Faqih (Abu Laits Assamarqandi) rahimahullah, makna hadits di atas adalah, amal yang diketahui orang itu diikuti (menjadi contoh untuk orang orang.), maka dia mendapat dua ganjaran. Di samping ia mendapat ganjaran atas amalnya sendiri juga mendapat ganjaran sebab amalnya itu diikuti orang lain.

Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :

مَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَه أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا إِلٰى يَوْمِ الْقِيَامَةْ. وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا إِلٰى يَوْمِ الْقِيَامَةْ.

“Barangsiapa membiasakan suatu kebiasaan yang baik, maka ia mendapatkan ganjarannya dan ganjaran orang-orang yang (mengikuti) melakukannya hingga hari kiamat. Dan begitu pula, barang siapa yang membiasakn suatu kebiasaan buruk maka ia mendapatkan dosanya dan dosa orang-orang yang (mengikuti) melakukannya hingga hari kiamat”.

Adapun jika ‘ujub (bangga diri)nya itu sebab tampaknya amal di mata orang lain, bukan karena untuk diikuti orang lain, maka dikhawatirkan hilanglah ganjarannya.

Malaikat Salah Kira

Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, “Sesungguhnya para malaikat mengangkat amal seorang hamba. Mereka memuji muji amal itu dan menganggapnya sebagai amal yang banyak dan bersih. Hingga para malaikat itu sampai di suatu tempat – dalam Kerajaan Allah – yang dikehendakiNya. Kemudian Allah mewahyukan kepada mereka, “Kalian adalah para pencatat amal hambaKu, tetapi Akulah yang  meneliti (memeriksa) apa yang ada dalam diri (hati)nya. Sesungguhnya hambaKu ini tidak mengikhlaskan (memurnikan) amalnya untukKu, maka tulislah amal itu dalam Sijjin (neraka).

Dan sesungguhnya para malaikat naik membawa amal seorang hamba. Mereka menganggap amal itu sebagai amal yang kecil dan remeh. Hingga para malaikat itu sampai di suatu tempat – dalam Kerajaan Allah – yang dikehendakiNya. Kemudian Allah mewahyukan kepada mereka, “Kalian adalah para pencatat amal hambaKu, tetapi Akulah yang  meneliti (memeriksa) apa yang ada dalam diri (hati)nya. Sesungguhnya hambaKu ini mengikhlaskan (memurnikan) amalnya untukKu, maka tulislah amalnya itu dalam ‘illiyin (syurga).[2]

Dalam hadits ini terdapat petunjuk (dalil) bahwa amal sedikit yang dilakukan karena semata mata mencari ridlo Allah Ta’ala itu lebih baik dari pada amal banyak yang dilakukan tidak karena mencari ridlo Allah. Karena amal yang sedikit, jika dilakukan karena ingin mencari ridlo Allah, maka Allah akan melipatgandakan dengan anugerahNya. Sebagaimana firmanNya (QS. An-Nisa/4 : 40) :

وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَّدُنْهُ أَجْرًا عَظِيْمًا

“… dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar”

Sedangkan amal banyak jika tidak karena ingin mencari ridla Allah, maka tidak ada pahalanya,dan tempat kembalinya adalah neraka.

Catatan Pengajian PakNas di Musholla Ar-Raudlah MQ. Nasy’atul Wardiyah Bersama Ust. Hambali Ahmad

Kertanegara, Kamis Pon, 7 Februari 2019 / 2 Jumadil Akhir 1440 H

Wawan Setiawan


[1] Sanad : Waki’ dari Sufyan dari Habib dari Abi Shalih

[2] Sanad : Abdullah bin Mubarok dari Abu Bakar bin Maryam dari Dlomiroh dari Shahabat Abu Habib Radhiyallahu ‘Anh 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *